DUSUN SAKURIP adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Mayoritas warga di dusun ini bermata pencaharian sebagai buruh tani. Mereka terdiri dari laki-laki dan perempuan yang bekerja di sawah atau lahan pertanian milik mereka sendiri atau milik orang lain.
Penulis : Dr. Solehudin, MM
Founder Yayasan Graha Tani Ruminansia
Selain sebagai buruh tani, sebagian warga juga memiliki pekerjaan tambahan sebagai petani sayuran atau buah-buahan, pedagang, atau bekerja di sektor informal lainnya. Meskipun bermata pencaharian sebagai buruh tani, warga Dusun Sakurip dikenal sebagai orang yang ramah dan sangat peduli terhadap lingkungan.
Mereka sangat menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan di sekitar desa mereka dan terus menerus mencoba meningkatkan kualitas hidup mereka melalui pengembangan pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan.
Keong sawah (tutut) sebenarnya merupakan hewan yang hidup di lingkungan pertanian dan dapat dikategorikan sebagai salah satu jenis hama pertanian karena dapat merusak tanaman padi. Sphenoclea Zeylanica Gaertn (gunda) adalah tanaman gulma atau tanaman liar yang sering ditemukan di sawah atau area pertanian.
Tanaman ini tumbuh dengan cepat dan memiliki kemampuan untuk menyebar dengan mudah, sehingga sering dianggap sebagai gulma yang merugikan bagi tanaman pertanian. Sphenoclea Zeylanica Gaertn (gunda) dapat menghambat pertumbuhan tanaman padi karena persaingan yang terjadi dalam mendapatkan nutrisi dan ruang tumbuh.
Selain itu, tanaman ini juga dapat menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan hama yang dapat merusak tanaman padi. Namun, jika dikelola dengan baik, keong sawah (tutut) dan gunda juga dapat dijadikan sebagai sumber daya yang memiliki nilai jual tinggi.
Salah satu cara untuk mengolah keong sawah (tutut) dan gunda menjadi produk yang bernilai jual adalah dengan mengolahnya menjadi panganan seperti rempeyek tuga.
Upaya mengolah keong sawah (tutut) dan gunda menjadi rempeyek bisa menjadi alternatif bagi buruh tani di Dusun Sakurip untuk meningkatkan kesejateraan mereka. Keong sawah banyak ditemukan di sekitar lahan pertanian, dan dengan mengolahnya menjadi rempeyek, dapat menambah nilai tambah pada produk pertanian yang dihasilkan.
Mengolah keong sawah menjadi rempeyek bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan bagi buruh tani di Dusun Sakurip. Selain dapat meningkatkan kesejahteraan mereka, kegiatan ini juga dapat membantu mengurangi kerusakan lingkungan karena keong sawah dapat dijadikan alternatif protein yang lebih ramah lingkungan daripada daging hewan ternak.
Rempeyek TUGA (Tutut dan Gunda) adalah makanan ringan khas Dusun Sakurip Desa Tanjung Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat Indonesia yang terbuat dari campuran tepung terigu, tepung beras, telur, dan bumbu rempah-rempah yang diaduk hingga rata dan kemudian digoreng hingga kering.
Makanan ini memiliki bentuk bulat dan di atasnya terdapat keong sawah (tutut) dan daun Gunda yang digoreng bersama adonan rempeyek. Rempeyek TUGA biasanya disajikan sebagai camilan atau teman makan nasi.
Keong sawah (tutut) dan daun gunda yang digunakan pada Rempeyek TUGA adalah jenis hama dan gulma yang hidup di sawah atau tempat yang lembab, kemudian diolah dan digoreng bersama adonan rempeyek. Rempeyek TUGA memiliki rasa yang gurih dan renyah, dengan tambahan aroma khas yang berasal dari keong sawah (tutut) dan daun gunda yang digoreng.
Kandungan Gizi Rempeyek TUGA
Rempeyek TUGA mengandung karbohidrat yang tinggi karena terbuat dari tepung terigu dan tepung beras. Selain itu, makanan ini juga mengandung protein hewani dan nabati dari keong sawah dan daun gundah.
Dan mengandung serat yang cukup tinggi, vitamin dan mineral juga terkandung dalam makanan ini, Rempeyek TUGA juga mengandung lemak karena digoreng dalam minyak. Namun, apabila dimakan dengan porsi yang tepat, Rempeyek TUGA tidak akan menyebabkan kegemukan.(*)