“Momok” Media Sosial Bagi Mental Health di Era Globalisasi

  • Whatsapp

MEIDA SOSIAL sosial saat ini telah menjadi hal yang sangat berdampingan dan tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Mulai dari kalangan dewasa, remaja dan anak-anak, dengan menggunakan media sosial. Manusia dapat dengan mudah mencari informasi dan berhubungan satu sama lain dengan mengesampingkan jarak.

Penulis : Tiara Dwita Wardhani

Bacaan Lainnya

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang

Namun, dibalik segudang manfaat tersebut, media sosial juga dapat di gambarkan sebagai pisau bermata dua yang memiliki dampak negatif selain dampak positif yang telah di sebutkan.

Sosial media jika tidak digunakan dengan bijak dapat memberikan efek negatif termasuk kesehatan mental seperti rasa cemas, kurang percaya diri, membanding-bandingkan diri dengan pencapaian orang lain yang akhirnya dapat menimbulkan depresi.

Dalam sebuah penelitian menemukan bahwa penggunaan media sosial diatas tiga jam per hari dapat menimbulkan masalah kesehatan mental khususnya masalah citra diri. Pada tahun 2021, tingakt penggunaan internet di Indonesia meningkat 11 persen hal ini dipengaruhi oleh adanya pandemi yang merharuskan seluruh kegiatan dan komunikasi berbentuk online.

Menurut pakar ahli Kesehatan mental Dr. Jaclyn Halpern, PsyD. Beberapa orang yang menghabiskan hidupnya di media sosial cenderung memiliki :

  1. Rasa takut karena ketinggalan tren (FOMO);
  2. Terpapar konten yang tidak pantas, membuat kecewa, hingga trauma;
  3. Dengan mudah menerima informasi yang tidak akuran (HOAX);
  4. Mudah menjadi korban cyberbullying;
  5. Mudah menjadi sasaran kejahatan online

Selain itu, media sosial yang bersifat bebas membuat siapa saja dapat mengaksses dari segala usia, gender, dan latar belakang. Dengan demikian tidak ada filter bagi siapapun dalam memberikan pendapat, komentar hingga postingan. Hal inilah yang menjadi pemicu terbesar mental seseorang rusak akibat media sosial.

Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa cyberbullying dapat menyebabkan kematian beberapa artis ternama seperti Suli, Yo Ju Eun, dan masih banyak lagi yang meninggal akibat dari komentar pedas netizen. Tidak hanya itu, banyak sekali kasus hoax yang akhirnya berujung kematian.

Banyak hal yang dapat di peroleh dari adanya globalisasi dalam segi positif, namun tidak sedikit juga dampak negativ yang ditimbulkan. Mayoritas pengguna media sosial adalah anak muda, hal tersebut memicu banyak permasalahan karena mental mereka belum stabil yang akhirnya menimbulkan hal hal yang buruk hingga berujung kematian.

Media sosial memiliki potensi memengaruhi kesehatan mental remaja, terutama gangguan ansietas dan depresi. Meskipun demikian, hubungan tersebut bersifat multifaktorial dan dipengaruhi bagaimana seseorang menggunakan media sosial itu sendiri. Di sisi lain, media sosial juga memiliki potensi dalam mendukung remaja dengan gangguan kesehatan mental.

Penelitian lebih lanjut mengenai kesehatan mental remaja di era media sosial sangat diperlukan. Penelitian dapat diperluas dalam bentuk follow up longitudinal dan diperluas dalam penilaian media sosial secara keseluruhan, tidak hanya pada satu platform tertentu. Pengaruh penggunaan, medium yang digunakan, frekuensi, dan tingkat aktivitas di media sosial pada remaja memerlukan kajian lebih lanjut.(*)

Editor: Lassarus Samosir, SE

Pos terkait