Kabupaten Karawang, spiritnews.co.id – Persoalan kelangkaan pupuk bersubsidi semakin menyulitkan para petani di Kabupaten Karawang, Provinsi Jaww Barat.
Bahkan dianggap semakin mencekik para petani, karena tak kunjung mendapatkan solusi. Akibatnya, ratusan para petani didampingi buruh menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Bupati Karawang, Kamis (24/9/2020).
Berdasarkan pantauan di lokasi, massa aksi demonstrasi ini terdiri dari Serikat Petani Karawang (SEPETAK), Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI), Kongres Aliansi Buruh Indonesia (KASBI), hingga Gerakan Pemuda Patriotik Indonesia (GPPI).
Bertepatan dengan Hari Tani Nasional, massa aksi bukan hanya menuntut solusi atas persoalan kelangkaan pupuk bersubdisi di Karawang. Melainkan menyampaikan tuntutan lain seperti Penolakan Omnibuslaw, tolak pripatisasi, fokus tangani Covid-19, rebut kedautalan agraria, hingga menuntut dibangunnya industrialisasi nasional.
Dalam orasinya, Ketua SEPETAK, Engkos Koswara menyampaikan, di masa pandemi Covid-19 ini sedang terjadi penindasan kaum buruh di pabrik-pabrik. Yaitu dimana kaum buruh ‘dirumahkah’ tanpa mendapatkan upah. Tak jarang dari kaum buruh yang langsung di-PHK sepihak.
Sementara di kaum tani, sambung Koswara, sedang terjadi kelangkaan pupuk atau dicabutnya pupuk bersubsidi oleh pemerintah. Belum lagi persoalan sengketa tanah yang tak kunjung selesai, hingga akhirnya para petani hidup dalam ketidakpastian.
“Berulang kali kita sudah minta Pemda Karawang untuk menyelesaikan persoalan itu kawan-kawan. Namun hingga hari ini tak kunjung memberikan kepastian,” teriak Engkos Koswara.
Disampaikan Koswara, para petani dan buruh sadar jika aksi demonstrasi yang dilakukan di tengah pandemi Covid-19 dapat menyebabkan klaster penyebaran covid-19 baru. Namun di kesempatan Hari Tani Nasional, para petani dan buruh tidak memiliki pilihan lain untuk menyikapi beragam persoalan yang tak kunjung bisa diselesaikan pemerintah.
Dalam orasinya ini, Koswara juga sempat ‘menyindir’ Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana yang tidak peka terhadap persoalan kelangkaan pupuk bersubsidi yang sedang terjadi. Yaitu dimana Bupati Cellica lebih mementingkan kepentingan politiknya menjelang pencalonan di Pilkada Karawang 2020.
“Rezim keparat yang ada di gedung inilah yang membuat hari ini kita terpaksa panas-panasan. Apakah kita akan mati karena Covid-19 atau mati terkatung-katung karena nasib tidak jelas ?. Oleh karena itu, hari ini kita berkumpul rela mati terpapar Covid-19 demi keberlangsungan anak cucu kita,” teriak Koswara.(sir)