TRENGGALEK merupakan kota kecil di Provinsi Jawa Timur yang dulunya dikenal sebagai kota miskin, tetapi pasokan beras cukup melimpah. Hal ini disebabkan produk beras yang banyak dan permintaan masyarakat berkurang sehingga mengakibatkan harga beras menurun.
Penulis : Tevinesiya Fema Seliya Cendani
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang tentunya mereka mebutuhkan lauk disaat makan dan tidak mungkin juga setiap hari hanyak memakan nasi putih saja.
Mbah Tumirah panggilannya, seorang ibu rumah tangga yang mebuat trobosan nasi gegok ini atau dengan istilah lain yaitu “Sego genem Godhong Gedhang” yang memiliki arti bahwa nasi yang dibungkus dengan daun pisang.
Nasi gegok khas Trenggalek ini merupakan nasi yang diberi lauk berupa sambal yang dicampur ikan serta dibungkus daun pisang dan dikukus selama kurang lebih hampir 30 menit, hingga nasi tanek atau pulen dan bertekstur lembut.
Nasi gegok sendiri pembuatannya cukup mudah dan tidak memerlukan banyak bahan, seperti halnya satu kilogram beras bisa dibikin sebanyak 12 atau lebih bungkus nasi gegok, dan 12 bungkus nasi gegok ini juga hanya menghabiskan tidak sampai seperempat kilo ikan teri, dan untuk bumbu mebuat sambelnya pun tidak banyak hanya seperti sambel pada umumnya yaitu cabai, bawang merah dan bawang putih. Pembuatan sambalpun cukup disesuaikan dengan selera jadi tidak banyak bahan yang diperlukan untuk mebuat nasi gegok ini.
Selain hanya dikukus 30 menit pembuatan nasi gegok juga cukup mudah yaitu pertama cuci beras hingga bersih lalu buat sambal terlebih dahulu setelah sambal jadi masukkan ikan teri kesambel yang sedang ditumis diatas wajan, tumis hinggal sambel harum dan dirasa ikan teri sudah tidak alot, selanjutnya angkat sambel dan tunggu hingga dingin.
Setelah itu beras yang sudah dicuci bungkus menggunakan daun pisang dan diatasnya diberikan sambel teri secukupnya, lalu tusuk menggunakan lidi dan barulah dikukus kurang lebih 30 menit, jika beras sudah pulen barulah nasi gegok bisa diangkat dan disajikan.
Selain dilatarbelakangi karena kemiskinan masyarakat di daerah Trenggalek pada saat itu, gegok muncul di latarbelakangi juga karena keluh kesah masyarakat yang pada saat itu mereka yang bekerja sebagai petani lalu membawa bekal untuk dibawa ke ladang maupun kebun selalu cepat basi.
Mbah Tumirah ini membuat solusinya, munculah gegok dengan keawetan bisa dua hari tidak basi karena dimasak dengan tanek dan hanya berlaukan sambal yang dicampur dengan teri sehingga gegok tidak cepat basi. Dari trobosan ini Mbah Tumirah mulai memperkenalkan produknya kepada masyarakat luas dan masyarakat mulai mengganggap makanan ini sebagai solusi yang bagus atas permasalahan yang banyak terjadi dikala itu.
Selain makananya yang awet tidak mudah basi, gegok ini juga dijual dengan harga yang snagat murah perbungkusnya sehingga masyarakat cukup antusias mencoba makakanan tersebut.
Seiring berjalannya waktu Mbah Tumirah ini tidak segan-segan berbagi resep kepada masyarakat Trenggalek, agar mereka bisa membuat sendiri nasi gegok atau juga mereka bisa memperjual belikan dan membuka usaha sendiri.
Namun yang terkenal hingga saat ini walaupun sudah banyak warung nasi gegok di Trenggalek dan yang tetap menjadi primadona adalah nasi gegok Mbah Tumirah, walaupun letaknya cukup jauh dari Kota Trenggalek dan diatas gunung, masyarakat tetap berbondong bondong untuk menikmati gegok khas Mbah Tumirah ini.
Menurut mereka gegok buatan Mbah Tumirah ini memilki cita rasa tersendiri karena pengolahannya pun masih menggunakan kayu bakar, sehingga tetap memiliki bau harum yang khas.
Dulunya nasi gegok hanya menggunakan ikan teri dikarenakan pada saat itu hanya ikan teri lah yang memiliki harga murah dibandingkan harga ikan-ikan lainnya. Namun seiring berjalannya waktu pada saat ini masyarakat yang berjualan nasi gegok sudah banyak berinovasi dengan makanan ini.
Mereka mulai mengembangkan nasi gegok dengan berbagai varian lauk yaitu ada yang menggunakan lauk ikan tuna, jeroan ayam dan daging ayam. Tetapi tetap saja nasi gegok dengan lauk ikan teri tetap menjadi primadona dan pilihan masyrakat luar Trenggalek yang berdatangan ke Trenggalek hanya ingin mencicipi nasi gegok, meskipun begitu hingga saat ini Mbah Tumirah tetap pada pendiriannya yaitu menjual nasi gegok original tanpa varian apapun.
Saat ini khusunya di daerah Jalan Bendunga-Trenggalek sudah banyak ruko ruko yang menjajakan nasi gegok, tidak sulit untuk wisatawan dari luar Trenggalek jika ingin mencicipi nasi gegok, meskipun begitu dari banyaknya ruko yang ada ini, mereka tak pernah kunjung sepi dari kedatangan pelanggan, tetapi hal ini terjadi sebelum pandemi menyerang.
Setelah pandemi Covid-19 muncul masyarakat banyak keluhan dan mendapat masalah karena wisatawan luar dilarang masuk ke area Kabupaten Trenggalek dan masyarakat asli Trenggalek pun harus tetap berdiam diri dirumah, sehingga jualan nasi gegok mereka tidak ada yang terjual dan mengakibatkan banya dari mereka yang mengalami kerugian hingga ada yang terpaksa sampai tutup usaha.
Setelah berangsur-angsur keadaan membaik dan pemerintah Trenggalek sudah mengizinkan wisatawan luar Trenggalek datang dan berkunjung. Warung-warung penjual gegokpun juga sudah mulai ramai kedatangan pembeli, meskipun tetap tidak sebanyak dan seramai sebelum pandemi, tetapi para penjual sudah cukup bersyukur karena mereka tidak perlu mengalami kerugian atau paling buruknya mereka harus menutup usaha yang mereka jalankan saat ini.(*)