DI ERA pandemi saat ini menjadikan persaingan bisnis semakin ketat. Di masa saat pandemic seperti ini ekonomi menjadi lemah maka dari itu kreatifitas saat ini harus dimaksimalkan agar bisnis dapat berjalan walaupun banyak persaingan bisnis UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang semakin dihadapkan pada kurangnya pemahaman dalam pengelolaan, pemasaran, pengolahan, dan pengemasan produk UMKM itu sendiri.
Penulis : Jesica Putri Ayu Sabrina Indrianingsih
Fakultas Ekonomi dan Bisnis/Akuntansi Universitas Muhammadiyah Malang
Bisnis merupakan suatu proses seseorang mengadakan kegiatan ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan peluang dan kesempatan yang ada sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan secara terus-menerus.
Pengelolaan persediaan merupakan proses mengelola persedian bahan baku produksi yang akan diolah agar dapat menjadi suatu produk yang bernilai. Pengelolaan persediaan juga dapat menentukan harga penjualan produk itu sendiri. Pengelolaan persediaan menjadi salah satu hal yang penting agar persediaan yang ada dapat dimanfaatkan dengan baik tanpa mengurangi nilai persediaan itu sendiri.
Pengelolaan persediaan bahan baku harus menggunakan cara yang tepat agar bahan baku yang ada dapat dimaksimalkan dan agar produk memiliki nilai tambah sehingga suatu bisnis dapat berjalan walaupun persaingan bisnis semakin ketat.
Secara umum metode pengelolaan persediaan memiliki tiga macam yaitu :
- FIFO (First In First Out)
- LIFO (Last In First Out)
- Metode rata-rata (average).
Dari ketiga macam tersebut perhitungannya akan berbeda dan hasil penentuan harga produk pun juga akan berbeda sehingga pemilihan macam pengelolaan persediaan merupakan hal yang penting. Metode yang sering digunakan adalah metode FIFO (First In First Out), karena metode ini mudah dipahami dan diterapkan oleh para pemula bisnis.
Metode pengelolaan persediaan bahan baku tidak hanya tentang perhitungan harga bahan baku saja, tetapi dari proses datangnya bahan baku sampai ke hasil produksi, persediaan bahan baku tetap diperhitungkan.
UMKM PAJARAN merupakan salah satu pelaku UMKM di Desa Pajaran, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang memproduksi minuman kemasan yang diolah dari sari buah belimbing. Belimbing merupakan salah satu hasil kebun yang melimpah di Desa Argosuko, Poncokusumo, Malang.
Hampir setiap rumah memiliki kebun buah belimbing sendiri dan pemilik UMKM PAJARAN juga memiliki kebun buah belimbing sendiri sehingga diolah agar memiliki nilai tambah dan dapat memberdayakan masyarakat sekitar untuk ikut mengolah produksi minuman kemasan tersebut.
Minuman kemasan tersebut sudah masuk ke desa-desa tetangga dan sudah lumayan dapat dikenali oleh masyarakat sekitar. Dalam pengelolaan persediaan bahan baku UMKM PAJARAN menerapkan metode FIFO (First In First Out) dan selalu mengusahakan bahwa dalam proses produksi tidak terjadi kekurangan bahan baku agar proses produksi tidak terhambat.
Seluruh pengelolaan UMKM ditangani sendiri oleh pemilik UMKM PAJARAN, metode pencatatan persediaan bahan baku yang digunakan adalah metode prepetual karena dirasa lebih mudah dipahami.
Berdasarkan hasil wawancara saya dengan pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah “PAJARAN” menunjukkan bahwa pencatatan persediaan bahan baku secara prepetual baik dari awal pendatangan bahan baku sampai tahap terakhir yaitu penjualan produk minuman kemasan.
Tetapi hal ini tidak dilakukan secara berkala, pencatatan atau pembukuan ini dilakukan oleh pemilik UMKM PAJARAN pada saat menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, karena pada saat itu produksi meningkat dan penjualan juga meningkat sehingga dibutuhkan pencatatan untuk memudahkan biaya produksi dan penentuan harga jual yang akan ditetapkan.
Kurangnya pengorganisasian atau pengelolaan persediaan dapat menghambat proses produksi. Oleh karena itu, pengelolaan persediaan bahan baku produksi sangat penting agar tidak menimbulkan biaya tambahan sehingga dapat mengurangi laba atau keuntungan yang akan diperoleh.(*)