DI ERA modern seperti saat ini, dinamika sosial masyarakat bergerak semakin cepat. Semakin cepat pergerakan dinamika kehidupan manusia, maka semakin banyak peristiwa dan interaksi yang terjadi. Interaksi yang terjadi tidak hanya ber-impact positif, tetapi juga negatif. Misalnya mengakibatkan kekacauan, kesalahpahaman, kehancuran, perpecahan, hingga kematian.
Penulis : Raisa Nur Herawati
Mahasiswi Universitas Muhamadiyah Malang
Dikejutkan lagi dengan fakta bahwa banyak orang tidak menyadari dengan tindakan yang dilakukan akan merugikan pihak lainnya atau tidak. Di Indonesia sendiri saat ini banyak kasus kriminal yang “diwajarkan”, seolah-olah hanya sebuah ketidaksengajaan. Bahkan krisis empati dan simpati seakan-akan sudah tertanam di jiwa para pelaku. Sehingga tidak sedikit korban yang memendam perasaannya karena takut terancam dan menjadi tertutup (minder) terhadap lingkungan sekitarnya.
Fieper dan Uden (2006) juga menjabarkan bahwa kesehatan mental adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang realistis terhadap dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah kondisi seseorang yang mampu melakukan segala aktivitas dan sesuatu yang terjadi dengan jiwa dan raga yang optimal untuk bisa mengendalikan dirinya sendiri dan lingkungan sekitar.
Hal ini tentu sangat penting bagi pemuda-pemudi, mengingat semakin berkembangnya zaman, ternyata semakin banyak persoalan yang harus dihadapi dan diselesaikan. Tak hanya fisik yang dapat membantu seseorang untuk melakukan kegiatan sehar-hari, tetapi emosi dan pikiran juga sangat berperan penting dalam menunjang individu yang sehat.
Kesehatan mental tak melulu tentang edukasi formal, tetapi juga edukasi non formal. Seperti yang diketahui, saat ini virus K-Pop sedang melanda dunia. Banyak remaja yang menggilai boyband dan girlband asal Negeri Ginseng tersebut, salah satunya adalah BTS. Sebuah grup yang sudah sangat mendunia, mempunyai jangkauan penggemar yang sangat luas, dan sangat bertalenta.
BTS sendiri tidak hanya berkontribusi dalam dunia musik, tetapi juga di dalam kegiatan sosial bersama dengan penggemar-penggmarnya. BTS dinilai mengajarkan banyak pembelajaran melalui lagu-lagu mereka. Tidak heran lagi jika BTS semakin populer dan mempunyai banyak penggemar karena telah mengisnpirasi banyak orang.
Pada 24 September 2018, BTS resmi diundang untuk menghadiri acara “Love Myself Campaign Speech” di 73th United Nation General Assembly. Pada tahun sebelumnya, yakni 2017, BTS sudah bekerja sama dengan UNICEF untuk meluncurkan Gerakan Love Myself atau Love Myself Campaign yang tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan mencintai diri sendiri.
Para anggota BTS berharap mereka tak hanya sekadar bernyanyi di atas panggung dan menghibur para penonton, tetapi juga ingin menyalurkan pesan berharga yang diperuntukkan untuk semua orang, terutama para remaja melalui lagu-lagu mereka.
Dan dalam pidatonya pada 2018 ini, leader BTS, Kim Namjoon atau yang biasa dikenal dengan RM, menegaskan bahwa : “No matter who you are, your skin colour, your gender identity, just SPEAK YOURSELF”. Dapat diambil pelajaran bahwa siapapun kita dan dalam keadaan apapun, kita memiliki hak besar untuk bisa berekspresi.
Mengungkapkan segala apa yang kita ingin ungkapkan tanpa harus meminta izin orang lain. Karena sejatinya, kita memang tidak hidup untuk orang lain dan harus sempurna, tetapi kita hidup untuk menjadi diri sendiri dan sebagai manusia.
Pelecehan seksual, kekerasan, dan bullying saat ini tengah menjadi sorotan pemerintah maupun masyarakat. Kasus-kasus ini bukanlah persoalan yang berbentuk sederhana terutama pada negara berkembang seperti Indonesia. Yang menjadi pertanyaan besar adalah sebenarnya apa penyebab tindakan-tindakan kriminal ini bisa terjadi, khususnya kepada para remaja. Mengingat fakta di mana banyak orang yang berusaha memperbaiki diri dan menghindari kejahatan yang masih menjadi korban.
Pada pelecehan seksual, kita bisa melihat bagaimana kondisi dari kebanyakan korban adalah mayoritas perempuan yang berusaha berpakaian tertutup dan tidak mengundang hasrat. Tetapi, karena adanya kesempatan dan keinginan para pelaku untuk melecehkan korbannya. Ataupun karena pemikiran si pelaku yang tidak bisa ditebak yang menggunakan akal sehatnya untuk memikirkan hal-hal yang tidak biasa dalam hal seks (fetish).
Tak hanya pelecehan seksual, kekerasan juga menjadi kasus berat yang tidak boleh disepelekan oleh masyarakat. Sebab tak hanya kepada perempuan, tetapi juga laki-laki di semua lapisan masyarakat. Lebih parahnya lagi, akibat dari kekerasan ini juga tak hanya melukai mental seseorang, tetapi juga fisik. Penyebab utama dari dilakukannya kekerasan ini adalah keinginan untuk mendapatkan sesuatu secara paksa.
Kegagalan dalam mencapai tujuan atau kehendak juga dapat memicu terjadinya tindak kekerasan. Selain itu, kekerasan juga menjadi pelampiasan seseorang atau pelaku untuk meluapkan amarahnya sehingga orang lain terkena imbasnya. Bullying juga menjadi sesuatu yang tidak mungkin bisa dihindari, karena mengingat pemikiran, cara bergaul dan berinteraksi, serta kemampuan seseorang bersosialisasi berbeda-beda. Kebanyakan bullying disebabkan oleh perbedaan yang ada pada seseorang.
Misalnya seperti warna kulit (ras) dan bentuk fisik. Melupakan fakta di mana bahwa Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda bukan untuk saling bermusuhan, tetapi untuk saling mengenal. Kemajuan teknologi yang pesat menyebabkan bullying dalam bentuk cyber juga terjadi atau biasa disebut dengan cyber bullying. Di mana tindakan perundungan ini terjadi di media sosial. Biasanya disebabkan oleh rasa benci terhadap golongan tertentu yang didukung oleh sekelompok orang.
Perlakuan dari tindak kriminal pada seseorang dapat menyakiti mentalnya hampir keseluruhan dan dapat berakibat fatal. Seseorang yang mendapat respon perilaku yang tidak mengenakkan akan menyebabkan gangguan mental bahkan kematian. Beberapa akibat yang ditimbulkan dari adanya tindakan-tindakan kriminal tersebut adalah depresi dan truama berkepanjangan.
Seseorang akan merasa hidupnya gelisah dan tidak tenang karena overthinking akan apa yang terjadi kepadanya di masa lalu maupun masa yang akan datang. Sehingga menciptakan individu yang minder, tidak percaya diri, dan susah melakukan interaksi sosial dengan orang lain.
Depresi yang berkepanjangan akan mengakibatkan seseorang akan menyakiti dirinya sendiri karena merasa tidak berguna dan kesepian. Faktanya, kerusakan mental juga akan menyebabkan kerusakan fisik seeorang.
Motivasi dan dukungan tentu sangat dibutuhkan untuk orang-orang yang mengalami kesehatan mental yang menurun. BTS menyampaikan pesan dan tindakan yang sangat berharga, terutama bagi para penggemarnya, ARMY. Sebuah komunitas yang memiliki kesamaan atau frekuensi, yaitu menyukai dan mendukung BTS yang bergelut dalam dunia musik.
Tetapi, ternyata sejak diadakannya kerja sama antara BTS dengan UNICEF, membuat ARMY berinisiatif untuk melakukan hal yang sama dengan idolanya, yaitu membantu sesama. Mulai dari penggalangan dana atau donasi untuk orang yang membutuhkan hingga membuat akun media sosial tentang kesehatan mental, yaitu ARMY Help Center, sebagai wadah berkeluh kesah dan bercerita yang bisa diakses oleh siapapun.
Penggalangan dana ini berupa respon terhadap kasus Black Lives Matter di Amerika yang menewaskan seorang laki-laki atas dasar perbedaan ras, penggalangan dana untuk subsidi kepada korban-korban bencana alam, dan penggalangan dana untuk pencegahan dan penanganan virus Covid-19.
Penggemar grup legendaris ini mengatakan bahwa motif untuk membentuk suatu penggalangan dana atau membahas kesehatan mental adalah untuk menghidupkan kembali jiwa generasi muda yang peduli terhadap sesama, menjunjung tinggi rasa percaya diri, membantu mencegah, mengatasi, dan mengantisipasi adanya ketidakadilan dalam seluruh aspek kehidupan yang berlanjut hingga sekarang.(*)