Seni dan Ekonomi Harus Bersinergi untuk Menumbuhkan Ekonomi Kreatif

  • Whatsapp

Jakarta, spiritnews.co.id – Kesenian dan pengetahuan ekonomi haruslah saling bersinergi sebagai upaya untuk menumbuhkan ekonomi kreatif di Indonesia. Untuk itu, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dan Institut Seni dan Budaya Indonesia Bandung pun berkolaborasi dalam sebuah seminar daring bertema ‘Sinergi Seni & Ekonomi: Kebermanfaatan Tanpa Henti’.

“Produk/Seni/Desain/Kriya memiliki latar belakang yang berbeda dalam proses penciptaannya, antara lain: kreativitas, inovasi, tren, budaya, dan lain sebagainya. Pada kenyataannya, karya seni, desain, dan kriya memiliki hubungan dengan ilmu yang lainnya, baik langsung maupun tidak langsung,” kata Dr. Husen Hendriyana, S.Sn., M.Ds., salah seorang narasumber yang memaparkan ‘Kebermanfaatan Seni, Desain, dan Kriya: Perluasannya pada Bidang Keilmuan Lain’.

Bacaan Lainnya

Karenanya, dengan seminar ini, dua kampus terkenal itu ingin menunjukkan kalau seni haruslah mengetahui pengetahuan ekonomi utamanya perspektif pemasaran, permerekan, dan pencitraan. Pengetahuan ini idealnya dapat menghasilkan kebermanfaatan, tidak hanya untuk pelakunya secara profesional, tetapi juga bermanfaat untuk keberlangsungan masyarakatnya, utamanya adalah masyarakat di lingkungan dimana dia berada.

Para pelaku seni juga didorong untuk melakukan adaptasi agar dapat diterima oleh khalayak secara umum. Meski mungkin penyesuaian produk terhadap khalayak pasar mungkin akan mengurangi idealisme terhadap produk/karya/kriya yang dihasilkan.

Selain itu, sumber daya yang dimiliki di wilayah tertentu, baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia dan lainnya, dapat menghasilkan kebermanfaatan ekonomi apabila disinergikan dan dikelola secara baik. Sebab ekonomi kreatif yang marak digaungkan merupakan salah satu bentuk hasil keselarasan sumber daya, dimana ide dan kreativitas merupakan faktor utama dalam proses penciptaan produk/karya/kriya yang menghasilkan nilai ekonomi.

“Seni seringkali mengungkapkan cipta rasa karsa para senimannya secara pribadi. Pada kenyataannya, seni menjadi karya kolektif yang memberikan kebermanfaatan bagi Seniman dan lingkungannya seperti di Kampung Seniman Jelekong,” kata Agus Cahyana, S.Sn., M.Sn., narasumber lainnya.

“Para seniman di wilayah Jelekong memiliki gaya/aliran/mazhab tertentu, mereka tetap berkontribusi terhadap karya seni lukis khas Jelekong, secara tidak langsung leburan para seniman ini memberikan kebermanfaatan yang lebih luas di wilayah tersebut dan sekitarnya,” kata Agus.

Pada seminar daring yang pada 9 April 2021 dengan 500 peserta ini para peserta didorong untuk melakukan adaptasi ekonomi kriya di masyarakat dalam menghadapi persaingan usaha serta mengasah keterampilan (sensitivitas dan sensibilitas) dalam kewirausahaan bermodalkan kesenian.

Sebab bila dijalani dengan benar, ekonomi kreatif bisa menjadi salah satu kekuatan mengingat di tengah masyarakat Indonesia berlimpah sumber daya dan kesenian bahkan sampai tingkat desa yang bila diharap dengan baik akan menjadi sumber pemasukan bagi masyarakat di semua tingkatan ekonomi.

“Azas kebermanfaatan seringkali dikaitkan dengan biaya yang ditanggung dalam pembelian produk. Seringkali pula, manfaat yang didapat tidak berkaitan langsung dengan pengorbanan yang dilakukan secara ekonomi. Keberlanjutan ekonomi diharapkan dapat memberikan kebermanfaatan bagi banyak pihak,” kata Dr. Michael Adhi Nugroho, M.B.A. pada paparan bertema ‘Utilitarianisme Dalam Ekonomi Berkelanjutan’.

Sebagai informasi, serial kegiatan ini merupakan penerapan keilmuan dari dua rumpun ilmu yang berbeda (Ekonomi dan Seni) untuk mewujudkan kompetensi pendukung dan atau kompetensi lain dari profil lulusan masing-masing prodi yang terkait. Model strategi dan metode pelaksaan ini dapat mengakomodari terealisasinya MBKM yang dijalin oleh dua Perguruan Tinggi Institut Seni dan Budaya Indonesia Bandung dan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).(rls/red)

Editor: Lassarus Samosir, SE

Pos terkait