Kabupaten Karawang, spiritnews.co.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karawang melaksanakan diseminasi hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) tahun 2022, di Karawang, Jawa Barat, Kamis (20/10/2022).
Kegiatan yang dibuka Wakil Bupati Karawang, H. Aep Syaepuloh ini merupakan bagian dari 8 aksi konvergensi penurunan stunting aksi 7, yaitu pengukuran dan publikasi stunting.
Stunting tidak hanya berdampak pada gagal tumbuh, tetapi juga menghambat perkembangan kognitif dan motorik, serta ganguan metabolisme, sehingga dampak jangka panjangnya yaitu kapasitas intelektual dan resiko Penyakit Tidak Menular (PTM) di usia dewasa.
Wakil Bupati Karawang, H. Aep Syaepuloh, mengatakan, batasan prevalensi stunting suatu wilayah akan menjadi masalah kesehatan masyarakat apabila prevalensinya lebih besar dari 20 %.
Berdasarkan data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) di Kabupaten Karawang terjadi penurunan dari tahun 2019 sebesar 24,1% menjadi 20,6% pada tahun 2021.
“Tahun 2022 ini kita optimis 12 persen,” ujar Wakil Bupati.
Diakuinya, BPB merupakan salah satu kegiatan penimbangan dan pengukuran balita agar muncul status gizi setiap balita. BPB juga dapat dijadikan sebagai salah satu kegiatan deteksi dini pada seluruh balita yang diukur, sehingga apabila balita mengalami masalah gizi atau pertumbuhan dapat segera dilakukan intervensi.
Berdasarkan hasil BPB 2022 terjadi penurunan prevalensi masalah gizi di Kabupaten Karawang apabila dibandingkan dari tahun sebelumnya. Untuk Balita pendek prevalensi tahun 2022 sebesar 1,6% sedangkan tahun 2021 sebesar 2,7% sehingga turun 1,1 poin.
Prevalensi balita berat badan kurang juga turun dari tahun sebelumnya yaitu 2,7% menjadi 2,4%, turun 0,3 poin, dan prevalensi Balita gizi kurang juga turun sebanyak 0,2 poin dari tahun sebelumnya yaitu 1,8% menjadi 1,6%.
Selain masalah gizi kurang, Kabupaten Karawang juga mengalami gizi lebih pada balita yang ditunjukkan dengan prevalensi resiko gizi lebih sebanyak 4,2% turun dari tahun sebelumnya 2021 sebanyak 5,1%.
Meskipun hasil BPB masih di bawah batas kesehatan masyarakat, namun pihaknya tetap harus melaksanakan intervensi khususnya kegiatan pencegahan stunting.
“Agar dapat mencapai target penurunan stunting baik secara nasional sebesar 14 persen maupun di Jawa Barat dengan new zero stuntingnya sebesar 19,2 persen,” ungkapnya.(ops/sir)