Kisah Perempuan Pesisir di Tengah Pandemi Covid-19

  • Whatsapp
spiritnews.co.id

HARI KARTINI menjadi alarm kita semua, bahwa siapapun bisa ikut andil dalam membangun bangsa dan negara ini. Hari ini menjadi momentum untuk menghayati perjuangan seorang perempuan yang disandarkan kepada R.A Kartini yang mana telah mencetuskan pemikiran-pemikiran berkenanaan dengan kondisi sosial perempuan Indonesia.

 

Bacaan Lainnya

Oleh : Hendra Wiguna

Humas KNTI Kota Semarang

 

R.A Kartini adalah seorang perempuan dari Jepara, kabupaten yang terletak di Pesisir Utara Jawa Tengah yang dikenal dengan ukirannya serta populasi nelayan yang cukup besar.

Lantas bagaimana dengan keadaan perempuan pesisir saat ini ? Ditengah Pandemi Covid-19 ini, kegiatan penangkapan ikan dirasa kurang menguntungkan bagi nelayan. Akhirnya, tidak sedikit perempuanlah yang menjadi tulangpunggung pemenuhan kebutuhan keluarga nelayan.

Misalnya di Kota Semarang, para perempuan pesisir menjajakan olahan ikan asin, atau bekerja mengupas kerang milik tetangganya yang memiliki budidaya kerang ijo.

Adapun perempuan pesisir di Polewali Mandar memilih berdagang jajanan, menjadi buruh yang tugasnya mengikat rumput laut pembibitan, adapula yang menawarkan jasa bagi yang memiliki keahlian seperti menjahit. Ya, pandemi ini menuntut kita semua untuk lebih kreatif lagi dalam hal pemenuhan kebutuhan.

Dari kejadian luar biasa ini, kita melihat sesuatu hal bahwa perempuan pesisir ini sangat potensial dalam pembangunan perekonomian perikanan dan kelautan bangsa ini.

Mungkin sudah semestinya perempuan pesisir dipercaya untuk menjadi bagian dari kekuatan perekonomian, misalnya dengan didorong untuk menambah nilai jual hasil perikanan tangkap terutama dari hasil tangkapan nelayan kecil dan tradional.

Belum adanya coolstronge disetiap wilayah pesisir juga menjadi landasan pentingnya peran perempuan untuk mengolah hasil perikanan, guna menjaga ketahanan pangan.

Misalnya, dengan adanya kegiatan pengolahan seperti abon dan terasi maka hasil perikanan tangkap nelayan bisa dikonsumsi dengan jarak waktu yang relatif panjang ketimbang ikan mentah.

Sehingga sumber pangan perikanan akan sedikit lebih tahan, terutama ketika adanya pandemic seperti saat ini.

Karenanya nelayan dan perempuan pesisir dalam proses pembangunan sector perikanan dan kelautan, sudah semestinya tidak terpisahkan. Satu sama lain bisa saling mengisi, terutama dalam keluarga nelayan kecil dan tradisional.

Selain itu, yang perlu menjadi catatan lainnya adalah tentang fasilitas penunjang kegiatan nelayan serta pendidikan diwilayah pesisir.

Kedua hal tersebut perlu diperhatikan bersama, dan terus harus diupayakan peningkatan kualitasnya.

Tujuanya agar pembangunan infrastruktrur juga seiring dengan pembangunan sumberdaya manusianya juga. Semoga pandemic ini segera berakhir, “Habis Gelap Terbitlah Terang”.(*)

Pos terkait