Jakarta, spiritnews.co.id – Lebih dari 10.000 perusahaan di Indonesia dan 3.500 Start-up Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dari CoRe, alat pengujian kesiapan pelaku usaha terhadap Covid-19.
Saat ini diperkirakan secara global akan ada 25.000 perusahaan menggunakan alat CoRe. Sebab, Orbit Future Academy dari Indonesia dan Natio Cultus asal India telah mengembangkan alat modern bagi pelaku usaha untuk mengkuantifikasi dan memahami dampak dari Covid-19 terhadap aktivitas bisnisnya.
Alat ini merupakan yang pertama di dunia, dan dikembangkan berdasarkan pengalaman panjang Cultus di bidang ini, digabungkan dengan keahlian dan pengalaman para contributor, yaitu : Nalin K Singh, Sachin V Gopalan, Dr. Ilham A Habibie, Deny Rahardjo & Sunil Girdhar.
Penciptaan alat ini berawal dari serangan pandemi Covid-19 telah memaksa pemilik dan pelaku usaha untuk menguji ulang rencana kelanjutan usaha mereka. Orbit Future Academy, berkolaborasi dengan Cultus telah menciptakan CORE (COVID Readiness), alat pengujian kesiapan pelaku usaha terhadap COVID-19 yang pertama di dunia.
CORE menggunakan peralatan algoritma yang kuat yang memungkinkan seorang individu menguji dampak Covid-19 terhadap aktivitas bisnis mereka. CORE menganalisa 28 faktor yang mempengaruhi para pelaku usaha saat ini, bersamaan dengan jawaban yang diberikan pengguna secara online untuk memformulasi nilai dampak terkuantifikasi, antara 0 dan 99.
Nilai rendah mengindikasikan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi perusahaan di masa mendatang, sementara nilai tinggi tidak hanya menandakan bahwa perusahaan sehat, tapi juga mengindikasikan adanya potensi peluang untuk tumbuh.
Perusahaan gabungan India-Indonesia ini mendukung para pelaku usaha lewat basis analitikal untuk menguji dan memformulasi rencana bisnis dan startegi jangka panjang untuk era post Covid.
Selain itu, alat ini menghasilkan laporan hanya dalam 4 jam setelah pengguna mengumpulkan jawaban mereka dan harganya juga sangat rasional sebesar Rp138.763 (US$9.45). Waktu yang dibutuhkan bagi seorang pengguna untuk mengoperasikan alat ini tidak lebih dari 30 menit.
Laporan yang dihasilkan disertai dengan penjelasan yang diberikan oleh pemimpin industri dan disertai berbagai kemungkinan skenario bagi aktivitas bisnis sehingga membantu pelaku usaha menghadapi berbagai potensi tantangan.
Salah seorang ahli dan kontributor, Dr. -Ing. Ilham A Habibie, yang menganalisa dampak sosial-politik Covid-19 mengatakan, dengan adanya ketidakpastian ekonomi yang melanda bisnis di seluruh dunia termasuk Indonesia, wirausaha dan pemilik bisnis memerlukan alat baru untuk menavigasi jalan mereka dari pandemi Covid-19.
“Teknologi dapat menjadi pemacu bagi bisnis untuk bertahan dari penurunan saat ini dan mempersiapkan diri untuk pasca-Covid-19,” kata Ilham, dalam rilis yang diterima redaksi spiritnews.co.id, Rabu (6/5/2020).
Kontributor lainnya, Nalin Kumar Singh yang sekaligus project leader, mengatakan, alat ini memberikan pemilik usaha pemahaman terhadap tingkat kesulitan yang dihasilkan Covid-29 terhadap bisnisnya.
“Baik itu positif maupun negatif, dan dapat memberikan pemilik bisnis baseline untuk menjadi yang pertama dalam merencanakan dunia post Covid-19,” kata Nalin.
Technical Architect, Sunil Girdhar, mengatakan, dari sisi tantangan yang dihadapi dalam membangun alat pengujian ini tidak hanya soal pemberian nilai. Ada banyak faktor yang mempengaruhi aktivitas usaha baik secara individual maupun kombinasi lokasi kegiatan usaha, lokasi customer, posisi uang tunai, jenis industry, disrupsi rantai pasok dan sebagainya.
“Alat ini muncul sebagai kuesioner 30 menit di front-end tapi kompleksitas algoritmanya sangat besar,” kata Sunil.
Sachin V Gopalan, yang membantu membangun rencana jangkauan strategis, mengatakan, pihaknya akan menggunakan alat ini untuk menguji tidak hanya lebih dari 10.000 perusahaan dan start-up existing partner.
“Tapi juga 3.500 start-up Post-Covid baru yang mana kami diminta untuk menginkubasi, melatih dan mementor mereka dalam 3 tahun ke depan. Kami juga bekerja sama erat dengan lembaga pemerintah Indonesia dan universitas untul memitigasi dampak dunia post Covid-19 dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan start-up baru di tingkat akar rumput,” jelasnya.
Targetnya untuk memperkenalkan inovasi berbasis teknologi, membangun solusi rantai pasok local dan memulai proses penciptaan nilai tambah dan aliran dana di level desa.
CoRe pada mulanya lahir sebagai alat uji cepat namun nantinya akan menggunakan elaborasi algoritma AI untuk memberikan saran dan rekomendasi tentang arah dan pendekatan baru berdasarkan data yang berkembang dari wisdom dan aksi bersama antara perusahaan, pelaku usaha dan pelaku inovasi yang merespon dengan beragam cara terhadap dampak bisnis Covid-19.(rls/red)