Kabupaten Aceh Utara, spiritnews.co.id – Seluruh SMA Wilayah Cabang Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Utara sudah terdaftar dalam Implementasi Kurikulum Merdeka jalur mandiri, yang ditawarkan Kemdikbudristek untuk menerapkan pada tahun pelajaran 2022/2023 dimulai bulan Juli 2022.
Sesuai keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 025/H/KR/2022 tentang satuan pendidikan pelaksana implementasi kurikulum merdeka melalui jalur mandiri. Menyambut keputusan tersebut seluruh SMA di Aceh Utara harus segera mempersiapkan diri, mengingat jadwal sangat mendesak hanya dua bulan lagi.
Oleh karenanya Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Aceh Utara berinisiatif mengadakan pelatihan kepada sejumlah guru yang dibagi 4 regional Kelompok komunitas penggerak. Khusus regional 2 yang beranggotakan 11 sekolah, pelatihan awalnya dilaksanakan, Sabtu (21/5/2022) di Laboratorium SMAN 1 Lhoksukon.
Bertindak sebagai Narasumber, yakni Tabligh Diniati, M.Pd (Pengajar Praktik Guru Penggerak), Rika Syufrina, S.Pd (Guru Penggerak), dan dipandu oleh Pak Yudi Azwir (ahli IT SMAN 1 Lhoksukon) melalui Channel Youtube di Link https://youtu.be/wiqgM4-lf10 .
Ketua Komunitas Penggerak SMA Regional 2, Zulkifli, M.Pd, mengatakan, sekolah-sekolah yang bergabung dalam kawasan regional 2 adalah SMAN 1 Lhoksukon, SMAN 2 Lhoksukon, SMAN 3 Putra Bangsa, SMAN 1 Cot Girek, SMAN 1 Baktia Barat, SMAN 1 Syamtalira Aron, SMAN 1 Samudra, SMAN 1 Tanah Pasir, SMAS Raudhatul Fuqara, SMAS Al-Hilal Al-Aziziyah, dan SMAS Sukma ALmubarakah.
“Kegiatan awal ini hanya diikuti oleh Wakil kurikulum dan pengajaran tiap sekolah. Mereka dilatih Aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai penanggung agar semua guru mampu menggunakan apikasi tersebut,” kata Zukifli.
Menurutnya, aplikasi PMM ini merupakan separangkat alat (tool) untuk memahami lebih jauh tentang Kurikulum Merdeka, setiap guru nanti wajib mengikuti setiap komponen PMM secara mandiri yang dikontrol wakil kurikulum dan pengajaran masing masing sekolah sebagai penanggung jawab Program Akademik.
“Saya berharap perwakilan yang hadir segera menularkan ilmunya ke guru di bawah tanggungjawabnya dan pastikan seluruh guru menyelesaikan tugas-tugas di PMM tepat waktu. Kalau tidak akan beresiko implikasi kurikulum merdeka akan sama halnya seperti kurikulum kurikulum sebelumnya, awalnya menggebu-gebu, banyak beretorika, mandek dan berakhir tragis harus dihentikan,” katanya.
Dikatakan, kalau mengaktifkan siswa dari dulu ketika CBSA (cara belajar siswa aktif) juga demikian ujung-ujungnya dipelesatkan “Catat Buku Sampai Habis”. K 13 harapannya guru mengajar pakai model pembelajaran seperti Ingkuiri learning, discovery learning, Projec Base Learning agar siswa lebih aktif, realita di lapangan apa ?
Umumnya guru berceramah siswa jadi pendengar budiman, dan mencatat sampai bell. Bagaimana siswa bisa aktif kalau mengajar “ listrik saja misalnya” siswa melihat bola lampu hanya gambar dipapan tulis, harusnya lampu dan kabelnya dibawa ke dalam kelas, dirangkai, Kuat arus dan potensialnya diukur pakai alat.
“Jangan sampai kurikulum merdeka juga dipahami sebagai kurikulum yang siswa boleh belajar seenaknya dan bebas (merdeka), tetapi Kurikulum ini benar-benar dapat memerdekakan murid dari ketergantungan dengan orang lain (mandiri) dan dapat hidup layak dan wajar sebagaimana kodratnya sebagai manusia, setelah mereka menyelesaikan studinya,” tandasnya.
Ketua MKKS Bapak Hasbi, S.Pd, MSM saat AA kegiatan mengatatakan bahwa sebelum tahun ajaran baru tiba, akan menghadirkan Narasumber yang berasal dari Sekolah Penggerak yang sudah menerapkan kurikulum merdeka (sebelumnya disebut Kurikulum Prototipe).
Mereka sudah berpengalaman 1 tahun dengan kondisi real di lapangan, bagaimana mengatasi berbagai masalah yang muncul, seperti alokasi waktu, jam ekstrakurikuler, kekurangan jam guru sertifikasi dan lain-lain.
Sebelum mereka dihadirkan belajar dulu secara mandiri dibawah biimbingan Pengajar praktik guru penggerak, guru penggerak dan sumber-sumber pendukung laiinya, serta saling sharing sesama anggota komunitas.
“Semoga segala kekurangan dapat saling menutupi sehingga IKM secara mandiri akan berjalan sukses tanpa hambatan berarti, sama kualitasnya dengan sekolah penggerak,” tuturnya.(mah)