Kabupaten Bandung Barat, spiritnews.co.id – Dalam rangkaian kegiatan May Day, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah turun tangan mengikuti pelatihan cooking/catering dengan memasak berbagai makanan buka puasa.
Hasil pelatihan ini akan diberikan kepada masyarakat, para pekerja yang ter-PHK, dan dirumahkan di sekitar BLK Lembang, Jawa Barat.
“Bahan baku pelatihan diambil dari hasil kerja siswa pelatihan BLK bidang pertanian dan langsung diolah oleh peserta pelatihan, yang ter-PHK dan dirumahkan akibat Covid-19,” ujar Menaker Ida saat membuka pelatihan tanggap Covid-19 di BLK Lembang, Jawa Barat, Sabtu (2/5/2020).
Dikatakan, pemerintah akan terus mengoptimalkan BLK, baik yang dikelola pemerintah pusat maupun pemda, untuk melakukan kegiatan terkait penanganan Covid-19.
Salah satunya yakni menggenjot pelatihan katering di BLK Lembang selama 10 hari, dengan peserta pekerja korban PHK dan dirumahkan atau masyarakat secara luas yang terdampak Covid-19.
Manfaat dari hasil pelatihan katering berupa makanan siap saji tersebut, kata Menaker Ida, akan diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan dan terdampak Covid-19. Pelatihan ini mengerahkan seluruh resources (sumber daya) yang ada di BLK Lembang.
“Jadi pelatihan katering ini manfaatnya luas dan setelah pelatihan kerja, peserta memperoleh insentif yang bermanfaat untuk mengantisipasi dampak Covid-19,” kata Menaker Ida didampingi Dirjen Binalattas, Bambang Satrio Lelono; Sesditjen Binalattas, Surya Lukita Warman; Kepala BLK Lembang, Tuti Haryanti; dan Kepala BBPPK dan PKK Lembang, Eko Daryatno.
Menteri Ida menjelaskan, pelatihan katering tanggap Covid-19 ini sebagai bentuk langkah konkrit refocusing anggaran. Tujuannya untuk memberikan bekal keterampilan dasar bagi peserta pelatihan; membantu pencegahan dan penanganan dampak Covid-19; memberdayakan masyarakat yang terdampak penyebaran Covid-19; dan meningkatkan ketahanan ekonomi melalui pemberian insentif berupa uang saku pelatihan.
Menurutnya, ada 216 program di Binalattas dan Binapenta yang direfocusing untuk penanganan covid-19 di seluruh Indonesia. Bukan hanya program model pelatihan, tetapi juga ada program padat karya produktif, padat karya infrastruktur, Tenaga Kerja Mandiri (TKM), Teknologi Tepat Guna.
“Itu semua diharapakan dapat menampung masyarakat yang belum dapat kesempatan kartu prakerja,” katanya.
Ditegaskan, dalam kondisi normal peserta pelatihan tak diberikan insentif. Namun saat ini dilakukan refocusing anggaran Kemnaker dengan menyisihkan dan mengalihkan biaya perjalanan dinas untuk memberikan insentif kepada peserta pelatihan.
Sebagai informasi, Kemnaker menggelar pelatihan tanggap Covid-19 bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat yang terdampak penyebaran Covid-19, serta meningkatkan ketahanan ekonomi melalui pemberian insentif berupa uang saku pelatihan.
Jumlah BLK dan BPP yang mengikuti pelatihan tanggap Covid-19 sebanyak 19 BLK UPTP; 2 BPP UPTP; 129 BLK UPTD; dan 4 BLK Komunitas.
“Pelatihan mempertimbangkan protokol kesehatan, PSBB dan kebijakan/peraturan pemerintah lainnya, maka metode pelatihan yang digunakan berupa Online training; Blended Training; Distance Training dan Offline training,” kata Ida.
Hingga saat ini, pelatihan tanggap Covid-19 telah menghasilkan produksi masker sebanyak 2.097.500 buah, face shield 64.800 buah, hand sanitizer 136.250 liter, baju APD/Hazmat sebanyak 56.000 buah, cooking 318.000 box nasi, wastafel portabel Covid-19 1.584 buah, Peti Covid-19 sebanyak 50 buah, dan disinfektan sebanyak 82.940 liter.
Hasil produksi dari pelatihan digunakan/dimanfaatkan oleh masyarakat guna menanggulangi penyebaran Covid-19. Diantaranya untuk Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas; Petugas TNI dan POLRI; Posko Penanganan Covid-19 dan BNPB; Asosiasi Kedokteran/Tenaga Kesehatan; Relawan penanganan COVID-19; Pengendara jalan umum dan Ojek; Pedagang Pasar dan Kaki 5; Pegawai/karyawan instansi pemerintah/swasta; dan Petugas sekuriti kementerian/lembaga, instansi pemerintah daerah, dan swasta.(rls/red)