Pasukan YPR 305/Tengkorak Cairkan Suasana Mencekam di Kampung Horor di Intan Jaya

  • Whatsapp

Kabupaten Intan Jaya, spiritnews.co.id – Pasukan Satuan Tugas Organik Batalyon Infanteri Para Raider (YPR) 305/Tengkorak, Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad) yang dikomandoi Letnan Kolonel (Letkol) Inf Ardiyansah berhasil mengungkap fakta sebuah kampung yang selama ini disebut paling mengerikan di Kabupaten Intan Jaya, Papua.

Raja Aibon Kogila (panggilan akrab Letkol Inf Ardiyansah) mengatakan, prajurit TNI dari Pasukan Tengkorak yang dipimpinnya baru saja memasuki kampung horor bernama Mamba Bawah, terletak di Distrik Sugapa.

Bacaan Lainnya

Kemarin, saat Raja Aibon Kogila sedang mengikuti kegiatan Focus Grup Discussion (FGD), Wakil Komandan Satgas Yonif PR 305/Tengkorak, Mayor Inf Anjas Suryana Putra melaporkan, bahwa pasukannya berinisiatif untuk masuk ke Kampung Mamba Bawah. Mayor Inf Anjas bergerak bersama beberapa perwira lainnya, seperti Kapten Inf Anwar, Letnan Satu Jeffry, dan Lettu Imbalo, serta anggota Brimob dari Satgas Damai Cartenz.

Untuk mengantisipasi terjadi hal tak dinginkan, apalagi Kampung Mamba Bawah selama ini dikenal sebagai basis kuat kelompok teroris separatis bersenjata yang berafiliasi dengan Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPNPB) OPM dibawah pimpinan Lekkagak Telenggen, Raja Aibon Kogila mengatakan, beberapa pesan kepada Mayor Inf Anjas dan Pasukan Tengkorak.

“Jangan lupa berdoa. Yakinkan tim pengaman sudah di kedudukan, baru kalian berangkat,” kata Raja Aibon Kogila kepada Mayor Inf Anjas dan pasukannnya.

Setelah prosedur keberangkatan dilaksanakan, Mayor Inf Anjas memutuskan untuk segera bergerak menuju Kampung Mamba Bawah dari Ksatriaan Raja Aibon Kogila. Tak lupa mereka juga membawa perbekalan berupa beras, mie instan, peralatan olahraga dan gula-gula (permen), yang akan dijadikan buah tangan untuk warga Kampung Mamba Bawah.

Pasukan Tengkorak dan Brimob pun bergerak, mereka berjalan kaki dengan penuh kewaspadaan menuju Kampung Mamba Bawah yang lokasinya cukup terpencil, berada di antara perbukitan dan rimba lebat.

Tak lama kemudian, Kampung Mamba Bawah mulai terlihat oleh Pasukan Tengkorak. Mereka berhenti sejenak untuk melihat situasi keamanan. Dari kejauhan terlihat beberapa warga sedang beraktivitas. Namun, saat pasukan militer itu mulai mendekati dan masuk ke kampung, tampak seorang laki-laki berbaju merah berlari terbiri-birit. Dia tampak sangat ketakutan melihat rombongan prajurit TNI dan Brimob.

Seketika itu juga suasana kampung mendadak mencekam, warga yang sebelumnya terlihat beraktivitas di luar rumah tiba-tiba menghilang. Kampung Mamba Bawah berubah sunyi senyap. Dengan tekad yang sudah bulat untuk bisa membantu masyarakat, Pasukan Tengkorak terus bergerak menyusuri jalan kampung.

Lalu satu persatu honai warga didatangi Mayor Inf Anjas, tapi situasi tak berubah. Sampai akhirnya Pasukan Tengkorak berjumpa seorang warga bernama Jemmy Sani. Saat itu dia sedang berada di halaman honai bersama tiga anaknya.

“Selamat pagi Bapak,” kata Mayor Inf Anjas menyapa Jemmy sembari mengulur tangan untuk menjabat tangan Jemmy Sani.

Jemmy menerima kedatangan prajurit TNI dengan baik. Lalu, Kapten Puji menyerahkan bahan makanan yang dibawa dari Ksatriaan Raja Aibon Kogila. Istri Jemmy Sami menerima bahan makanan itu sambil tak henti-henti mengucapkan kalimat terima kasih.

Usai berbincang dan menyampaikan maksud kedatangan rombongan ke kampung itu, Jemmy akhirnya berteriak-teriak dengan menggunakan bahasa Moni untuk memanggil warga yang bersembunyi di dalam honai. Tak lama warga pun keluar dari honai mereka masing-masing.

Lalu Jemmy menyampaikan kepada warga tentang tujuan Pasukan Tengkorak Kostrad ke Kampung Mamba Bawah. Terutama soal keinginan prajurit TNI membantu kesulitan-kesulitan hidup yang selama ini dialami warga.

Akhirnya senyuman pun mulai terpancar di wajah warga dan mereka mulai mau berbincang dengan prajurit TNI hingga suasana berubah total dari sebelumnya. Perbekalan pun dibongkar, bahan makanan dibagikan kepada para mama. Sedangkan gula-gula diberikan kepada anak-anak. Dan tim kesehatan TNI memberikan pengobatan kepada warga yang sedang sakit.

Sampai akhirnya waktu berpisah tiba, Mayor Inf Anjas dan rombongan memberikan peralatan olahraga berupa net voli lengkap dengan bolanya kepada Josefat Sani, tokoh pemuda Mamba Bawah, kebetulan banget memang saat itu mereka sedang membuat lapangan voli.

“Besok-besok, Bapa-Bapa main saja ke sini. Kita main voli, main bola sama-sama,” ucap Josefat Sani.

Pasukan pun bergerak kembali ke ksatriaan. Dan terbukti walau suasana sempat mencekam, tapi secara keseluruhan Kampung Mamba Bawah tak horor seperti cerita dan desas desus di luar yang selama ini berkembang.

Memang untuk diketahui, kelompok bersenjata sering berulah di kampung ini. Menembaki warga dengan kejam, menyerang dan membakar fasilitas kampung. Bahkan menembaki prajurit TNI. Yang terbaru terjadi setahun lalu pada 27 Oktober 2022, saat prajurit TNI dari Tim Mandala terluka usai baku tembak di Kampung Mamba Bawah.(rls/red/sir)

Pos terkait