Jakarta, spiritnews.co.id – Industri pertahanan Indonesia saat ini terus menggeliat, baik dari sisi pelaku usaha swasta maupun dari sisi pemerintah. Terlebih dengan telah diresmikannya Defend ID sebagai holding BUMN Industri Pertahanan.
Di sisi lain, proyeksi pasar industri pertahanan kawasan Asia sangat besar. Untuk kawasan Asia Tenggara, diproyeksikan bisa mencapai US$ 35 miliar. Sementara itu, untuk kawasan Asia Pasifik, diperkirakan mencapai US$ 533 miliar atau lebih dari Rp 6 ribu triliun.
Rantai Pasok Global atau Global Supply Chain (GSC) dipahami sebagai sistem bisnis berskala global untuk menghasilkan produk dan/atau jasa. Rantai pasok ini terdiri atas pemasok bahan mentah, pemasok bahan, manufaktur, distributor produk, pengecer (retailer) atau penyedia jasa dan pengguna akhir.
Dalam UU No. 16 tahun 2012 disebutkan, industri pertahanan meliputi industri alat utama, industri komponen utama dan/atau penunjang, industri komponen dan/atau pendukung (perbekalan) serta industri bahan baku.
Semua kelompok industri pertahanan itu berpotensi bahkan harus menjadi bagian dari GSC agar dapat survive dan terus berkembang. Karenanya, dibutuhkan perluasan pasar produk dan jasa industri pertahanan dengan menjadi bagian dari GSC.
Demikian disampaikan oleh Eris Herryanto, Ketua Forum Komunikasi Industri Pertahanan (FORKOMINHAN) atau Indonesia Defense Industry Forum (IDIF).
“Untuk memperkuat kerja sama bidang industri pertahanan antar-negara, FORKOMINHAN berkolaborasi dengan KAIST dan The Korea Association of Defense Itry Studies (KADIS) menyelenggarakan Seminar 4th KAIST Global Public Procurement Conference,” katanya.
Kegiatan yang mengangkat tema “Defense Industry Cooperation Between Korea and Indonesia” ini berlangsung di Changwon yang merupakan pusat industri pertahanan Korea, Selasa (6/12/2022) dan dilakukan secara hybrid dengan peserta online maupun offline.
Sebelumnya, Indonesia telah menandatangani perjanjian kerjasama antara KADIS (Korean Association Defense Industry Studies) dan FORKOMINHAN terkait industri pertahanan.
Mewakili Indonesia, Eris yang hadir bersama Pos Marojahan Hutabarat selaku Ketua bidang kerjasama dalam dan luar negeri IDIF menyatakan komitmen IDIF untuk mendukung kemajuan industri pertahanan nasional dengan mendorong terciptanya ekosistem industri pertahanan yang solid dan terintegrasi, serta mendorong industri pertahanan nasional menjadi bagian dari global supply chain.
“IDIF telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan komitmen tersebut melalui kerjasama dan kerjasama dengan berbagai pihak, salah satunya dengan The Korea Association of Defence Industry Studies (KADIS), yang merupakan ahli di bidang Industri Pertahanan di Korea,” katanya.
Ia berharap, kegiatan ini dapat membangun hubungan industri pertahanan antara Indonesia dan Korea menjadi lebih kuat. FORKOMINHAN sendiri merupakan organisasi mandiri, nirlaba serta sebagai think tank bidang Industri Pertahanan di Indonesia.
“FORKOMINHAN berkomitmen ingin mendukung kemajuan industri pertahanan nasional dengan mendorong terwujudnya ekosistem Industri Pertahanan yang solid dan terintegrasi serta mendorong industri pertahanan nasional menjadi bagian global supply chain,” ungkapnya.(rls/red/sir)