MEMBACA adalah sebuah diksi, kata kerja, atau kegiatan yang tentu sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas. Namun barangkali tidak untuk kebiasaan membaca.
Penulis : Dion Faruk Alquraniawan
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Menurut data dari UNESCO, minat baca Indonesia hanya 0,001%. Dari jumlah persentase tersebut hanya ada 1 orang dari 1.000 orang di Indonesia yang rajin membaca. Lebih luas lagi agaknya tak hanya kebiasaan membaca saja yang menjadi perhatian, lebih tepat jika menggunakan diksi “literasi”.
Literasi yang kita kenal secara umum adalah seperangkat kemampuan untuk membaca, menulis, berbicara, hingga berpikir kritis. Dalam literasi, dilansir dari Perpustakaan Kemendagri, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara.
Dengan wilayah seluas 1,905 juta km dan populasi 270,6 juta jiwa, bertengger di peringkat tersebut tentunya bukan sebuah prestasi yang membanggakan.
Berangkat dari beberapa hal di atas kami, kelompok PMM UMM 26 mencoba mencanangkan sebuah program utama dalam konteks literasi. Pertama tentu kami butuh tempat, konsep, ide, dan lain-lain. Tempat atau lokasi yang kita pilih berada di Kota Lamongan tepatnya di Desa Babatkumpul, Dusun Poncol, Kecamatan Pucuk.
Di Desa Babatkumpul terdapat tiga Dusun, ada Babat, Kuwanon dan Poncol. Kami memilih Dusun Poncol tentu berdasarkan pertimbangan bersama dan realitas di tempat terkait. Selain itu, memang salah satu anggota kelompok kami pernah tinggal dan besar di Dusun Poncol, dan diperkuat lagi dengan survei yang dilakukan oleh semua anggota kelompok.
Di tambah lagi, program kita sesuai dengan salah satu poin dari moto Desa Babatkumpul yaitu “Menciptakan Generasi Terdidik, Berprestasi, dan Berakhlakku Karimah”. Minat baca di Dusun Poncol sendiri bisa dikatakan sangat rendah, hal tersebut dikonfirmasi langsung oleh Mas Aris selaku Sekretaris Pemdes Babatkumpul.
Sebenarnya di Dusun Poncol sendiri terdapat perpustakaan yang bertempat di balai Desa Babatkumpul (Balai Desa Babatkumpul memang bertempat di Dusun Poncol), namun kurangnya antusias dari masyarakat Dusun Poncol akhirnya menjadikan perpustakaan tersebut sepi pengunjung.
Selanjutnya konsep yang kami pilih adalah membuat sebuah tempat untuk dijadikan proses berlangsungnya kegiatan literatif. Kami mencanangkan sebuah konsep yang mungkin bisa dibilang unik dan langka. Kami menyulap sebuah pos kamling yang terbengkalai menjadi sebuah tempat literatif sekaligus edukatif yang kami beri nama “PKL atau Pos Kamling Literasi”.
Pos kamling terebut bertempat di RT 02/RW 01, Dusun Poncol. Pos kamling tersebut memang tidak pernah dipakai dan sangat terbengkalai. Dari situ kami mulai merenovasi pos kamling tersebut dengan dana kelompok yang mana kelompok kita hanya berjumlah lima orang saja. Persiapan kita mungkin kurang matang dan kurang tepat sasaran, namun semua kita lakukan dan lalui bersama.
Mulai dari tukar gagasan atau ide, pembelian buku, material untuk bangunan pos, hingga peresmian Pos Kamling Literasi. Dan kami tentu sangat bersyukur, selama proses pembangunan kami didukung dan sempat dibantu oleh warga Dusun Poncol secara luas.
Setelah Pos Kamling Literasi sudah diresmikan, kami mulai menjalankan berbagai macam kegiatan literatif dan edukatif di tempat tersebut. Beberapa contoh yang bisa disebutkan seperi membantu mereka berani berbicara di depan banyak teman-teman, mengarang dan membaca puisi, memberikan tambahan-tambahan pengetahuan dan mengajak mereka membaca buku-buku yang kita sediakan di Pos Kamling Literasi.
Adalah sesuatu yang butuh manajemen waktu yang tepat dan penempatan sekala prioritas untuk melakukan kegiatan literatif dan edukatif di pos kamling dibarengi dengan berkuliah, dan terkadang mengerjakan tugas perkuliahan.
Entah kegiatan kita di pos kamling atau berkuliah dan mengerjakan tugas perkuliahan, ketiganya adalah prioritas. Namun terkadang semua hiruk-pikuk tersebut tidak terasa menjadi sebuah beban. Melakoni kegiatan literatif dan edukatif adalah kewajiban kita, dan berkuliah pun juga menjadi kewajiban kita.
Nantinya kami sangat-sangat berharap Pos Kamling Literasi yang kita renovasi ini bisa menjadi sebuah legacy untuk warga Dusun Poncol, dirawat, dimanfaatkan sebaik mungkin, dan tentunya dikembangkan lagi.(*)