Kota Sabang, spiritnews.co.id – Pesona alam yang dimiliki Pulau Weh, Sabang telah menjadi daya tarik setiap orang untuk berkunjung ke wilayah yang berstatus Daerah Tujuan Wisata. Birunya air laut dan aneka ragam ikan hias serta pemandangan tepi pantai yang menakjubkan pantas kalau Sabang digelar sebagai kawasan wisata khusus alam bawah laut.
Panorama alam bawah laut yang tembus pandang ke dasar laut bisa disaksikan di Taman Laut Rubiah, sekitar 23 kilometer sebelah barat kota Sabang. Untuk menjangkau objek wisata Pulau Rubiah bisa melalui jalan darat menuju Iboih atau menyeberang dengan boat yang tersedia.
Pesisir pantai yang mengelilingi Pulau Rubiah begitu indah hingga banyak turis dari berbagai belahan dunia melakukan selam atau snorkel.
Pulau Rubiah yang luasnya sekitar 2.500 hektar telah ditetapkan sebagai daerah special nature recerve atau daerah khusus cagar alam. Bagi mareka penggemar snorkel, Octopus dan Stingrays, pantai Iboih yang berpasir putih halus dan letaknya berdekatan dengan pulau Rubiah juga banyak diminati kalangan pengunjung.
Pesona lain yang dimiliki pulau Weh adalah banyaknya benteng, bunker dan meriam kuno yang menandakan pulau ini sangat strategis dan menjadi rebutan dimasa lalu. Hampir sepanjang pesisir yang mengarah ke laut terdapat benteng-benteng kuno baik peninggalan ketika kerajaan Aceh berperang melawan Portugis, Belanda sampai perang Dunia II.
Kini Sabang sudah jauh berubah bahkan untuk memudahkan pelancong berkunjung ke Sabang, tersedia kapal feri cepat dengan jarak tempuh 45 menit dari pelabuhan Balohan, Sabang ke pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh. Selain kapal veri cepat di Sabang juga beroperasi kapal penyeberangan penumpang dan barang dengan jarak tempuh 90 menit.
Sementara pelabuhan teluk Sabang sendiri yang terletak dijantung kota Sabang kini telah dengan dermaga baru, gudang dan bangunan lainnya. Semua ini bagi lancarnya beroperasi pelabuhan bebas dan daerah perdagangan bebas.
“Dalam dua tahun terakhir pembangunan Sabang dalam berbagai sektor giat dilakukan. Termasuk jalan lingkar dan jalan tembus keberbagai objek lainnya sudah mulus semua,” ujar Hidayat, warga Gampong Keuneukai.
Wali Kota Sabang, Nazaruddin dalam keterangannya kepada media ini di Banda Aceh belum lama ini menyatakan, pengembangan Kota Sabang diharapkan menjadi lokomotif atau penggerak pariwisata dan ekonomi Aceh.
“Untuk hal ini Pemerintah Aceh diharapkan lebih fokus terhadap pengembangan Pelabuhan Bebas Sabang,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini Wali Kota sangat optimis, pengembangan Sabang dapat kian lebih maju. Sabang nantinya selain sebagai Free Port dan Free Trade Zone juga menjadi daerah tujuan wisata utama Provinsi Aceh. Pengembangan sektor wisata berpeluang penting dalam meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang didukung dengan berbagai potensi alam dan situs-situs sejarah di daerah ini.
“Aceh memiliki banyak potensi wisata yang perlu dikembangkan,” ucapnya.
Salah seorang warga Batee Sok, Jamal menceritakan, berbagai jenis wisata terdapat di Sabang, wisata laut, perbukitan, gunung api, air panas, air terjun, pantai, budaya, belanja souvenir, atau menikmati flora dan fauna. Semua ada di Sabang. Laut Sabang sudah tidak perlu diragukan lagi. Alam bawah laut telah diakui dunia sebagai salah satu tempat menyelam terbaik di dunia.
Menurutnya, banyak orang mengatakan berkunjung ke Sabang nyaman, aman dan mempesona, tidak terbantahkan. Warga Sabang sangat ramah kepada pendatang, karena warga Pulau Weh yang berjumlah sekitar 65.000 jiwa mempunyai behavior yang kuat sebagai orang pulau yang ingin mempunyai sahabat di luar Sabang.
Berkeliling Sabang dengan kenderaan taksi atau kenderaan rental lainnya adalah hal yang sangat menakjubkan, setiap jengkal Pulau Weh mengundang pesona, tidak perlu ragu untuk bertanya tempat-tempat favorit, hampir semua orang suka membantu. Motto warga Sabang, Senang Bila Dapat Membantu Pendatang, “we are happy if you are happy”.
Rasanya hampir tidak ada kota lain di Indonesia ini se-aman Sabang. Jangan heran bila sedang berjalan-jalan baik di pusat kota maupun perkampungan, akan menemukan kendaraan roda dua dengan helm tergantung bebas bersama kunci yang menempel di starter terparkir tanpa ada yang menjaga.
Pesona lain, bagi yang ingin menatap matahari terbit misalnya, silakan menunggu di bagian timur Sabang. Lokasi terbaik untuk melihat Sunrise di Benteng Anoi Itam, lokasi yang tinggi dengan pemandangan alam yang sangat indah.
Konon dulu dipakai serdadu Jepang untuk mengintai musuh, sekarang menikmati indahnya matahari terbit yang membuat air laut berubah menjadi butiran kristal, sedangkan untuk Sunset atau matahari terbenam, di Lokasi Paradiso-Sabang Fair.
Tak kalah menakjubkan adalah Monumen Kilometer Nol atau “The Monument of Kilometer Zero of The Indonesia”, bentuknya seperti silinder dengan ketinggian 22,5 meter serta berdiameter 15 meter. Lokasi ini menunjukkan bahwa Indonesia dimulai dari sini.
Daya tarik lainnya yang dimiliki Sabang adalah, Kuliner Khas. “Semua halal dan enak ada di Sabang,” kata warga kota Sabang ketika ditanya komentarnya tentang Kulineri Sabang, Mie Jalak, Mie Sedap, Sate Gurita, Salak Kecil nan manis serta Rujak khas Sabang adalah makanan khas dan musti dicoba ketika berada di Sabang.
Terkait sejarah Pulau Weh sendiri banyak versi dan penuh misteri. Versi asli orang Aceh menyebutkan, Pulau Weh adalah sebuah pulau yang pindah (weh) dari ujung Sumatera, membentuk pulau sendiri. Hal ini ada dua kemungkinan yaitu pertama karena adanya aktivitas gunung berapi di ujung pulau ini ketika terjadi ledakan mengakibatkan terpisahnya Pulau Sumatera dengan Pulau Weh.
Sementara versi kedua akibat adanya fenomena alam (vulkano dalam laut) sehingga terbentuknya pulau Weh. Ini ditandai dengan adanya kulit kerang besar di puncak gunung Jaboi. Sejarah Kerajaan Aceh, Hindia Belanda, Jepang hingga zaman kemerdekaan juga sangat menarik untuk dipelajari dan ditelusuri tentang Sabang.
Sisi lain dalam pergaulan di Sabang orang sering berpapasan dengan bule atau orang asing dari mancanegara sedang berbelanja di pasar sayur bahkan yang lebih mengherankan ketika banyak bule bisa fasih berbicara bahasa Aceh. Komunitas orang asing sangat ramai di Sabang.
“I am from Norwey just one mount,” ujar salah seorang warga Norwegia.(mah)