Kabupaten Bandung Barat, spiritnews.co.id – Konferensi internasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pengasuhan yang diselenggarakan Southeast Asia Ministers Education Organization (SEAMEO) Centre of Early Childhood Care Education and Parenting (CECCEP) bekerjasama dengan Universitas Ahmad Dahlan dan didukung Tanoto Foundation menghadirkan pembelajaran praktik-praktik akademisi dan praktisi PAUD se-Indonesia serta negara-negara Asia Tenggara.
Direktur SEAMEO CECCEP, Dwi Priyono, mengatakan, pihaknya ingin mendapatkan hasil-hasil riset tentang PAUD dan pendidikan keluarga yang nantinya bisa dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi guru-guru PAUD, utamanya Indonesia maupun Asia Tenggara.
“Kami yakin bahwa beberapa praktek baik dari New Zealand, Jepang, Cina dan Inggris yang disajikan pada konferensi ini dapat menjadi tambahan informasi untuk menjadi bahan pembelajaran,” kata Dwi kepada wartawan, di Lembang, Sabtu (18/10/2019).
Melalui konferensi internasional ini, kata Dwi, SEAMEO CECCEP dapat memperoleh bahan-bahan praktik baik bagi capacity building dan advokasi untuk daerah-daerah yang membutuhkan peningkatan kualitas pembelajaran PAUD dan pengasuhan. Hal ini terbukti dari pemaparan materi praktik baik PAUD dan Parenting dari Jepang, Inggris dan Selandia Baru untuk mendukung kesejahteraan anak.
Dwi menerangkan, selain 12 pembicara utama, terdapat 30 praktisi dan akademisi yang akan menyampaikan hasil penelitian maupun praktik keseharian di sesi kelas paralel, yang terbagi menjadi tiga ruangan.
“Terdapat tujuh lingkup kajian yang dibahas sesuai dengan tema besar konferensi, diantaranya: program pengasuhan, pembuatan kebijakan, dan implementasinya; peran orang tua dalam memastikan kesejahteraan anak; isu-isu kritis bidang PAUD dan Parenting dalam era abad 21; serta multikulturalisme, gender, dan keadilan dalam konteks PAUD”, ujarnya.
Pada hari kedua konferensi, Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas, Haris Iskandar, memaparkan, draft roadmap PAUD dan Dikmas di Indonesia yang akan dirilis. Agenda konferensi dilanjutkan dengan sesi peluncuran buku hasil penelitian gabungan antara SEAMEO CECCEP dengan UNESCO Bangkok dengan judul “Regional Guidelines on Innovative Financing Mechanisms and Partnerships for Early Childhood Care and Education (ECCE)”.
Peluncuran dilakukan secara simbolis melalui penyerahan buku oleh Maki Hayashikawa (UNESCO Bangkok) kepada Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas.
Buku ini memuat informasi tentang inovasi dari setiap PAUD dalam manajemen sumber dan metode pembiayaan untuk mendukung institusi PAUD dari berbagai Negara, diantaranya; Singapura, Thailand, India, Afrika Selatan, dan Mongolia.
“Buku ini hanya tersedia di SEAMEO CECCEP dan UNESCO Bangkok karena tidak diperjualbelikan. Buku berbahasa Inggris ini akan diluncurkan dalam versi Bahasa Indonesia pada akhir tahun 2019 ini,” kata Haris.
Hari kedua konferensi juga mengagendakan Regional Focus Group Discussion Meeting on Inclusive and Sensitive Cultural Parenting yang akan membahas dan mendokumentasikan praktik baik maupun permasalahan seputar parenting yang terjadi di Asia Tenggara.
Paparan praktik baik yang telah dilakukan oleh perwakilan dari Asia-Pacific Regional Network for Early Childhood (ARNEC) pada saat konferensi hari pertama (Filipina, Tiongkok dan Nepal) akan digabungkan dengan paparan praktik baik yang dipresentasikan oleh para Governing Board Member SEAMEO CECCEP yang hadir yakni dari Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Kehadiran ARNEC pada konferensi internasional PAUD dan pengasuhan ini adalah berkat dukungan Tanoto Foundation. Dalam konferensi internasional ini, Tanoto Foundation menghadirkan perwakilan ARNEC untuk berbagi praktek-praktek baik kepada akademisi dan praktisi PAUD negara-negara anggota SEAMEO, termasuk Indonesia. Hal ini karena Indonesia juga merupakan bagian dari negara-negara di Asia Pasifik.
“Ada banyak sekali pembelajaran dari banyak negara yang lebih maju dari kita soal dokumentasi dan sharing, karena itu kami memfasilitasi teman-teman dari tiga negara anggota ARNEC untuk berbagi praktik-praktik yang patut menjadi perhatian kita terkait parenting,” ujar Sri Kusuma Hartani, Head of Early Childhood Education & Development Tanoto Foundation.
Menurut Sri, tiga negara anggota ARNEC yakni Tiongkok, Nepal dan Filipina dengan sangat sigap mendokumentasikan best practises sehingga dapat dilihat, dinikmati, dan dicontoh oleh Indonesia. Sehingga, akademisi dan praktisi PAUD di Indonesia bisa memberikan lebih banyak paper, dokumentasi dan pembelajaran serta menjadi kontributor bagi pekembangan early childhood education care education di Asia Tenggara dan Asia Pasifik.
Konferensi Internasional PAUD dan pengasuhan di Bandung yang berakhir hari ini ini diikuti oleh 11 negara anggota SEAMEO yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam. Konferensi juga dihadiri lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah dan sektor publik serta lembaga swasta, dengan menghadirkan ahli PAUD dari Inggris, Jepang dan Selandia Baru.(gus)