STRESS merupakan perasaan yang dialami oleh seseorang individu saat menghadapi situasi tertekan. Menurut Cameron dan Meichenbaum, stress mempunyai berbagai bentuk, bisa dilihat dari ciri – ciri individu itu sendiri yang merasakan, mampu menghadapi (coping skills), kemudian dilihat dari sifat yang dihadapinya.
Penulis : Audia Resta Wandadi
Mahasiswi Fakultas Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Malang
Stress akan memunculkan gangguan fisik, perilaku, perasaan hingga gangguan jiwa apabila individu tidak mampu mengatasi dirinya dengan berbagai faktor seperti frustasi, konflik, dan tekanan, serta krisis (Maramis & Maramis, 2012). Pikiran-pikiran yang negatif menjadi salah satu penyebab munculnya stress dikarenakan adanya penyaluran dari proses penilaian kognitif yang tidak sesuai (Sarafino, 2008).
Menurut WHO (2019), di masa pandemi ini stress yang muncul dapat berupa rasa takut dan cemas mengenai kesehatan diri dan kesehatan orang terdekatnya, pola tidur/pola makan berubah, sulit berkonsentrasi, hingga menggunakan obat-obatan/ narkoba.
Stress akademik akan muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan para pelajar. Menurut Matheny (1993), terdapat dua jenis stress akademik, yaitu: Academic Stressor, yaitu stress yang berkaitan dengan berbagai tugas akademik sekolah seperti penguaaan materi dan evaluasi belajar materi.
Dan Social Stressor, yaitu stress yang berkaitan dengan interaksi atau hubungan interpersonal di sekolah seperti, berinteraksi dengan guru, teman sebaya maupun segala macam bentuk partisipasi siswa di dalam kelas.
Pada masa pandemi ini banyak orang yang mengalami stress salah satunya dikalangan para pelajar. Salah satu faktor penyebab stress yang dialami oleh kalangan pelajar yaitu karena mereka mengalami kesulitan saat harus belajar dengan sistem daring ini, karena pembelajaran tersebut menjadi kurang efektif.
Masalah yang dihadapi para pelajar pada masa pandemi Covid-19 ini selain tuntutan-tuntutan yang dibebankan dengan model belajar mengajar secara daring. Dimana mereka tidak dapat berinteraksi langsung baik dengan guru maupun teman lainnya. Sehingga proses belajar menggunakan media online lebih melelahkan dan membosankan.
Dengan demikian mengakibatkan frustrasi bagi para pelajar, dan bila dilakukan terus menerus dapat menimbulkan stress. Dari hasil survei yang dilakukan KPAI, sebanyak 79,9 % anak berpendapat bahwa interaksi berkurang dan guru hanya memberikan tugas saja, dan 20,1 % yang menganggap adanya interaksi dalam proses pembelajaran, sehingga banyak yang mengalami peningkatan stress.
Pandemi Covid-19 berdampak besar dalam proses pembelajaran dan juga dapat menurunkan prestasi akademik dengan pembelajaran yang tidak efektif. Meskipun pemerintah telah merancang berbagai program belajar dengan sistem daring untuk para pelajar, tetapi proses tersebut masih menimbulkan tekanan tersendiri bagi para pelajar.
Dimana tekanan-tekanan dalam persaingan akademik yang semakin meningkat sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan. Agar hal tersebut tidak sampai terjadi, para pelajar disarankan untuk memanajemen stres.
Menurut Abbas (2020) memanage psikologis itu penting dan setiap manusia mempunyai pikiran, perasaan, dan dirinya sendiri yang bisa memanage-nya. untuk menghadapi stress selama pandemi Covid-19, WHO dalam Muslim (2020) merumuskan strategi yaitu dengan berbincang dan berbagi cerita dengan orang-orang yang dapat dipercayai.
Menjaga gaya hidup sehat dengan asupan gizi yang cukup, pola tidur yang baik, olahraga dan berinteraksi dengan orang-orang yang disayang bisa dilakukan selama berdiam di rumah, mencari fakta-fakta dan info terbaru yang dapat membantu dalam menentukan tahap pencegahan yang tepat dan menghindari berita-berita yang tidak valid dan kredibel.
Mengurangi kecemasan dengan membatasi media yang menyebarkan informasi yang membuat semakin cemas dan takut, dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki untuk mengatur emosi selama masa pandemi ini.(*)