Jakarta, spiritnews.co.id – Pemerintah, melalui BP2MI menerima audiensi dari OTTO Workforce Belanda (OTTO) bersama dengan PT OS Selnajaya Indonesia, di Jakarta (30/11/2022), terkait dengan peluang kerja tenaga kesehatan Indonesia di Belanda.
Audiensi tersebut, diterima oleh Sukarman, Direktur Penempatan Non Pemeritah Kawasan Eropa dan Timur Tengah, BP2MI beserta tim, bersama dengan Abd Ghofar, Direktur Sistem dan Strategi Penempatan dan Pelindungan Kawasan Eropa dan Timur Tengah beserta tim.
Hadir secara virtual, Erwina, mewakili Direktorat Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (Dit P2PMI) Ditjen Binapenta-PKK, Kemnaker. Hadir dalam audiensi tersebut Frank Van Gool, CEO OTTO (anggota grup OUTSOURCING Inc Jepang) beserta tim, bersama Satoshi Miyajima, Presiden Direktur PT OS Selnajaya Indonesia (OS Selnajaya), yang juga anggota grup OUTSOURCING Inc Jepang, beserta sejumlah tim.
“Belanda, saat ini kekurangan tenaga Kerja, termasuk di sektor kesehatan. Sehingga, perlu mendatangkan tenaga profesional dari negara lain. Tenaga Kesehatan dari Indonesia menjadi salah satu harapan,” kata Frank Van Gool.
Frank berharap, dapat memperoleh dukungan dari stakeholder, termasuk pemerintah, sehingga kebutuhan atas kekurangan SDM kesehatan di Belanda, semaksimal mungkin dapat dipenuhi dari Indonesia.
Menanggapi maksud dan tujuan tersebut, Sukarman, Direktur Penempatan Non Pemeritah Kawasan Eropa dan Timur Tengah, BP2MI menyambut baik adanya program peningkatan kapasitas tenaga kesehatan Indonesia di Belanda tersebut.
“Dengan adanya program tersebut, maka kesempatan kerja di luar negeri terus meningkat dan semakin luas,” kata Sukarman.
“Apalagi, telah terjadi over supply tenaga kesehatan, yang tidak terserap di pasar kerja domestik,” tambahnya.
Dirinya mengupayakan agar seluruh skema penempatan PMI, dapat diakomodir dan dibuka.
Erwina, mewakili Direktorat Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (Dit P2PMI) Ditjen Binapenta-PKK, Kemnaker, mengatakan, pemerintah akan mendukung penempatan PMI, sepanjang sesuai dengan regulasi yang berlaku.
“Saat ini, penetapan Belanda sebagai negara tujuan penempatan, sedang dalam proses finalisasi. Semoga tidak ada kendala, dan regulasi berupa Keputusan Dirjen segera diterbitkan,” kata Erwina.
Abd Ghofar, Direktur Sistem dan Strategi Penempatan dan Pelindungan Kawasan Eropa dan Timur Tengah, mengatakan, kendala utama dalam penempatan PMI adalah kemampuan Bahasa Asing.
“Selama ini, faktor penguasaan bahasa menjadi salah satu hal penting dalam keberhasilan penempatan PMI,” kata Ghofar.
Dia menyarankan agar, terkait Bahasa, dapat disiapkan upaya yang sistematis, agar CPMI dapat menguasai kemampuan Bahasa Belanda, melaui cara-cara yang efektif.
Satoshi Miyajima, Presiden Direktur PT OS Selnajaya Indonesia, mengaku akan mengupayakan program pelatihan Bahasa Belanda dan langsung mendatangkan instruktur Belanda dari Belanda.
“Melalui kerja sama dengan OTTO sebagai sister company, kami berusaha maksimal memfasilitasi pelatihan Bahasa Belanda bagi CPMI yang berminat berkarir di Belanda, dengan mendatangkan instruktur native, langsung dari Belanda,” kata Miyajima.
“Skema program ini sangat bagus, karena CPMI dibebaskan dari biaya penempatan (zero cost). Proses penyiapan dan penempatannya juga lebih clear. Penyiapan SDM-nya melibatkan kami di Indonesia, dan hal-hal yang terkait di negara tujuan (Belanda), di-manage oleh sister company kami sendiri (OTTO),” tambahnya.
Menurutnya, melalui skema kerja sama dengan OTTO, nantinya, rumah sakit di Indonesia yang bermaksud meningkatkan kompetensi SDM (perawat) di Belanda, dapat berpartisipasi dalam program ini. Setelah kontrak kerja selesai dan kembali ke Indonesia, dapat bekerja kembali di rumah sakit tersebut.
“Semoga, atas dukungan penuh dari lembaga pemerintah terkait, baik Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Kesehatan, BP2MI, maupun lembagai terkait lainnya, program penempatan PMI ke Belanda dapat terrealisasi dan berjalan baik, serta memberikan manfaat positif bagi berbagai pihak,” ungkapnya.(rls/red/sir)