ASIA TENGGARA ialah daerah yang menawarkan berbagai keunikan, keindahan pengalaman dan bahkan budaya di berbagai negara yang sangat menarik. Asia Tenggara sering diidentikkan dengan masyarakat timur, beberapa warga negara Asia Tenggara menganggap budaya barat adalah budaya yang aneh dan tidak sejalan dengan norma masyarakat asia.
Penulis : Dewi Fortuna Bantilan
Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Malang
Salah satunya adalah cara berpakaian, kebebasan seseorang melakukan hubungan seksual, hingga dukungan atas komunitas LGBT. Di Asia Tenggara ada banyak sekali negara yang menolak hubungan sesama jenis hal tersebut di rasa sangat aneh oleh warga Asia Tenggara.
Namun dengan semakin berkembangnya zaman, ada juga negara Asia Tenggara yang secara berani mulai mencabut larangan berhubungan seks antar sesama jenis dan mendukung LGBT secara terang-terangan yaitu Thailand.
Hari ini tentu kita tidak asing lagi dengan istilah LGBTyang berkembang sangat awal pada tahun 1990, hal tersebut digunakan untuk merujuk kepada sekelompok homoseksual dan transgender saja. Namun hari ini singkatan tersebut meliputi banyak orientasi seksual dan beragam identitas gender.
Singkatan ini menunjukkan representasi yang lebih menyeluruh yaitu LGBTQIA atau LGBT+, namun LGBT sering digunakan untuk merepresentasikan kelompok dengan orientasi seks dan gender yang berbeda dari heteroseksual dan cisgender.
Singkatan LGBT berkembang seiring waktu karena pengertian orientasi seksual dan identitas gender juga terus diperbarui. Hal ini sesuai dengan perkembangan ilmu sosial dan sains. Tak hanya lesbian, gay, biseksual, dan transgender, terdapat beragam orientasi seks dan ekspresi gender pada LGBT.
LGBT mencakup berbagai orientasi seksual dan identitas seksual yang sangat bervariasi di luar identitas seks dan gender yang banyak di kenal oleh masyarakat, perlu difahami orientasi seksual dan identitas gender, adapun jenis orientasi seksual dalam LGBT contohnya ialah homoseksual, biseksual panseksual, aseksual dan lain-lain.
Sementara identitas gender adalah perasaan internal yang hadir dalam diri yang mendefinisikan sebagai orang laki-laki atau perempuan. Sedangkan Orientasi seksual merujuk pada ketertarikan secara seksual, romantis, ataupun emosional pada individu lain yang memiliki jenis kelamin atau identitas gender tertentu.
Setiap individu bisa memiliki orientasi seksual dan identitas gender sekaligus. Namun, suatu gender tidak dapat menentukan orientasi seksual setiap orang. Begini misalnya, seorang yang mengidentifikasi gendernya sebagai laki-laki tidak pasti hanya tertarik secara seksual pada perempuan yang merupakan lawan jenisnya. Ia bisa memiliki orientasi seksual pada gender non-biner atau individu lain yang memiliki kepribadian tertentu terlepas dari jenis kelaminnya.
Tulisan ini akan lebih lanjut membahas bagaimana penerimaan LGBT di berbagai negara di Asia Tenggara :
- Brunei Darussalam
Setiap warga di negara tersebut yang melakukan LGBT akan dihukum mati sesuai dengan peraturan yang ada. Hal tersebut membuat masyarakat Barat kebingungan dengan warga Asia Tenggara yang sedang mengejar ketimpangan gender dan dominasi kelompok minoritas.
Media Barat selalu memberitakan soal Brunei Darussalam bahkan hukum syariah di negara tersebut berlaku untuk non-muslim. Negara Brunei memandang hubungan seksual yang dilakukan sesama jenis itu sebagai perzinahan.
Dengan kata lain, peraturan yang diterapkan tidak berpihak pada LGBT. Bahkan, warga yang tidak memeluk agama Islam juga dilakukan seperti demikian, jika ada warga yang terlihat LGBT maka mendapat hukuman lempar batu dan dicambuk di depan masyarakat umum, maka wajar jika banyak sekali dari mereka yang takut memperlihatkan hal demikian di depan masyarakat umum
- Indonesia
Berbeda dengan Brunei Darussalam, LGBT di Indonesia dianggap ilegal namun masih banyak menuai pro kontra. Ada banyak sekali gerakan yang menolak LGBT. Namun ada juga orang yang mendukung LGBT. Kita masih ingat ketika hari perempuan berbagai diskusi mendukung dan menolak LGBT ada di mana-mana, tentu hal tersebut tidak lepas dari heterogenitas agama dan budaya.
Perbedaan tersebut tentu membentuk berbagai karakteristik tentang pro kontra LGBT, namun terlepas dari itu Indonesia adalah negara hukum dan semboyan bersama adalah Bhinneka Tunggal Ika, kita semua boleh berbeda namun jangan sampai terpecah belah.
Di Indonesia polemik LGBT masih menjadi perdebatan, karena belum ada hukum yang mengatur secara sah mengenai hal tersebut, berbeda dengan aceh yang masih menerapkan hukum syariah ketika ada perbuatan tersebut mereka akan mendapat hukuman di hantam batu dan dicambuk di depan umum.
Indonesia menjadi salah satu negara yang memagang teguh dan selalu menjadikan norma agama sebagai pedoman di indonesia perilaku seksual yang menyimpang tidak diterima begitu saja karena tidak sesuai dengan norma masyarakat. Di satu sisi, Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia. Namun, dalam hal ini masih banyak beberapa para kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) yang merasa mendapatkan diskriminasi karena yang mereka lakukan tidak sesuai dengan budaya dan norma di Indonesia.
Banyak sekali perdebatan pro kontra LGBT di indonesia hingga sangat sering terjadi konflik karena hal tersebut. Maka dari itu, diperlukan berbagai kesadaran kolektif untuk saling menghargai sesama.
- Malaysia dan Myanmar
Dua negara ini menganggap hukum LGBT adalah ilegal. Di Malaysia warga yang melakukan LGBT atau menyukai sesama jenis akan mendapatkan hukuman yang sangat berat yaitu dengan hukuman 20 tahun penjara.
Di Myanmar masyarakat homoseksual tidak akan bisa hidup dengan tenang karena terbayang bayang dengan hukuman kriminalisasi. Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir kaum LGBT semakin terlihat.
Hal tersebut di pengaruhi oleh interpretasi agama Budha jika ada masyarakat yang melakukan aktivitas tersebut itu menunjukkan bahwa akan ada karma yang akan datang menimpa negara tersebut.
- Thailand
Adalah negara pertama yang memperbolehkan masyarakatnya berhubungan dengan lawan jenis, mengekspresikan kehidupan LGBT di negara ini terlihat sangat tenang dan sudah menjadi kebiasaan warga Thailand, bahkan pada saat ini Thailand secara terang-terangan ingin melegalkan LGBT.
Hal ini berbeda dengan kondisi di beberapa negara lain Asia Tenggara yang justru menolak bahkan menghukum warganya yang LGBT karena tidak sesuai dengan budaya dan norma.
Penerimaan LGBT di Thailand sama halnya seperti Singapura, negara ini sangat mengikuti tuntutan zaman dan lebih menghargai masyarakat mereka yang menyukai sesama jenis, di Singapura mengekspresikan bahkan untuk kampanye LGBT di sangat diperbolehkan, akan tetapi nikah sesama jenis masih dilarang.
Keterangan di atas menjelaskan bagaimana pandangan beberapa negara ASEAN dalam menyikapi persoalan LGBT. Yang harus kita lakukan hari ini ialah kita perlu konsolidasi antar negara ASEAN untuk menghilangkan diskriminasi kepada masyarakat LGBT karena memiliki hidup yang tenang ialah hak seluruh warga negara.
Berbagai tuntutan dari pihak luar menekan ASEAN untuk segera mengeluarkan sikap mengenai kebebasan dalam memilih orientasi seksual di negara Asia Tenggara, akan tetapi perbedaan yang mendasar mengapa banyak negara di Asia Tenggara menolak LGBT karena perbedaan budaya dan norma di setiap negara.(*)