PEMBELAJARAN humanistik memandang siswa sebagai subjek yang bebas untuk menentukan arah hidupnya. Siswa diarahkan untuk dapat bertanggungjawab penuh atas hidupnya sendiri dan juga atas hidup orang lain. Beberapa pendekatan yang layak digunakan dalam metode ini adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif.
Penulis : Alfina Putri Maurilla
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Teori humanistik berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pemcapaian aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang belajar secara optimal.
Apa itu teori pembelajaran Humanistik ?
Teori belajar humanistik merupakan sebuah teori dimana dalam proses belajar manusia (peserta didik) harus dapat mengenali dirinya sendiri. Teori Humanistik ini muncul pada tahun 1950-an.
Teori ini sifatnya lebih abstrak mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi daripada kajian belajar. Yang artinya bahwa teori belajar Humanistik ini lebih mementingkan nilai dari apa yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia(peserta didik) yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang ideal.
Bagaimana pengaplikasian teori belajar Humanistik dalam kegiatan pembelajaran ?
Penerapan humanistik dalam dunia pendidikan menekankan pada berkembangnya suatu hal yang positif. Humanistik memfokuskan diri pada hasil afektif, manfaat belajar dalam humanistik adalah agar sebuah potensi bisa berkembang dan agar bisa mencari serta menemukan kemampuan yang mereka pendam.
Hal ini untuk perkembangan potensi diri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh sebab itu, dalam proses belajar humanistik sangat butuh perhatian yang besar dalam proses belajarnya dengan harapan bisa mendapatkan hasil pencapaian yang baik.
Teori belajar humanistik ini di dalam pengimplementasiannya sebagai sebuah metode pembelajaran juga sangat perlu diikuti dengan pengetahuan tentang pendekatan belajar kognitif serta afektif agar dapat menghasilkan transformasi positif pada hasil belajar dan sikap.
Berikut ini merupakan langkah-langkah penerapan teori ini :
- Cari tahu apa yang ingin dihasilkan dari proses pembelajaran tersebut yang bertujuan menentukan tujuan dari pembelajaran.
- Merumuskan materi yang akan dipelajari sesuai dengan tujuan awal, bertujuan supaya materi yang diberikan bisa dipahami oleh siswa.
- Mengetahui sejauh mana kemampuan murid. Amati siswa agar mampu memperkirakan kemampuan analisis, daya serap dan perilakunya.
- Mengklasifikasikan dan melakukan analisis terhadap topik materi.
- Mempersiapkan kerangka fasilitas belajar yang efektif.
- Membimbing murid untuk selalu aktif dalam pembelajaran.
- Membimbing murid supaya paham akan makna dan pentingnya pengalaman belajarnya.
- Mengevaluasi secara berkala selama pembelajaran.
Apa manfaat teori belajar Humanistik untuk peserta didik dalam pembelajaran ?
Teori belajar humanistik membawakan sejumlah manfaat yang sangat berguna bagi murid yang sedang belajar dalam jangka waktu yang panjang.
Ada manfaat yang dapat diperoleh dari teori belajar humanistik ini sebagai berikut :
- Dapat mengubah sikap atau perilaku peserta didik, dari yang mulanya tidak baik karena belum mengetahui menjadi baik.
- Membuat peserta didik untuk membiasakan berlaku secara demokratis, partisipatif, dan humanis.
- Dalam proses belajar, peserta didik juga lebih bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya untuk bisa menjadi seorang yang lebih baik.
- Bisa meningkatkan keinginan belajar peserta didik.
Jadi teori humanistik adalah teori yang bertujuan untuk memanusiakan manusia dalam suatu proses pembelajaran. Dalam praktek teori humanistik cenderung mengarahkan siswa untuk dapat berfikir induktif, mementingkan pengalaman, dan membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif didalam proses pembelajaran.
Salah satu bentuk pendidikan humanisme adalah pendidikan terbuka (open education), adalah proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada murid untuk bergerak secara bebas dan memilih aktivitas belajar mereka sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.
Dalam pembelajaran tidak hanya pendisiplinan peserta didik saja yang dilakukan, tetapi ketika proses pembelajaran berlangsung agar peserta didik dapat terpancing untuk aktif dalam pembelajaran. Pendidik dapat memberikan suatu penghargaan atau semacam hadiah kepada setiap peserta didik yang percaya diri menjawab pertanyaan yang disajikan dengan memberikan peningkatan nilai, dengan begitu peserta didik akan berlomba-lomba untuk menjawab pertanyaan yang disajikan.
Sehingga hal itu dapat membentuk tingkat kepercayaan diri peserta didik akan terus meningkat untuk mengeluarkan pendapatnya dengan berani. Selain untuk meningkatkan semangat belajar peserta didik di kelas, peserta didik juga diberi kemandirian dalam pengalaman belajar berupa model pembelajaran yang merujuk pada pendidik yang mencatat sebagai fasilitator (Diana Devi, 2021).(*)