DPD KNTI Kota Semarang Diskusi Online Dampak Covid-19 Terhadap Nelayan

  • Whatsapp
spiritnews.co.id

Kota Semarang, spiritnews.co.id – DPD Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kota Semarang menggelar diskusi online dengan menggunakan aplikasi ZOOM untuk membahas dampak penyebaran Virus Corona atau Covid-19 terhadap nelayan tradisional, Rabu (29/4/2020).

Diskusi yang menghadirkan sejumlah narasumber itu dipandu oleh moderator yang juga sebagai Humas DPD KNTI Kota Semarang, Siti Aisyah.

Bacaan Lainnya

Pada kesempatan itu, Ketua DPD KNTI Kota Semarang, Slamet Ari Nugroho, mengatakan, ada beberapa indikator yang terjadi dilapangan dampak dari Covid-19 terhadap nelayan tradisional. Seperti, senghasilan nelayan berkurang akibat harga penjualan merosot.

“Dulu sebelum Covid-19, penghasilan para nelayan bisa bertahan hingga dua mingguan untuk mencukupi kebutuhan pangan. Setelah adanya Covid-19, penghasilan yang diperoleh para nelayan sudah berkurang, bahkan hanya mampu mencukupi kebutuhan pangan sehari saja,” kata Ari.

Dikatakan, akibat pemasaran ikan merosot berdampak pula pada perekonomian nelayan. Hal ini juga akibat adanya larangan menggunakan alat tangkap oleh pemerintah dengan alasan tidak ramah lingkungan dan mempengaruhi ekosistem ikan di Kawasan Semarang.

Selain itu, kata Ari, nelayan kesulitan mendapatkan akses bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Menurutnya, rekomendasi pemerintah bagi nelayan untuk mendapatkan BBM bersubsidi tidak berguna, sebab masih banyak nelayan di Tambak Lorok kesulitan mendapatkan BBM.

“Ada juga akibat sedikitnya regenerasi nelayan. Kurang adanya jaminan kesejahteraan bagi nelayan tradisional,” jelasnya.

Diakuinya, hingga saat ini belum ada nelayan yang positif Covid-19. Namun, perlu adanya kewaspadaan dan sebaiknya pemerintah memberikan memberikan intensif bantuan sosial kepada nelayan tradisional berupa sembako ataupun masker.

Kepala Dinas Perikanan Kota Semarang, Nur Kholis S.T M.T, mengatakan, Dinas Perikanan Kota Semarang pernah merancang program kreativitas program kerja nelayan untuk tetap menjaga stabilitas perekonomian nelayan.

Diakuinya, ada pemangkasan anggaran sehingga pembagian bantuan sosial belum merata. Harus ada juga program edukasi nelayan terhadap alat tangkap.

“Kurang adanya pemahaman yang baik dari nelayan terhadap pentingnya alat tangkap ramah lingkungan yang nanti juga berdampak pada hasil tangkapan dan perekonomian mereka sendiri, begitu juga dampak pada air laut itu sendiri,” kata Kholis.

Ia menyarakan agar nelayan tidak melakukan penabungan ikan. Perlu adanya kreativitas nelayan untuk memanfaatkan obesitas hasil tangkapan ikan.

“Seharusnya dikelola dengan mengemas ikan dengan banyak cara, misalnya dengan memasak atau menyimpan ikan tangkapan,” katanya.

Peneliti Fitra Jawa Tengah, Maulin Ni’am, mengatakan, harus ada program kerja masyarakat nelayan dan kepedulian pemerintah terhadap kesejahteraan nelayan harus ditingkatkan.

“Sangat disayangkan ketika pemerintah tidak melakukan pendampingan terhadap nelayan karena sangat berpengaruh terhadap perekonomian mereka. Pemerintah juga sebaiknya membuat program kerja untuk menentukan kebutuhan para nelayan,” kata Maulin.

Sementara itu, Dekan FPIK Undip, Prof Tri winarni A. M.SC  ph.D, mengatakan, nelayan harus diedukasi mengenai program kerja. Menurutnya, untuk membuat program kerja bisa melibatkan mahasiswa melaui agenda kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa.

“Agenda KKN ini  bisa meningkatkan perekonomian para nelayan. Mahasiswa bisa membantu pemasaran melalui catering food dan promosi,” kata Tri.

Selain itu, kata Tri, perlu adanya anggaran untuk kebutuhan nelayan. Hal ini sangat penting karena mengingat Covid-19 sangat berdampak pada para nelayan yang memiliki penghasilan harian untuk menjamin kesehatan nelayan, pemberian sembako, jaminan BBM dan pembagian masker serta handsanitizer.

“Harus menjalin kerjasama yang baik antara nelayan dengan pemerintah agar bisa bersinergitas dalam perlindungan perekonomian,” ungkapnya.(sir)

Pos terkait