Kabupaten Malang, spiritnews.co.id – Koalisi Maritim Jawa Tengah (KOMJEN) menggelar webinar bertajuk “Mengisi Kemerdekaan dari Pesisir Jawa Tengah” yang dilaksanakan pada hari Senin 17 agustus 2020. Salah satu pembahasanya adalah terkait dengan potret pesisir di Jawa Tengah.
Koordinator KOMJEN, Hendra Wiguna, berharap dalam pola pembangunan Jawa Tengah diharapkan turut melibatkan masyarakat pesisir baik sebelum maupun ketika program yang dicanangkan itu dilaksanakan.
“Masyarakat pesisir harus dijadikan sebagai bagian utama dalam pembangunan di Jawa Tengah, terlebih ketika menyangkut degan wilayah pesisir dan ruang laut. Hal ini mengingat peran penting nelayan bagi Jawa Tengah serta pentingnya menjaga ruang laut sebagai nafas kehidupan masyarakat pesisir,” terang Hendra.
Senada dengan Hendra, Intan RJH, Peneliti dan Advokasi Kebijakan DPP KNTI yang turut hadir sebagai narasumber menyatakan bahwa nelayan harus kita ingat dan tanam dalam benak kita adalah sebagai sosok pahlawan dalam pemenuhan protein hewani laut bangsa.
“Nelayan dalam melakukan usahanya bergantung pada cuaca dan musim. Saat musim panceklik tiba, sang nelayan yang biasanya pergi melaut, maka tidak pergi untuk melaut dan memilih untuk memperbaiki jaring maupun perawatan kapal ikan,” katanya.
Sambung Intan, terkadang ada nelayan yang memilih beralih profesi sebagai buruh bangunan, pedagang dan lain sebagainya.
Saat cuaca buruk, nelayan banyak yang tidak pergi melaut sementara kebutuhan hidup tetap harus terpenuhi. Realitas ini memang tidak bisa kita hindari, tetapi tidak menyurutkan semangat keluarga nelayan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga.
Setelah selesai melaut, lanjut Intan, maka sang istri nelayan turut membantu nelayan untuk melepaskan hasil tangkapan ikan yang didapat untuk nantinya dijual ke pedagang atau ada pula yang mengolahnya terlebih dahulu menjadi ikan kering baru kemudian menjualnya kepada bakul.
“Perempuan pesisir dalam konteks istri nelayan dalam keluarga nelayan memiliki peran kunci dalam kelangsungan hidup keluarga. Sebelum mulai melaut, sang istri biasanya menyiapkan perbekalan melaut untuk sang suami yang berprofesi sebagai nelayan, seperti menyiapkan makanan dan minuman,” terang Intan.
Menurutnya, dalam upaya nelayan memenuhi kebutuhan keluarganya tidak lepas dari peran serta istrinya, jadi secara tidak langsung peranan perempuan dikeluarga nelayan selain menjadi ibu rumah tangga juga memiliki peranan dalam pemenuhan ekonomi keluarga.
Dalam konteks Jawa Tengah, Intan bercerita tentang bagaimana peranan perempauan di pesisir Demak Jawa Tengah.
“Kisah lain datang dari Demak, Jawa Tengah dimana istri nelayan juga turut berperan dalam membantu perekonomian suami dengan ikut melaut bersama sang suami,” papar Intan.
Sambung Intan, melihat fenomena tersebut peran kunci dipegang oleh istri nelayan dalam mengelola keuangan keluarga. Saat suami pergi melaut, istrilah yang memegang tanggungjawab kehidupan keluarga.
“Istri nelayan menjadi sosok perempuan pesisir yang tangguh untuk membantu perekonomian keluarganya seperti dengan menjadi pengolah ikan, pencuci dan pengupas kerang, maupun mengeringkan ikan menjadi ikan asin,” jelasnya.
Lanjut Intan, untuk mengoptimalkan potensi yang di miliki oleh istri nelayan dalam mengolah hasil tangkapan ikan. Pemberdayaan bagi perempuan pesisir perlu dilakukan agar dapat mengoptimalkan dari potensi yang ada. Seperti pelatihan diversifikasi ikan, kreasi hiasan dari kerang, maupun olahan ikan.
Selain itu, labelling dan pemasaran juga bagian yang tidak kalah penting sehingga produk dapat terserap di pasar lokal melalui UMKM ataupun startup yang menjual produk olahan ikan segar secara online.
“Kegiatan seperti itu biasanya diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan daerah atau bahkan dari asosiasi dan perguruan tinggi, harapannya kedepan bisa bersinergi dan berkolabolari agar pelatihan keterampilan bagi ibu-ibu pesisir tidak sekedar seremonial belaka,” tegasnya.
Diakhir diskusi Intan mengajak kepada muda-mudi Jawa Tengah untuk berperan aktif mengoptimalkan potensi perempuan pesisir.
“Perlu kita bangun dan jaga semangat kita sebagai generasi muda dalam mengoptimalkan potensi dari perempuan pesisir, para Srikandi Pesisir ini jika diberikan perhatian lebih maka perananya akan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi kemajuan ekonomi sehingga keluarga nelayan menjadi lebih baik dan sejahtera,” tuturnya.
Sambung Hendra, mengingat resiko dan rawan kecelakaan kerja nelayan dilaut karena saat ini perubahan cuaca begitu cepat tidak sedikit mengakibatkan para perempuan pesisir ketika suaminya berhenti melaut karena sakit dan lain hal ia harus mencari pekerjaan guna memenuhi kebutuhan keluarga.
“Lain halnya jika sang suami mengalami kecelakan yang mengakibatkan kematian, tentu ini menjadi beban tersendiri bagi perempuan dikeluarga nelayan menggingat selama ini sumber pmenuhan kebutuhan utama keluarga dari aktivitas nelayan. Sedikit beruntung bagi mereka yang suaminya memiliki asuransi, akan tetapi kebanyakan nelayan tidak memiliki asuransi. Karnaya perlu adanya perhatian lebih bagi perempuan pesisir terutama istri nelayan,” tutup Hendra.(rls/red)