KOTA BATU merupakan kota yang terletak di dataran tinggi dan dikelilingi oleh pegunungan sehingga memiliki suhu yang dingin yang bagus untuk usaha pertanian dan peternakan. Peternakan di Kota Batu mempunyai andil dalam kegiatan perekonomian, karena sebagian daerah merupakan penghasil susu dan memiliki populasi ternak terutama sapi perah yang cukup besar (BPS Kota Batu, 2015) , begitu pun pertanian.
Penulis : Karmila Eka Putri
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Maka dari itu manajemen kualitas industri ekstraktif ini sangat berperan penting dalam kegiatan prekonomian Kota Batu. Manajemen menurut Terry (2015) merupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.
Pengertian tersebut akan selalu mengerucut kepada satu hal, yaitu pengambilan keputusan. Di dalam kesaharian kita sering kali mendengar tentang manajemen, sejatinya bermakna seni dalam mengelola dan mengatur. Seni tersebut menjadi krusial dalam rangka menjaga kestabilan sebuah entitas bisnis atau perusahaan dan organisasi.
Industri pertanian adalah industri yang mengolah dan menghasilkan barang yang mendukung sektor pertanian. Industri pertanian juga dikenal sebagai agroindustri. Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut.
Industri peternakan merupakan bagian dari pertanian yang menghasilkan produk pangan. Pangan yang dihasilkan dari industri peternakan merupakan penghasil protein hewani yang bernilai gizi tinggi seperti daging, telur, dan susu.
Analisis Pebandingan pada Industri Ekstraktif Penelitian komparasi dapat dilakukan untuk membandingkan antara dua hal yang berbeda atau tidak ada hubungan sama sekali.
Contohnya, perbedaan lama sembuhnya penyakit yang diobati dengan obat B dibandingkan dengan obat A. Antara A dan B tidak ada hubungan sama sekali, bahkan obat A dan B diberikan pada pasien yang berbeda, dengan intensitas pengobatan yang sama dan yang akan dievaluasi adalah kecepatan sembuhnya.
Penelitian komparasi juga dapat dilakukan untuk membandingkan antara keadaan sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada suatu sampel yang sama. Misalnya, disebuah kampus kita ambil sampel wanita. Kelas yang akan diteliti sama, yaitu wanita kelas B6, akan kita ukur kadar gula darah sebelum dan sesudah diberi penyuluhan.
Begitu juga yang akan terjadi dengan penelitian kali ini akan melihat seberapa bedanya penerapan manajemen kualitas dalam industri pertanian dan peternakan. Ditarik dari kesimpulan yang sudah dibahasakan dalam pembahasan-pembahasan setiap informan peneliti.
Disini menunjukan perbandingan penggunaan manajemen kualitas dalam kinerja operasional dengan pengaruhnya budaya kualitas yang disini menjadi variabel moderating. Pertanian lebih memfokuskan perkembangan manajemen kualitas melalui kinerja operasional. Adanya budaya kualitas sedikit menahan pesat perkembangan dari kedua variabel tersebut.
Sebaliknya dengan pertanian bahwa variabel manajemen kualitas memiliki peran cukup besar untuk mendukung manajemen kualitas dalam kinerja operasional di lapangan. Sedangkan peternakan sedikit manajemen kualitas pada kinerja operasional dan budaya kualitas juga sedikit menekan pada kedua variabel.
Penjelasan dari informan sudah cukup memaparkan variable yang akan di teliti peneliti. Dimana manajemen kualitas mempengaruhi kinerja operasional industri ekstraktif. Manajemen kualitas lebih diperuntukan untuk memenuhi kebutuhan kinerja operasional yang ada agar dapat menghasilkan output yang berkualitas dari hasil alam yang di kelola.
Adanya sumber daya manusia yang berpengalaman dalam hal bekerja untuk menjaga penglolaan hasil alam untuk mencapai kualitas yang baik. Pengukuran kinerja sangat penting dalam suatu bidang produksi dalam hal niyaitu di bidang ekstrak yang ada di batu yang efektif.
Secara umum ,kinerja didefinisikan sebagai sejauh mana suatu operasi memenuh tujuan kinerja. Dan langkah – langkah utama dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan. Fakta menunjukan bahwa tanpa dilakukan suatu pengukuran terhadap kinerja, maka sulit untuk memperbaikinya. Karena itu, meningkatkan kinerja operasional memerlukan identifikasi terhadap variable- variable yang mempengaruhimya dan mengukurnya dengan akurat.
TQM merupakan suatu konsep perbaikan yang dilaksanakan secara terus-menerus, yang melibatkan seluruh elemen dan karyawan pada setiap tingkatan organisasi dalam rangka untuk mencapai kualitas yang terbaik pada seluruh aspek organisasi melalui proses manajemen.
Variabel praktik TQM menjadi bagian dari manajemen operasional dalam kualitas industri ekstrak yang ada di batu terdiri dari, kepemimpinan, perencanaan strategis, fokus pada pelanggan, informasi dan analisis, manajemen orang-orang dan manajemen proses mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja kualitas.
Hal ini mengindikasikan bahwa derajat meningkat atau menurunya kinerja mutu produk sangat ditentukan oleh variabel-variabel TQM tersebut. Komitmen manajemen yang kuat konsisten terhadap implementasi TQM dalam organisasi perusahaan sangat dominan dalam menentukan kinerja kualitas produk.
Program-program peningkatan kualitas yang telah direncakan dalam kerangka TQM akan berjalan dengan baik apabila mendapatkan dukungan penuh dari pihak pimpinan/manajemen perusahaan, (Munizu 2010).
Adanya kesamaan dari peneliti dan hasil penelitian sebelumnya yang dimana implementasi manajemen kualitas akan berkembang dengan adanya dukungan dari pemimpin atau selaku pemilik usaha dari industri ekstraktif. Dukungan dari kepemimpinan puncak dapat mendorong secara positif terhadap kinerja operasional yang ada di industri ekstraktif.
Dimana kepemimpinan mempunyai pengaruh yang kuat dan positif terhadap kinerja operasional dengan menggunakan pengalaman yang ada dari masing-masing pemimpin. Komitmen manajemen dalam mendukung suksesnya implementasi manajemen kualitas guna mencapai kinerja yang tinggi dalam kualitas produknya dapat diwujudkan melalui suatu sistem manajemen yang terpadu dari tingkat pimpinan puncak sampai ke pekerja.
Sehingga usaha memeperoleh kemajuan secara konsisten dalam mencapai standar kinerja operasional. Fokus pada konsumen merupakan salah satu faktor utama dari dalam usaha industri ekstraktif yang mempengaruhi perubahan dan pengembangan kinerja operasional.
Pekerja industri estraktif hendaknya mampu membuat kebijakan dan program secara lebih efektif dalam meningkatkan kinerja pekerja berdasarkan variable implementasi manajemen kulias. Implementasi manajemen kualitas dapat dilakukan menurut skala perioritas berdasarkan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki industri ekstraktif.
Manajemen kualitas yang masih kurang optimal pelaksanaannya dalam industri ekstraktif hendaknya menjadi perioritas perhatian bagi manajemen, agar kinerja operasional dapat ditingkatkan lagi menjadi semakin baik. Penggunaan praktek-praktek manajemen kualitas sebagai tolok ukur perkembangan industri ekstraktif hendaknya lebih dioptimalkan pemanfaatannya agar produk yang dihasilkan dapatdikelola menjadi hasil yang berkualitas tinggi.
Kemudian program-program pemberdayaan pekerja juga hendaknya direncanakandan dijalankan dengan sebaik-baiknya dengan dukungan manajemen kualitas secara penuh dalam organisasi industri ekstaktif.(*)