Kabupaten Subang, spiritnews.co.id – Melalui pelatihan dan pembinaan dari mulai pra tanam, tanam, panen sampai pascapanen, PT Pupuk Kujang berupaya menjadikan petani binaanya untuk lebih sejahtera.
Hal ini dirasakan oleh petani Nanas Simadu di Kabupaten Subang. Salah satunya adalah Efrizal Ali (53 yang kini telah sukses dan menjadi Ketua Koperasi Produsen Singgalang Sari Maju.
Awalnya, Efrizal hanya sebagai petani nanas dengan pola pikir yang sama dengan mayoritas petani lainnya dengan mengedepankan pola konvensional. Yaitu, ditanam, lalu dipupuk dan dibiarkan tumbuh begitu saja sampai panen.
“Hasilnya juga seadanya saja. Dalam satu hektare kebun nanas, paling juga bisa menghasilkan 20 ton selama setahun. Paling bagus sampai 60 ton setahun,” kata Efrizal kepada spiritnews.co.id, di acara Media Gathering PT Pupuk Kujang, Jumat (17/12/2021) di rumahnya.
Sejak bertemu dengan tim riset dari PT Pupuk Kujang tahun 2017 lalu, kata Efrizal, dia dapat pengetahuan baru dan mulai ada perubahan mindset mengenai tata cara bertani nanas.
“Saat itu, tim riset memaparkan bahwa bertani nanas perlu perhatian khusus supaya hasilnya bagus, kuantitas dan kualitas bagus,” katanya.
Diakuinya, yang paling ditekankan oleh tim riset dari PT Pupuk Kujang, adalah mengenai aplikasi pemakaian pupuk. Jika dulu, petani pupuk hanya menggunakan Urea, kini beralih ke NPK yang nama produknya adalah Jeranti.
“Nanas Subang ini terkenal dengan rasanya yang asem alias kecut. Tapi, kami mempunyai nanas yang rasanya jauh lebih manis,” ujar Efrizal.
Sejak menggunakan NPK, nanas yang dihasilkan menjadi manis. Sangat berbeda dengan dulu, jika dalam satu hamparan kebun, Nanas Simadu paling dapat ada 6 buah. Sedangkan selebihnya adalah nanas dengan rasa asam.
“Kini, nanas yang kami tanam menjadi bagus. Dalam satu hektare, 80 persen manis dan hasilnya juga melimpah,” jelasnya.
Diakuinya, saat ini dalam satu hektare kebun bisa menghasilkan rata-rata 80 ton nanas per tahun. Bahkan jika kondisi bagus bisa sampai 100 ton dengan berat per buah rata-rata 2,5 kilogram.
Efrizal mengaku, nanas yang ditanamnya berbeda dengan petani lainnya. Sehingga, permintaan pasar meluas. Nanas Simadu Efrizal sudah merambah pasar domestik, seperti Bogor, Depok, Jakarta hingga Surabaya. Bahkan, sempat dilirik negara Qatar. Namun, karena tingginya biaya kirim sehingga pengiriman ke Qatar belum tercapai.
“Alhamdulillah, berkah kami bertemu dengan tim riset PT Pupuk Kujang. Saat ini, perputaran uang di koperasi dan kelompok tani antara Rp 3-5 miliar per tahun,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakan, harga nanas saat ini Rp 1.500 – 3.500 per kilogram. Sedangkan, ke Supermarket bisa mencapai Rp 6.000 per kilogram. Sehingga, produksi mengalami kenaikan 30 persen, serta harga jual naik 80 persen.
PT Pupuk Kujang juga memberi bantuan dari Departemen PKBL pada tahun 2019, berupa mesin vakum fryng, alat pendukung spiner pengering, serta alat packaging.
“Selain menjual nanas, kami juga ada olahan turunannya. Seperti, manisan buah segar nanas, keripik nanas, wajik nanas, keripik pisang serta pupuk cair dari bahan baku limbah nanas,” ungkapnya.(sir)