Peran Guru dalam Pendidikan Akhlak

  • Whatsapp

GURU merupakan orang tua kedua setelah orang tua yang melahirkan dan membesarkan kita, seringkali dikatakan bahwasanya ibu bapak adalah orang tua jasad sedangkan guru adalah orang tua ruh, guru dikatakan orang tua ruh karena tugas yang diemban seorang guru tidak hanya berfokus sebagai pengajar yang terus menerus mentransfer ilmu agar peserta didik mampu memahami materi dengan menggunakan berbagai macam strategi.

Penulis : Rahmawati

Bacaan Lainnya

Mahasiswi Pendidikan Bahasa Arab

Institut Dirosat Islamitah Al-Amien Prenduan (IDIA)

Tetapi guru juga sebagai pendidik yang mana dengan cara menjadi panutan bagi pseerta didik agar mereka mampu mempunyai sikap-sikap atau perilaku yang baik seperti sopan santun kepada sesama dan lain sebagainya yang ikut memberikan nutrisi bagi hati peserta didik agar diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari, makanya guru sering kali sangat mengetahui terhadap bakat dan minat yang ada pada setiap peserta didik.

Semua masyarakat tahu bahwasanya permasalahan yang harus dihadapi seorang guru adalah keanekaragaman dari karakter peserta didik yang terkadang menguras rasa kesabaran dan menguji guru untuk lebih intropeksi diri dan lebih peka terhadap peserta didik makanya perlu diadakan sebuah bimbingan agar keluhan ataupun tekanan yang terjadi dari masing-masing peserta didik mudah diceritakan sehingga guru bisa untuk ikut andil menyelesaikan permasalahan dengan sebuah arahan, saran ataupun nasehat yang dapat memperbaiki sikap dan karakter baik guru ataupun peserta didik.

Etika sangat diperlukan pada zaman yang cukup canggih ini yang sudah tidak asing disebut zaman modern, untuk kembali melihat pada masa dahulu yang dihiasi dengan etika, ataupun tatakrama yang baik yang mana tidak hanya berpusat pada etika guru terhadap peserta didik yang sesuai dengan kode etik guru melainkan etika peserta didik terhadap semua gurunya tanpa membeda-bedakan berdasarkan rasa sayang yang ada pada peseta didik.

Dengan melihat kenyataan yang terjadi sekarang sudah jarang sekali ditemukan santri yang menghormati guru atau peserta didik, ada dari sebagian mereka yang masih  pilah pilih guru untuk mereka hormati karena adanya faktor tertentu padahal dengan rasa hormat kita yang dapat mengantarkan pada ilmu yang bermanfaat dan jika kita melakukannya tanpa ada unsur apapun misalkan ria maka dari ilmu tersebut tidak hanya kita yang merasakan manfaat melainkan orang disekeliling kita ikut merasakan manfaatnya.

Sebagaimana pendapat dari sayyidina ali bin ai thalib “aku adalah budak bagi orang yang mengajariku sekalipun satu huruf, silahkan jika dia mau menjualku, memerdekakanku atau tetap menjadikanku sebagai budak”. Dapat kita lihat bahwa sangat diperlukan etika kita terhadap guru, sampai-sampai ali bin abi thalib mengumpamakan kita sebagai budak dan guru adalah majikan yang mana ketika guru menyuruh kita melakukan sesuatu harus sigap dan dikecualikan bukan menyuruh terhadap larangan allah.

Pelatihan secara terus perlu dibiasakan mengenai sebuah etika agar materi atau wawasan yang diperoleh tidak hanya masuk dalam otak mereka melainkan dalam hati dan sanubari sehingga etika atau akhlak sudah mampu menjadi pengontrol setiap perilaku yang ada, selain itu bagaimana guru juga memberikan kesempatan kapada peserta didik yang ingin memperbaiki sikap dan perilaku untuk terus dilatih dan dibimbing agar impia n atau kebutuhan yang diharapkan bisa tercapai sebagaimana mestinya.

Etika atau akhlaq lebih tinggi dari ilmu, perlunya ditanamkan sejak kecil tentang akhlak pada peserta didik agar dapat diterapkan sampai ia dewasa yang tidak hanya terhadap orang tua, guru, teman bahkan masyarakat luas, penyebab krisisnya akhlaq yang dimiliki peserta didik begitu banyak dan salah satunya patokan atau gambaran yang tidak baik dari seorang menjadi dasar alasan bagi peserta didik dalam meniru perlakuan atau akhlaq terhadap sesama manusia.

Sikap apapun saja yang bersumber dari guru dijadikan sebagai gambaran, patokan dan acuan untuk diikuti sehingga buruknya sikap dari peserta didik disimpulkan dengan kesalahan dari seorang guru dalam mendidik dan lebih parahnya guru tidak sukses dalam menjalankan peran dan tugasnya sebagai seorang guru.(*)

Editor: Lassarus Samosir, SE

Pos terkait