Kembali Pada Jati Diri Pagar Nusa

  • Whatsapp

INDONESIA merupakan salah satu Negara yang kaya akan seni bela dirinya, yang tidak kalah populer sampai detik ini yaitu PSNU Pagar Nusa sebagai salah satu organisasi bela diri pencak silat yang terlahir dari rahim Nahdlatul Ulama’ yang secara resmi dibentuk pada tanggal 3 Januari 1986 oleh KH. Agus Maksum Jauhari di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

Penulis : Muhammad Naufal Rofif

Bacaan Lainnya

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Latar belakang berdirinya Pagar Nusa berawal dari bentuk perhatian dan keprihatinan para Tokoh NU atas fenomena yang terjadi pada masa itu, bahwa banyak pondok pesantren yang memiliki aliran pencak silat yang jauh dari konsep Nahdlatul Ulama, Oleh sebab itu dengan berdirinya Pagar Nusa ini diharapkan sebagai jalan dakwah dalam menyebarkan ajaran Ahlussunah Wal Jamaah.

Sejauh ini Pagar Nusa tidak hanya tersebar di lingkup Nasional saja namun sudah melebarkan sayapnya sampai di lingkup Internasional, Pagar Nusa Mesir misalnya. Sebuah prestasi tersendiri bagi pendekar-pendekar Pagar Nusa dan harus terus dikembangkan dalam meneruskan cita-cita para tokoh NU terdahulu untuk melahirkan pendekar-pendekar yang berdikari dan berprestasi.

Semakin berkembangnya zaman tentunya semakin banyak Pagar Nusa melahirkan pendekar-pendekar yang berkiprah tidak hanya dalam bidang olah raga saja, akan tetapi juga dalam bidang-bidang yang lain seperti keagamaan, IPTEK, Politik, dan sebagainya, contohnya Gus Nabil Harun Ketua Pusat Pagar Nusa yang juga terpilih sebagai anggota DPR RI sesuai dengan dawuh dari kiainya. Hal ini tentu harus menjadi motivasi bagi pendekar-pendekar seluruh Indonesia.

Selain itu pendekar Pagar Nusa juga harus siap dan mampu dalam membentengi kader NU, membela Ulama, dan menjaga Keutuhan NKRI sebagai bentuk pengabdiannya, hal ini sesuai dengan makna di balik nama besar Pagar Nusa, yaitu Pagarnya NU dan Bangsa.

Sebaliknya, apabila didapati seorang pendekar Pagar Nusa merusak dan menimbulkan perpecahan di dalam bangsanya sendiri maka sangat tidak pantas disebut sebagai pendekar Pagar Nusa karena jauh dari apa yang diajarkan oleh sesepuh- sesepuh Pagar Nusa.

Di mana pun dan kapan pun para pendekar Pagar Nusa harus selalu memberikan dan menebarkan nilai-nilai positif yang sesuai dengan ajaran Ahlussunah wal jamaah kepada masyarakat Indonesia khusunya dan masyarakat mancanegara pada umumnya tanpa menimbulkan perpecahan dan pertikaian. Karena terlahir dari rahim Nahdlatul Ulama maka harus bisa menjaga nama baik organisasi tersebut serta tokoh-tokoh besar yang ada di dalamnya.

Pagar Nusa dengan semboyannya “Laa Ghooliba Illa Billah” yang memiliki arti tiada kemenangan tanpa pertolongan dari Allah, itu harus tertanam dalam jiwa para pendekar Pagar Nusa agar tidak mudah menyombongkan diri atas keahlian atau prestasi yang dimilikinya, bahwa semua itu tidak terlepas dari do’a-do’a para kiai atau sesepuh Pagar Nusa itu sendiri dan tentunya atas Pertolongan dari Allah, ini yang harus menjadi refleksi bagi pendekar-pendekar Pagar Nusa.

Realitas yang terjadi akhir-akhir ini banyak oknum-oknum Pagar Nusa yang menyalahgunakan ilmunya, banyak mereka yang membuat onar di masyarakat ataupun terpancing keonaran sehingga menimbulkan tawuran ataupun sejenisnya, apabila itu terus terjadi maka akan menimbulkan stigma negatif di masyarakat terhadap Pagar Nusa dan itu harus dihindari, ketika melihat realitas tersebut artinya nilai-nilai yang diajarkan di dalam Pagar Nusa belum benar-benar tertanam di dalam jiwa mereka.

Pagar Nusa merupakan benda mati dan yang menghidupinya adalah pendekar-pendekar yang ada di dalamnya, oleh karena itu sebagai pendekar yang terlahir dari Nahdlatl Ulama’ atas didikan para kiai maka harus bersikap professional dan bisa menghindari hal-hal negatif yang itu dapat merusak nama baik Pagar Nusa itu sendiri, seorang pendekar Pagar Nusa harus mempunyai Integritas sebagai bentuk dalam mempertahankan jati diri organisasi Pagar Nusa.(*)

Editor: Lassarus Samosir, SE

Pos terkait