PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani kerap kali menggambarkan bahwa ekonomi tahun 2023 akan gelap. Seperti yang sudah banyak kita dengar, bahwa perekonomian dunia pada tahun 2023 ini dibayang-bayangi oleh ketidakpastian yang terus menghantui masyarakat.
Penulis : Shinta Lailatul Udzma
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang
Menteri Keuangan Sri Mulyani pada beberapa kesempatan selalu menyampaikan bahwa banyak negara yang telah mengalami risiko kemunduran akan ekonomi. Sri Mulyani juga telah menyampaikan bahwa perubahan iklim ini juga turut menjadi topik utama dalam G20, termasuk juga dalam hal sustainable finance dan memasukkan risiko perubahan iklim terhadap segala keputusan perencanaan penganggaran yang telah dianggarkan di sektor keuangan.
Negara-negara yang diyakini akan terkena resesi diantaranya yaitu Eropa, Amerika Serikat, China dan Inggris. Direktur pelaksana IMF Kristalina Georgieva juga mengatakan bahwa ekonomi global yang gelap ini akibat dari dampak risiko resesi dan ketidakstabilan keuangan.
Setelah Covid-19, dunia menghadapi ancaman krisis karena invasi Rusia kepada Ukraina serta bencana lantaran adanya perubahan iklim. Tidak hanya berpatok pada hal itu, pergeseran fundamental yang sedang terjadi pada geopolitik sudah pasti akan memperparah dunia yang sedang dihadapkan pada kondisi risiko ekonomi dan keuangan karena hal-hal tersebut berpotensi besar mengganggu supply chain global.
Maka, ekonomi yang dipastikan gelap ini tidak terlepas dari ancaman tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina yang masih terus berlanjut hingga sekarang, dimana kedua negara ini adalah pemasok terbesar energi dan pangannya, yang akan menyebabkan tingkat inflasi akan terus semakin meningkat.
Melihat pada sisi negara China, walaupun China masih menjunjung tinggi kebijakannya zero covid-19 namun masih dipastikan bahwa China akan mengalami perlambatan ekonomi juga, pada laporan bank dunia di bulan oktober 2022 dijelaskan bahwa sebesar 86% ekonominya yang berasal dari 23 kawasan hanya 2,8% yang tumbuh pada tahun 2022.
Proyeksi ini menurun signifikan dari perkiraan sebelumnya yang menduduki angka 5%. Melihat dari sisi negara Indonesia bahwa tingkat pertumbuhan ekonominya dalam 6 kuartal terakhir tumbuh rata-rata pada angka 5,3 per tahun, dan tingkat inflasi negara ini sekitar 5,42.
Yang mana menunjukkan bahwa ini sebuah nilai prestasi bagi Indonesia, karena Indonesia dalam 2 kuartal di masa awal pandemi lalu sempat mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup negatif.
Menurut Eddy Junarsin, PhD, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), krisis yang diprediksi akan terjadi pada tahun ini berbeda dengan krisis yang terjadi pada tahun 1998 yang terjadi di Indonesia, pada tahun 1998 krisis tersebut disebabkan oleh sektor perbankan dan property.
Sedangkan krisis tahun 208 disebabkan oleh perbankan amerika yang menjalar ke seluruh dunia sehingga inilah yang menyebabkan ekonomi global menjadi semakin melambat.
Walaupun setiap krisis ini disebabkan oleh banyak faktor yang bermacam-macam, namun solusi yang dilakukan oleh setiap negara dalam menanggapi dan penanggulangannya hampir sama. Salah satu diantaranya yaitu bank sentral membeli surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah, kemudian dan tersebut digunakan oleh pemerintah negaranya untuk mendongkrak agar ekonomi tetap bisa tumbuh seperti sedia kala.
Dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) juga memperkirakan bahwa indonesia akan berada pada angka 5 pada tahun 2023 ini. Meski begitu, negara ini akan tetap berisiko terkena dampak dari resesi oleh negara-negara maju, maka Menteri Keuangan, Sri Mulyani menegaskan bahwa Indonesia turut mewaspadai kondisi eksternal meskipun Indonesia diprediksi masih aman dan tumbuh kisaran 5% di tahun lalu dan tahun 2023 ini.
Selain waspada terhadap faktor diatas, hal yang perlu untuk diwaspadai oleh masyarakat maupun pemerintah Indonesia perlu lebih waspada terhadap berbagai potensi risiko mulai dari segi resesi, segi utang, geopolitik sampai dengan terhadap perubahan iklim atau climate change yang telah dipastikan akan mengancam perekonomian global pada tahun 2023 ini.(*)