Kabupaten Intan Jaya, spiritnews.co.id – Keinginan masyarakat Kampung Yokatapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua untuk membangun gereja yang telah lama terbengkalai, direspon positif oleh Letkol Inf Ardiansyah, Dansatgas Bataliyon Infantri (Yonif) Para Raider (YPR) 305/Tengkorak.
Awalnya, Letkol Inf Ardiansyah yang akrab disapa Raja Aibon Kogila menerima laporan dari Lettu Inf Wira Wijaya, Danposramil Januari Janambani (J2). Setelah menerima laporan itu, Raja Aibon Kogila tidak mau berlama-lama memanfaatkan peluang emas untuk merebut simpati masyarakat, apalagi gereja yang akan dibangun tersebut merupakan niat dan amanah mantan Kepala Suku Besar Kabupaten Intan Jaya, mendiang Oktavianus Sondegau sebelum meninggal.
Setelah sebelumnya dua kali memberikan bantuan bahan bakar mesin Chainsau (mesin potong kayu), kali ini pasukan Kostrad Yonif 305/Tengkorak yang datang dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terjun langsung dalam proses pembangunan.
Gembala Yakob Sondegau, anak dari istri ke-14 Kepala Suku Besar, yang juga sebagai ketua panitia pembangunan sangat berterima kasih atas segala bantuan yang diberikan oleh pasukan Kostrad 305/Tengkorak. Keputusan cepat dari Raja Aibon Kogila dalam menyiapkan personel, termasuk mendukung kebutuhan peralatan dan materil yang kurang, membuat Raja Aibon Kogila dianggap sebagai penerus sang Kepala Suku, orang tua mereka.
Layaknya dihadapan Raja Besar, Yokabus Sondegau dan masyarakat sangat antusias ketika Raja Aibon Kogila berbicara, menyampaikan rencana sampai memutuskan untuk menargetkan pembangunan gereja dapat diselesaikan sebelum bulan Desember 2022. Bahkan, mama-mama dan beberapa pemuda yang sebelumnya tidak ikut nimbrung, kini merapatkan diri dan mendekat untuk mendengar petunjuk dan arahan dari Raja Aibon Kogila.
“Sini, sini sudah. Kumpul, kumpul. Wooii, Shonobi, Shonobi..,” teriak beberapa warga memanggil warga lainnya agar berkumpul dihadapan Raja Aibon Kogila. (Shonobi dalam bahasa mereka artinya Kepala, Ketua dimana panggilan Shonobi ditujukan untuk Raja Aibon Kogila).
Setelah Raja Aibon Kogila menanyakan tentang cerita pembangunan gereja yang tidak tuntas, Pak Rumbewas, anggota Polres Intan Jaya kemudian membantu, meminta Gembala Yakob untuk menceritakan kepada Raja Aibon Kogila. Dari cerita Gembala Yakob, diketahui bahwa sejak tahun 2020 warga hanya bisa beribadah di lapangan, tanpa adanya bangunan gereja. Sedih sekali mendengarnya. Padahal, jemaat yang beribadah setiap minggunya bisa sampai 100 orang.
“Hormat, terima kasih. Pada waktu itu, kami ini jemaat induknya di gereja yang besar, di atas. Karena Corona, kita tidak bisa beribadah semua. Makanya kami semua masyarakat beribadah di rumput, di lapangan. Terus, tahun 2021, ada program pemerintah, mereka bangun perumahan masyarakat, sehingga kami minta ke kepala tukang, kalo bisa dua rumah gabung jadikan gereja. Waktu itu, mereka kasi berdiri kerangka saja. Sehingga tahun 2022, kami mulai duduk di dalam,” kata Pendeta Yakob dihadapan Raja Aibon Kogila.
Gembala Yakob juga menceritakan bahwa selama ini tidak ada lagi bantuan dari pemerintah. Karena kebutuhan, masyarakat secara swadaya mencari kayu, mencari dana, dengan harapan gereja mereka bisa terbangun utuh dan bisa digunakan pada saat perayaan Natal.
Raja Aibon Kogila yang hadir bersama Wadansatgas dan staf serta Lettu Inf Wira, mendengar dengan seksama cerita Gembala Yakob. Kendala tidak adanya alat ketam yang memadai juga disampaikan oleh Gembala Yakob.
Alhasil, Raja Aibon Kogila yang juga Danyonif 305/Tengkorak Karawang ini meminta Kapten Inf Poltak Siahaan yang berada di Timika untuk membelinya dan segera mengirimkan ke Kabupaten Intan Jaya.
Para pajurit Kostrad 305/Tengkorak dengan tidak kenal lelah, terus bekerja sejak pagi hari. Lettu Inf Basyir, si Bos Koper yang memang ahli dalam pertukangan, dijemput untuk melihat langsung kondisi awal bangunan serta merencanakan kebutuhan personel dan materil yang dibutuhkan, agar pekerjaan selesai pada akhir bulan November 2022.
Raut wajah bahagia dan gembira tak bisa ditutupi oleh Pendeta Daud, Gembala Yakob dan seluruh warga yang hadir. Ucapan terima kasih dan hormat dibarengi salam, berulang kali diucapkan oleh warga kepada Raja Aibon Kogila. Betapa tidak, warga menuturkan bahwa baru kali ini TNI mendatangi mereka di kampung. Lebih lagi, pasukan Raja Aibon Kogila bukan sekedar datang, namun tanpa diminta, membangun Gereja yang selama mereka impi-impikan.
“Ini kita kerjakan sama-sama, mudah-mudahan cepat selesai. Saya minta, Bapak Pendeta, Bapak Gembala dan teman-teman, nanti kita sama-sama disini. Ini kan swadaya semua toh, tidak ada bantuan dari siapa-siapa. Saya senang, artinya pembangunan ini karena keinginan masyarakat sendiri. Apa kekurangannya nanti, akan kita bantu semuanya. Minta doa saja dari Bapa-Bapa, biar tidak ada kendala dan kita dapat berkat, sehingga bisa bantu semuanya,” kata Raja Aibon Kogila kepada masyarakat.
Cukup lama Raja Aibon Kogila dan para Ksatria 305/Tengkorak mendengar cerita masyarakat. Semua diceritakan, sampai dengan bagaimana susahnya mereka selama sebulan mengumpulkan kayu di hutan. Silsilah keluarganya juga tak terlewatkan, tentang orang tua mereka, sang Kepala Suku Besar yang memiliki 25 orang istri. Mereka bercerita seolah-olah sudah lama mengenal Shonobi Umum, si Raja Aibon Kogila.
“Dulu, tidak seperti ini. Datang patroli saja. Tidak berbicara dengan kita seperti Bapak-Bapak. Bapak-Bapak berbeda,” ucap Gembala Yakob ketika melanjutkan obrolan ketika Basyir bersama timnya mulai mengukur dan menghitung.
Karena hari sudah siang, Gembala Yakob pun menawarkan Raja Aibon Kogila dan para Ksatria 305/Tengkorak makan siang bersama. Sungguh luar biasa ramahnya saudara Papua. Tidak ada kesan menakutkan seperti yang banyak diceritakan orang, sebelum merasakan sendiri berada di Kabupaten Intan Jaya.
Sajian makan siang yang dihidangkan sangat jauh dari kesan mewah. Nasi, ubi rebus dan sayur terasa nikmat sekali, apalagi dirasakan bersama-sama. Makan bersama-sama, dihibur oleh beberapa ekor babi kepunyaan keluarga Sondegau yang berjalan kesana kemari, mungkin tidak banyak yang merasakan. Betapa suasana kekeluargaan terpancarkan, semua sama, semua saudara, semua bahagia.
Seperti biasa, sebelum meninggalkan lokasi pembangunan Ggereja, Raja Aibon Kogila memanggil anak-anak untuk dibagikan cokelat. Ternyata bukan hanya anak-anak yang datang. Mama-mama pun senang mendapat bagian.
Rasa hormat ditunjukkan semua warga ketika Raja Aibon Kogila naik ke truk, kemudian pergi meninggalkan mereka. Lambaian tangan dan teriakan hormat mengiringi putaran roda truk merah yang membawa Raja Aibon Kogila kembali ke Pos Mamba.(rls/red/305/Tengkorak)