Kota Semarang, spiritnews.co.id – Pada akhir tahun 2019 dunia dihebohkan kemunculan virus mematikan dari Wuhan Thiongkok, memasuki awal tahun 2020 virus itu berkembang sampai ke berbagai penjuru dunia tak pelak perekonomian dunia pun kacau karena banyak kebijakan negara-negara di dunia yang terdampak memberlakukan lockdown.
Ketua DPD KNTI Kota Semarang, Slamet Ari Nugroho, mengatakan, imbas Virus Corona atau Covid-19 ini sampai ke Indonesia pada pertengahan Februari dimana sampai juga ke Kota Semarang tepatnya nelayan Kota Semarang mengalami dampak yang sangat signifikan.
“Patut kita syukuri sampai saat ini belum di temukan kasus Covid-19 di lingkungan masyarakat nelayan, namun dampak ekonomi sangat dirasakan,” kata Ari kepada spiritnews.co.id, Rabu (29/4/2020).
Ari mengaku, nelayan di Kampung Tambak Lorok yang menggunakan jaring sudah 2 bulan lebih pendapatan menurun drastis.
“Dulu kalau hasil tangkapan sedikit, dijualnya mahal. Tetapi saat ini hasil tangkapan menurun dijualnya pun murah. Hasil penjualan tangkapan hanya sisa sedikit setelah dikurangi bahan bakar untuk melaut lagi, bahkan lebih sering tombok. Sedang besok harus beli BBM lagi untuk melaut keesokan harinya,” tegasnya.
Diakuinya, per tanggal 27 April 2020 pihaknya mencoba mendata anggota KNTI Kota Semarang dari Tambak Rejo Kelurahan Tanjung Mas sampai ke Kampung Ujung Kelurahan Bandarharjo, kurang lebih ada 500 nelayan yang terdata by name by address by no telpon juga.
“Kami yakin pemerintah tidak bisa berkerja sendirian dalam menuntaskan persoalan-persoalan diatas. Karenanya kami siap bekerjasama baik degan pemda maupun pemerintah pusat, terkait permasalahan dalam menangani Covid-19 baik saat ini ataupun pasca pandemic.
Menurutnya, dari data atau info yang valid KNTI yakin kebijakan yang nantinya akan dilaksanakan pemerintah akan lebih tepat sasaran.
“Pemerintah harusnya memberikan intensif bantuan sosial kepada nelayan tradisional. Bisa berupa sembako ataupun masker dan juga bisa serap hasil dari tangkapan nelayan,” ujarnya.
“Atau bisa juga tukar tangkapan dengan BBM atau beli BBM dapat casback mengingat kebutuhan BBM untuk melaut itu 60% dari total biaya operasional melaut pertrip bahkan ada yang lebih,” tambahnya.
Berdasarkan data DPP KNTI, sekitar 96,3% nelayan Indonesia adalah nelayan kecil atau tradisional yang mana hasil dari tangkapanya untuk suplai kebutuhan nutrisi nasional atau terserap di dalam negeri.
Humas KNTI Kota Semarang, Hendra Wiguna, mengatakan, selama ini nelayan kecil dan tradisional sudah berjasa dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan, jadi tidak ada salahnya jika dimasa seperti ini kita totalitas membantu nelayan.
“Nelayan ini kan tidak bergantung pada pasokan impor, seperti pakan dan lain-lain. Sehingga bisa dipastikan kedepan hasil tangkapan dari nelayan inilah yang menjadi harapan penuh untuk pemenuhan kebutuhan kita semua,” kata Hendra.(sir/red)