GENERASI muda merupakan generasi penerus bangsa serta sebagai agen perubahan dari suatu bangsa. Generasi muda di Indonesia saat ini memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan generasi muda pada era-era sebelumnya.
Penulis : Maulida Noorsari dan Fika Fitriasari
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang
Keistimewaan tersebut berupa lebih beragamnya bidang kerja, kemampuan, serta keterampilan yang dimiliki. Big Alpha yang merupakan salah satu Konsultan Keuangan di Jakarta Selatan, melansir bahwa beragamnya bidang kerja, kemampuan serta keterampilan yang dimiliki generasi muda saat ini menyebabkan generasi muda Indonesia memiliki penghasilan yang cukup fantastis.
Nominal penghasilan mereka sudah sangat unggul dan melampaui nominal penghasilan generasi muda di era-era sebelumnya. Beragamnya bidang kerja, kemampuan, serta keterampilan yang dimiliki generasi muda saat ini tentu tak lepas dari peran serta teknologi. Saat ini, teknologi sedang berkembang dengan sangat pesat. Teknologi memberikan beragam manfaat dan kebaikan di dalamnya.
Salah satunya adalah bersebarnya ilmu dan pengetahuan dimana-mana, sehingga generasi muda saat ini dapat mendapatkan ilmu secara gratis dari berbagai sumber serta melakukan upgrade skill, kemampuan, dan keterampilan. Skill, kemampuan, dan keterampilan inilah yang mengantarkan generasi muda saat ini memiliki bidang kerja yang beragam dan mendapatkan nominal penghasilan yang cukup fantastis.
Sayangnya, generasi muda saat ini hanya berfokus pada cara mendapatkan nominal pendapatan yang fantastis. Sangat kecil persentase generasi muda saat ini yang memikirkan bagaimana cara mengelola keuaangan secara tepat. Saat ini, generasi muda di Indonesia bisa dikatakan belum mahir dalam mengelola keuangan pribadi namun telah mahir dalam mendapatkan nominal penghasilan yang fantastis.
Akan tetapi, nominal penghasilan yang fantastis saja belum cukup untuk merasa aman dan tenang dengan keuangan saat ini, apalagi keuangan di masa depan. Nominal penghasilan yang fantastis tanpa diimbangi dengan kemampuan pengelolaan yang baik tidak akan berbuah baik pada keuangan saat ini maupun keuangan di masa yang akan datang.
Merasa aman dan tenang untuk keuangan di masa sekarang dan masa depan bisa didapatkan dari kolaborasi nominal penghasilan yang memadai dan pengelolaan keuangan secara tepat. Adanya keseimbangan antara dua hal tersebut dapat membawa generasi muda Indonesia menuju kehidupan yang lebih baik. Oleh karena itu, beberapa faktor perlu diperhatikan agar generasi muda Indonesia dapat meraih Financial Wellbeing, terutama di usia yang masih produktif.
Menurut Kim et al., (2003) definisi dari Financial Wellbeing sendiri adalah konsep abstrak yang digunakan untuk menjelaskan situasi keuangan individu atau keluarga. Financial Wellbeing adalah perasaan aman, tenang, dan merasa cukup mengenai kondisi keuangan baik unntuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang.
Seseorang yang telah meraih Financial Wellbeing dalam hidupnya dapat ditandai dengan seseorang tersebut telah bebas untuk menikmati hidupnya sesuai dengan keinginan pribadi dan melakukan apa saja hal yang dia mau tanpa merasakan kekhawatiran mengenai kondisi keuangan yang terbatas. Secara sederhana, Financial Wellbeing berkaitan dengan bagaimana seorang individu dapat mengelola keuangannya, buka dari seberapa besar nominal penghasilan yang didapatkan oleh seorang individu.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor apa saja yang bisa mempengaruhi tercapainya Financial Wellbeing pada usia muda. Salah seorang peneliti memaparkan mengenai pengaruh Financial Literacy terhadap kemapuan generasi muda dalam mengambil sebuah keputusan tentunya yang berkaitan dengan aspek keuangan.
Generasi muda yang memiliki Financial Literacy yang tinggi akan memiliki perencanaan keuangan dan pensiun yang lebih baik (Lusardi & Mitchell, 2007). Sama halnya dengan pelaksanaan transaksi yang berbasis sistem kredit, generasi muda yang mempunyai Indeks Financial Literacy yang tinggi akan mampu mengelola transaksi berbasis sistem kredit tersebut dengan baik (Disney & Gathergood, 2013).
Sementara generasi muda dengan Indeks Financial Literacy yang rendah akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan terutama pada aspek keuangan dengan sangat buruk yang akan berdampak pada menurunnya kondisi keuangan. (Chu, Wang, Xiao, & Zhang, 2016).
Berdasarkan pemaparan dari peneliti tersebut, dapat diketahui bahwa Financial Literacy sangat berpengaruh terhadap kemampuan generasi muda meraih Financial Wellbeing. Ukuran keberhasilan yang paling jitu dari upaya peningkatan Financial Literacy adalah Financial Wellbeing dari seorang individu.(Consumer Financial Protection Bureau, 2015).
Perilaku dan kebiasaan seorang individu dalam mengelompokkan penghasilan juga berpengaruh terhadap kemampuan seorang individu meraih Financial Wellbeing. Perilaku dan kebiasaan seorang dalam melakukan pembayaran pajak, melakukan kegiatan pembelian atau pemenuhan kebutuhan dan penggunaan transaksi keuangan yang berbasis sistemkredit juga akan membantu ganerasi muda melakukan pengontrolan pengeluaran.
Pengontrolan pengeluaran ini bertujuan untuk menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan istilah membuang-buang uang. Hal ini merupakan salah satu contoh dari penerapan Financial Behavior. Oleh karena itu, dapatka kita simpulkan bahwa terdapat suatu hubungan dan keterikatan antara Financial Behavior dengan Financial Wellbeing.
Kondisi ketika seorang individu merasa memiliki beban yang sangat besar karena beberapa kewajiban tidak dapat dilakukan pemenuhan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan seorang individu dalam meraih Financial Wellbeing dalam hidupnya. Keadaan ini dinamakan dengan Financial Stress.
Definisi dari Financial Stress sendiri merupakan keadaan dimana seorang individu memiliki kekhawatiran terhadap kondisi finansial di hidupnya. Semakin tinggi indeks Financial Stress, maka akan berdampak terhadap semakin rendahnya indeks Financial Wellbeing. Dua variabel ini merupakan variabel yang saling mempengaruhi dan hubungannya saling bertolak belakang.
Suatu pandangan, pendapat, dan pengiraan seorang individu terhadap kondisi finansial juga akan mempengaruhi indeks Financial Wellbeing dalam hidupnya. Salah satu contohnya adalah kemampuan seorang individu dalam melakukan penilaian terhadap suatu produk finansial yang tepat sesuai dengan keinginan tiap individu yang mampu mempengaruhi indeks Financial Wellbeing.
Contoh di atas merupakan salah satu perilaku seseorang dalam mengatur aspek finansial dalam hidup yang disebut dengan istilah Financial Attitude. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara Financial Attitude dengan Financial Wellbeing.
Dan yang terakhir, Financial Socialization Agents ternyata juga memiliki pengaruh terhadap kemampuan seorang individu meraih Financial Wellbeing. Sederhananya, Financial Socialization Agents merupakan suatu pengaruh, baik dari orang tua, keluarga maupun lingkungan luar. Pengaruh tersebut akan berdamppak pada perilaku seorang individu mengenai apa yang akan diperbuat di masa depan.
Di era digital ini, generasi muda juga selalu melakukan dari sosial media yang sangat berpengaruh baik dalam hal positif maupun negatif. Generasi muda akan cenderung memiliki keinginan untuk mengikuti gaya hidup individu lain uang dilihat dari sosial media. Hal ini menjadi penanda bahwa Financial Socialization Agents berpengaruh terhadap Financial Wellbeing seorang individu dalam hidupnya.
Lalu, bagaimanakah cara yang tepat untuk mencapai Financial Wellbeing pada usia muda? Berikut akan dipaparkan secara jelas dan rinci :
1. Menetapkan Tujuan Mengapa Harus Meraih Financial Wellbeing di Usia Muda
Tetapkan satu tujuan mengapa perlu meraih Financial Wellbeing pada usia muda dan tanamkan alasan tersebut pada tiap-tiap individu. Hal ini bertujuan untuk menjaga generasi muda agar tetap fokus dan konsisten dalam melakukan langkah-langkah untuk mencapai Financial Wellbeing. Hal ini juga juga akan membantu generasi muda untuk tidak mudah goyah dengan hambatan yang akan terjadi.
2. Kendalikan Gaya Hidup
Gaya hidup adalah kunci dari sukses atau tidaknya generasi muda meraih Financial Wellbeing. Rata-rata generasi muda saat ini berprinsip “kamu hidup sekali, lakukan apapun yang kamu mau”. Prinsip inilah yang membuat biaya untuk pemenuhan gaya hidup generasi muda membengkak. Generasi muda saat ini masih belum bisa membedakan dan menganalisi mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang merupakan keinginan.
Alhasil, semua produk yang menarik perhatian generasi muda langsung dibeli begitu saja tanpa melakukan analisis terlebih dahulu. Belilah suatu produk jika memang benar-benar dibutuhkan. Hindarilah perilaku konsumtif. Selain itu, sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk pastikan bahwa kondisi keuangan dalam keadaan yang stabil. Generasi muda juga dapat memanfaatkan promo, diskon, atau cashback yang tersedia.
Apabila ingin mengontrol keuangan, terutama pengeluaran tiap bulannya, generasi muda dapat memanfaatkan aplikasi pengelola keuangan yang di dalamnya terdapat fitur untuk mencatat pengeluaran. Hal serupa yang dapat dilakukan adalah membuat anggaran bulanan. Hal ini, akan memudahkan generasi muda untuk melakukan evaluasi pengeluaran setiap bulan. Untuk dapat meraih Financial Wellbeing pada usia muda, yang harus dilakukan adalah tidak menambah pengeluaran untuk gaya hidup saat nominal pendapatan naik.
3. Generasi Muda Harus Mulai Menyisihkan Pendapatan untuk Beberapa hal besar dalam Hidup
a. Biaya Pernikahan
Generasi muda saat ini merupakan calon orang tua di masa depan. Generasi muda pasti akan mengalami fase pernikahan, punya anak, dan lain-lain. Biaya pernikahan bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Nominal untuk biaya pernikahan ini terbilang cukup fantastis. Maka dari itu, biaya pernikahan harus sudah mulai dipersiapkan dari sekarang demi kelancaran pada masa yang akan datang. Selain pernikahan, juga harus mulai mempersiapkan keuangan untuk biaya persalinan, serta biaya pendidikan anak di masa depan nanti.
b. Biaya untuk Memiliki Tempat Tinggal
Mungkin saat ini generasi muda masih bertempat tinggal bersama orang tuanya. Namun di masa yang akan datang, generasi muda haruslah memiliki tempat tinggal sendiri. Maka dari itu, biaya untuk tempat tinggal juga harus mulai dipersiapkan dari sekarang. Tak hanya biaya pembangunan saja, melainkan biaya perawatan dan perlengkapan lainnya juga harus mulai dipersiapkan.
c. Dana Pensiun
Jika membahas tentang perencanaan keuangan di masa depan, maka perencanaan dana pensiun tak lepas dari pembahasan tersebut. Tak jarang seorang individu yang telah memasuki masa pensiunnya menggantungkan seluruh hidupnya kepada orang lain. Hal tersebut terjadi karena kegagalan dalam melakukan perencanaan keuangan masa depan.
Gallup (2018) memaparkan bahwa rata-rata usia pensiun yang diharapkan saat ini adalah 65 tahun. Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hal ini menunjukkan menurunnya ekspektasi karyawan merasa pesimis untuk pensiun sebelum 65 tahun dikarenakan ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhan mereka di masa pensiun serta tidak memiliki tabungan apapun. Tentunya generasi muda tidak menginginkan hal ini terjadi, bukan? Maka dari itu, mulai dari sekarang generasi muda harus sudah mulai melakukan perencanaan finansial pada masa setelah pensiun.
d. Dana Darurat
Dana darurat merupakan sejumlah uang yang sengaja dicadangkanuntuk digunakan pada keperluan yang sifatnya mendadak dan mendesak. Generasi muda disarankann memiliki nominal dana darurat minimal sejumlah tiga kali pengeluaran bulanan. Tips untuk memiliki dana darurat yang sehat, sebaiknya simpan minimal sepuluh persen dana dari total pendapatan setiap bulannya.
4. Menabung
Hal utama yang harus diakukan apabila ingin meraih Financial Wellbeing pada usia muda adalah menabung. Untuk dana tabungan, generasi muda sebaiknya memiliki rekening khusus. Generasi muda disarankan menyisihkan sampai 50 persen dari total pendapatan tiap bulannya.
5. Beli Aset Aktif
Membeli aset-aset aktif juga dapat dilakukan untuk meraih Financial Wellbeing Anda sebaiknya mulai. Usahakan untuk membeli sesuatu yang bisa menghasilkan uang. Pendapatan yang didapatkan dari aset-aset aktif ini sebaiknya ditabung atau diinvestasikan kembali. Dengan begitu nominal pendapatan dari aset aktif akan semakin bertambah.
Generasi muda juga harus teliti saat membeli aset aktif, harus mempelajari dan mempertimbangkan faktor untung dan rugi model investasi tersebut. Dengan begitu, generasi muda dapat memperkecil risiko kerugian dari investasi tersebut.
6. Jangan Pernah Terjerat Utang
Utang adalah sesuatu yang dipinjam, baik berupa uang maupun benda. Sebaiknya, generasi muda Indonesia tidak membiasakan diri untuk melakukan utang. Hal ini hanya akan menambah beban serta merugikan apalagi jika harus ditambah dengan membayar bunga. Sebaiknya generasi muda bergaya sesuai dengan kemampuan saja. Tidak perlu memaksakan diri untuk bergaya di atas kemampuan yang nantinya hanya akan menyebabkan jeratan utang yang melilit.
7. Tentukan Skala Prioritas
Skala prioritas adalah keadaan dimana seorang individu menentukan urgensi dari kebutuhan yang harus didahulukan. Hal ini sangat berfungsi dalam pengaturan finansial generasi muda yang akan memdorong tercapainya Financial Wellbeing pada usia muda.(*)