Kota Banda Aceh, spiritnews.co.id – Yayasan Aceh Kreatif menyarankan kepada Pemerintah RI agar mencoba meneliti kemungkinan tanaman ganja dapat digunakan untuk menangani virus corona yang akhir-akhir ini semakin meresahkan dunia.
“Mungkin ini dianggap tidak masuk akal, namun tidak ada salahnya pemerintah Indonesia melakukan penelitian ataupun menyarankan kepada pemerintah China sebagai negara mitra Indonesia untuk mencoba mengobati warganya yang terjangkit Corona dengan tanaman ganja. Mana tau hal ini akan berhasil, apalagi tanaman ajaib bernama latin canabis ini masih menyimpan misteri tentang khasiatnya yang luar biasa,” kata Ketua Yayasan Aceh Kreatif, Delky dalam siaran persnya yang diterima redaksi spiritnews.co.id, Kamis (06/02/2020).
Misalkan, kata Delky, jika merujuk kepada penelitian klinis yang pernah dilakukan di negara luar menunjukkan bahwa THC (zat aktif pada ganja) bertindak sebagai bronchodilator, membersihkan saluran udara yang tersumbat dan memungkinkan nafas yang bebas, sementara corona itu serangan utamanya pada pernapasan.
“Kita belum tau apakah ini akan berhasil, tentunya ini harus diteliti dan dicoba terlebih dahulu. Namun jika berhasil, ini akan menjadi hal yang luar biasa dalam dunia medis,” jelasnya.
Dikatakan, mengacu pada UU Nomor 35 tentang Narkotika, kendatipun ganja hingga saat ini masih dikategorikan sebagai narkotika golongan I, namun untuk kebutuhan ilmu pengetahuan hal ini diperbolehkan.
“Apalagi wakil presiden Indonesia telah membuka ruang bagi para akademisi dan peneliti untuk persoalan kegunaan ganja itu sendiri. Jadi, tidak ada salahnya kandungan yang terdapat pada tanaman endemik seperti ganja ini dicoba teliti untuk penanganan wabah Corona,” katanya.
Begini, lanjut Delky, tanaman endemik satu ini memiliki 100 bahan kimia berbeda yang disebut dengan cannabinoid. Masing-masing bahannya memiliki efek berbeda pada tubuh.
Misalkan, Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidol (CBD) merupakan bahan kimia utama yang kerap digunakan dalam pengobatan.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association pada Januari 2012, disebutkan bahwa ganja tidak merusak fungsi paru-paru. Bahkan, bahan yang satu ini bisa meningkatkan kapasitas paru-paru. Kapasitas paru adalah kemampuan paru untuk menampung udara ketika bernapas. Sementara, penderita Corona itu serangan awalnya ada pada sistem pernapasan, ini tentunya menarik untuk didalami lebih lanjut.
“Tak ada salahnya kan dicoba untuk diteliti lebih lanjut, mana tau penggunaan tanaman ganja untuk mengatasi penyakit Corona ini menjadi solusi kebuntuan. Tinggal lagi bagaimana teknis penggunaannya nanti tinggal diteliti,” imbuhnya.
Bahkan, kata Delky, menurut legenda China pada masa Kaisar Shen Neng (2737 SM) merupakan pemimpin yang secara resmi meresepkan teh mariyuana untuk pengobatan.
Apalagi, tambahnya, 3 hari lalu diberitakan negara Thailand sempat seorang warga berumur 70 tahun yang terserang Corona dengan mengkombinasi obat yang digunakan mengobati flu dan HIV. Hasilnya lab yang awalnya positif pada virus corona berubah negatif dalam 48 jam.
“Jika kita kaitkan dengan ganja, pada Mei 2019 silam Thailand juga telah menunjukkan hal positif dalam penanganan HIV dengan menggunakan ganja, jadi tidak menutup kemungkinan ada korelasinya zat yang terkait dalam ganja dengan kebutuhan untuk penanganan Corona, ” ujarnya.
Apalagi jika kita lihat di dalam sebuah artikel dalam Journal of the American medical Association (1995):
“Salah satu manfaat terbesar ganja sebagai bentuk medikasi adalah keselamatan dalam penggunaannya yang sangat luar biasa. Ganja memiliki efek yang sangat kecil terhadap fungsi fisiologis manusia dan belum diketahui adanya kasus overdosis yang mematikan. Ganja juga jauh lebih tidak adiktif dan memiliki resiko untuk penyalahgunaan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan banyak obat-obatan yang sekarang digunakan sebagai penenang otot, hipnotik, dan analgesik”.
Bahkan, berbagai jurnal lainnya juga menuliskan manfaat ganja yang telah digunakan sejak jaman dulu.
“Jadi, kami kembali sarankan tidak ada salahnya jika pemerintah mencoba atau meneliti kemungkinan tumbuhan ini dapat digunakan untuk menangani persoalan Corona. Benar atau tidak, bisa atau tidak bisanya tentunya harus dilakukan percobaan dan penelitian dulu oleh para ahli, dan peneliti. Apalagi tanaman endemik yang telah sekian lama dilenyapkan ini adalah tanaman obat yang khabarnya telah digunakan sejak masa lampau. Jadi, why not jika pemerintah Indonesia atau China mencoba menangani Corona dengan menggunakan tanaman ganja,” ungkapnya.(rls/samosir)