Kabupaten Bandung Barat, spiritnews.co.id – Selama kepemimpinan Djenniwarman dari tahun 2015 sampai 2019, Shotokan Kandaga Indonesia (Shokaido) berhasil mengembangkan Shokaido dari 5 Pengurus Provinsi (Pengprov) menjadi menjadi 23 Pengprov.
Keberhasilan tersebut mendapat apresiasi langsung dari Ketua Dewan Pembina Perguruan Shokaido, Efdjuno Tando.
Ketua Umum PB Shokaido, Marsma TNI (Purn) Djenniwarman mengatakan, sejak memimpin PB Shokaido dari tahun 2015 yang awalnya hanya 5 Pengprov, sampai tahun 2019 ini, PB Shokaido mampu berdiri di 23 provinsi di hampir seluruh Indonesia.
“Sekarang kita sudah punya 23 Pengprov. Inilah suatu hal yang sangat signifikan sekali selama empat tahun saya menjabat sebagai Ketua PB Shokaido,” ucapnya disela Munas Shokaido ke-II di SESKOAU – Lembang, Kamis (28/11/2019).
Pelaksanaan Munas ke-II, dipaparkan Djenni, selain untuk menentukan Ketua Umum PB Shokaido baru, juga bertujuan meningkatkan persaudaraan di 23 Pengprov dan memicu semangat meraih prestasi dalam bidang olahraga karate.
“Sasaran goals kita adalah prestasi, bagaimana Shokaido ini mempunyai prestasi yang tinggi di rekan-rekan yang lain, dari perguruan yang lain. Makanya kita usung tema, Melalui Shokaido Kita Tingkatkan Persaudaraan dan Prestasi,” ujarnya.
Ketua Dewan Pembina Perguruan Shokaido, Efdjuno Tando menyampaikan, dirinya mengapresiasi masa kepemimpinan Djenniwarman sebab telah berhasil memimpin PB Shokaido sehingga mengalami perkembangan dan peningkatan.
“Jangan ditanya, bayangkan dari 5 Pengda bisa jadi 23 (Pengda) selama empat tahun, berhasil gak?” ungkapnya.
Pasca Munas ke-II selesai dilaksanakan, dia mengharapkan, para karateka Shokaido yang mengusung aliran Shotokan ini, bisa berkiprah serta memiliki andil untuk bersama-sama menjaga persaudaraan dan meningkatkan prestasi sampai ke kancah internasional.
“Harus lebih maju, harus ada lebih banyak karateka yang senior ikut dalam wasit juri, dan Munas ini betul-betul meningkatkan persaudaraan, kekeluargaan, supaya mereka juga para KSH betul-betul melatih diri, pelatih harus lebih berkeringat daripada yang dilatih, biasanya tidak. Biasanya melatihnya pake mulut,” ungkapnya.(gus)