Pasukan 305/Tengkorak Kebut Pembangunan Jaringan Air Bersih untuk Warga Kampung Amaesiga Intan Jaya

  • Whatsapp

Kabupaten Intan Jaya, spiritnews.co.id – “Daripada Menyerah, Lebih Baik Mati Bercermin Sebagai Tengkorak”. Kalimat inilah yang ditanamkan pada diri prajurit Satuan Tugas Organik Papua, Batalyon Infanteri Para Raider 305/Tengkorak, Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat (Kostrad)

Ini yang menjadi semangat dan pantang menyerah atau pantang menerima kegagalan dalam melaksanakan segala penugasan yang diemban dimanapun ditugaskan. Sehingga bukan Kostrad namanya kalau nggak ‘ngegas’. Tanpa ampun, para prajurit Kostrad 305/Tengkorak yang dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat menerobos masuk beberapa perkampungan yang mencekam di Kabupaten Intan Jaya, Papua, seperti Kampung Mamba Bawah, Amaesiga, Tanah Putih dan banyak lagi kampung lainnya.

Bacaan Lainnya

Kali ini, pasukan TNI Angkatan Darat ini mengubah keheningan di Kampung Amaesiga menjadi ceria, Jumat (4/11/2022). Sudah dua minggu para prajurit Kostrad 305/Tengkorak bekerja keras demi membuat warga Kampung Amaesiga menikmati kenyamanan dalam mendapatkan air bersih tanpa harus bersusah payah serta menjadikan kampung tak lagi gelap di malam hari.

Program penyediaan air bersih, pipanisasi dan pemanfaatan pompa hydrant serta peneragan kampung, dikebut oleh Lettu Inf Imam Sembiring bersama prajuritnya dari Pos Mamba.

Bukan hanya itu, para prajurit Kostrad juga membuatkan kamar mandi umum lengkap dengan toiletnya, demi menjadikan Amaesiga sebagai kampung sehat, sekaligus kampung percontohan di Kabupaten Intan Jaya. Upaya yang dilakukan oleh anak-anak Letnan Kolonel Inf Ardiansyah atau yang akrab disapa Raja Aibon Kogila ini, tentunya sejalan dengan program TNI-AD Manunggal Air yang saat ini sedang digalakkan di seluruh pelosok negeri.

“Amaesiga kan kampung yang paling dekat dengan Pos. Warga kampung juga masih banyak yang takut dengan aparat keamanan, karena beberapa kali kejadian, Kelompok Separatis Teroris (KST) menjadikan kampung mereka sebagai rute masuk dan kembali setelah menyerang Pos Mamba. Bahkan, pernah ada diantara warga yang menjadi korban. Maka kami mencoba untuk membuat mereka nyaman tanpa rasa takut lagi, sekaligus menunjukkan bahwa TNI itu baik, datang untuk membantu masyarakat,” Raja Aibon Kogila.

Pada tanggal 5 Oktober 2002 lalu, rombongan Bapa Peter pertama kali datang ke Amaesiga, terlihat jelas raut wajah keheranan warga. Betapa tidak, TNI yang biasanya hanya sesekali terlihat patroli, dengan kesan menakutkan bagi masyarakat, ternyata sangat ramah dan menyenangkan.

Berbekal gula-gula, cokelat, buku dan alat tulis serta pakaian layak pakai dan kalung rosario yang dibagikan kepada warga, membuat para Ksatria Tengkorak cepat sekali masuk ke hati masyarakat Kabupaten Intan Jaya.

Apalagi setelah Imam melaporkan tentang kondisi kampung, Raja Aibon langsung merencanakan untuk menjadikan Amaesiga sebagai kampung percontohan. Ternyata tidak keliru keputusan Raja Aibon Kogila. Setelah kegiatan di Amaesiga tersebar ke telinga warga Kampung lain, hampir semua kampung meminta agar kampungnya juga diterangi, dibuatkan pipanisasi serta diberikan perlegkapan olah raga.

Proses program pipanisasi, pemanfaatan pompa hydrant dan penerangan kampung Amaesiga tidak hanya dikerjakan oleh para Ksatria Tengkorak. Bapa-Bapa, Mama-mama sampai anak kecil turut berpartisipasi, bekerja bersama-sama agar kampung mereka segera berubah wajah.

Di Pos, Serka Maldi, Sertu Erick, Serda Sigit dan teman-temannya bukannya nganggur. Namun, justru mereka tanpa kenal waktu menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk membuat warga Amaesiga lebih ceria.

Pipa, toren, rangka kamar mandi dan toilet, pompa hydrant sampai dengan lampu yang merupakan dukungan dari Panglima Kostrad, disiapkan semuanya di Pos. Tidak lupa papan nama kampung juga di buat sebagus mungkin agar Amaesiga menjadi lebih indah.

“Sesuai perintah komandan, minggu depan sudah selesai semua pekerjaan. Sampai dengan sore ini, sudah terealisasi sekitar 90 %. Tinggal pompa hydrant saja yang masih belum maksimal. Tadi juga Mama-mama sudah mulai memanfaatkan tempat pengambilan air. Untuk lampu dari Pangkostrad kita pasang tiga, besok malam baru bisa dilihat hasilnya,” kata Imam kepada Raja Aibon Kogila.

Bukan sekedar ilusi. Para prajurit Kostrad dari Karawang bekerja nyata secara cerdas untuk membuktikan bahwa kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat benar-benar berdampak.

Sesuai poin ke-8 dari Delapan Wajib TNI, “Menjadi Contoh dan Mempelopori Usaha-Usaha Untuk Mengatasi Kesulitan Rakyat Sekelilingnya”, para Ksatria Tengkorak melaksanakannya dengan hati yang tulus demi Papua Penuh Damai (PAPEDA).(rls/red/305/Tengkorak)

Pos terkait