Mahasiswa UNDIP Produksi Sanitasi dari Ekstrak Daun Mangtrove

  • Whatsapp

Kota Semarang, spiritnews.co.id – Kota Semarang merupakan salah satu daerah yang menghasilkan sampah sebanyak 65 juta ton per hari, namun sekitar 61,24% diantaranya berupa sampah organik.

Sampah di Kota Semarang, khususnya di Kecamatan Tugu, Kelurahan Mangunharjo masih menjadi masalah serius. Hal yang cukup mengkhawatirkan adalah peningkatan kuantitas sampah yang tidak diimbangi dengan daya tampung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) terdekat. Tidak hanya sampah plastik yang masih minim pengolahan dan daur ulangnya, sampah organik hingga saat ini juga memerlukan penanganan karena keberadaannya masih banyak dijumpai di lingkungan sekitar.

Bacaan Lainnya

Menumpuknya sampah organik memberikan dampak sosial budaya serta lingkungan secara langsung. Dilansir dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, dengan meningkatnya volume sampah memberikan dampak buruk, seperti banjir, kemacetan, bau tidak sedap, kerusakan lingkungan, dan penyakit.

Tim pengabdian masyarakat, Dr. Ir. Suryanti, Mpi, mengatakan, tidak mudah untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan rapi tanpa kolaborasi antara masyarakat, pemerintah dan akademisi. Harapannya dengan program pengabdian masyarakat dan edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dilaksanakan dan dipraktikkan oleh masyarakat.

“Kesadaran diri sendiri juga merupakan modal utama dari terwujudnya lingkungan yang bersih,tujuannya tidak lain agar dapat menjaga kesehatan, serta meningkatkan perekonomian keluarga dengan prinsip 3R yaitu dari sampah yang tidak berguna menjadi multi guna,” kata Suryanti.

Ati, salah seorang warga Kelurahan Mangunharjo mengikuti edukasi dan pelatihan pembuatan produk handsanitizer, sabun cair, dan sabun batang dari ekstrak daun mangrove oleh tim Pengabdian Masyarakat FPIK UNDIP & mahasiswa KKN Tematik IDBU sangat membantu masyarakat Mangunharjo.

“Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kota Semarang yang sebagian wilayahnya berada pada wilayah pesisir yang banyak ditumbuhi oleh tanaman mangrove. Mangrove telah menjadi komoditas unggulan di Mangunharjo yang dapat dikembangkan dalam berbagai sektor, seperti ekowisata, pemanfaatan bagian tanaman mangrove menjadi bahan makanan, kosmetik, sabun dan lain sebagainya. Pemanfaatan sampah organik mangrove seperti daun, batang, dan buah mangrove terbatas sebagai zat warna alami untuk kain batik,” katanya.

Berdasarkan penelitian, ekstrak daun mangrove mengandung kandungan saponin dan tannin sebagai zat alkohol alami dan dapat dimanfaatkan sebagai antibakterial. Di samping itu, di era pandemi Covid – 19 , pemerintah menekankan kepada masyarakat untuk melakukan cuci tangan secara rutin sebagai bentuk pencegahan utama penyebaran virus.

Dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Kecamatan Tugu, Kelurahan Mangunharjo, yang dilaksanakan oleh ketiga dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, yaitu Suryanti, Churun A’in, dan Siti Rudiyanti beserta tim mahasiswa bekerjasama dengan 3 Mitra“Mangrove Lestari”; “Karya Mina Mandiri” dan Tim Penggerak PKK mencoba mengatasi permasalahan sampah organik dari tumbuhan mangrove dan permasalahan Covid – 19 dengan pembuatan disinfektan, handsanitizer, dan sabun (cair/padat) dari ekstrak daun mangrove yang mengandung zat antibakterial.(rls/red)

Pos terkait