Nelayan Kota Semarang Sulit Mendapatkan BBM Subsidi

  • Whatsapp
spiritnews.co.id

Kota Semarang, spiritnews.co.id – Tambak Lorok merupakan perkampungan nelayan terpadat di Kota Semarang, wilayahnya terbagi menjadi 2 meliputi Tambak Mulyo (RW 12-15) dan Tambak Rejo (RW 16) secara administratif masuk kedalam Kelurahan Tanjungmas, Kecamatan Semarang Utara.

Ketua DPD KNTI Kota Semarang, Slamet Ari Nugroho, mengatakan, satu dekade yang lalu ada ribuan nelayan tradisional di daerah ini, namun sekarang berdasarkan fakta di lapangan nelayan yang masih melakukan aktifitas penangkapan ikan di laut berkurang tidak sampai seribuan.

Bacaan Lainnya

Dikatakan, berkurangnya jumlah nelayan di Tambak Lorok disebabkan berbagai hal, diantaranya karena semakin berkurangnya hasil tangkapan dari tahun ke tahun.

“Dulu kalau musim ikan tertentu bisa bertahan mingguan saat ini hanya terhitung harian saja. Mungkin karena kebanyakan alat tangkap nelayan Semarang atau Tambak Lorok khususnya masih menggunakan alat tangkap yang dilarang oleh pemerintah atau lebih tepatnya alat tangkap kurang ramah lingkungan, hal ini bisa juga mengakibatkan penurunan ekosistem ikan di Kota Semarang,” kata Ari kepada spiritnews.co.id, Rabu (29/4/2020).

Hal lain, kata Ari, adalah berkurang karena sulitnya mendapat akses BBM bersubsidi.

“Walau pemerintah sudah memberikan akses surat rekomendasi untuk mendapatkan BBM bersubsidi namun kenyataannya masih banyak nelayan di Tambak Lorok masih kesulitan mendapatkannya. Baik dalam mendapatkan form-nya maupun BBM-nya ketika sudah sampai di SPBU yang ditunjuk pemerintah,” katanya.

Menurutnya, sedikitnya regenerasi nelayan juga mengakibatkan jumlah nelayan di Tambak Lorok berkurang, saat ini nelayan di Tambak Lorok adalah generasi ke 3 – ke 4 dari awal mula adanya perkampungan nelayan di Tambak Lorok.

“Tidak adanya jaminan kesejahteraan nelayan tradisional, juga mengakibatkan adanya pengurangan jumlah nelayan,” jelasnya.

“Ada mindset dari nelayannya sendiri dalam mengelola management keuangan. Banyak nelayan yang kala hasil tangkapan melimpah mereka enggan menabung atau kebanyakan di buat foya-foya,” tambahnya.(sir/red)

Pos terkait