Kabupaten Karawang, spiritnews.co.id – Menginjak usia 78 tahun, pemerintah terus berupaya mengurangi penggunaan energi fosil dan beragam emisi. Termasuk mengembangkan greenfuel atau bahan bakar hijau yang lebih ramah lingkungan. Salahsatunya pengembangan bahan bakar nabati atau BBN.
PT Pupuk Kujang Cikampek, selaku perusahaan petrokimia turut berkontribusi dalam hal itu. Bersama Pusat Rekasaya Katalisis Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pertamina Research and Technology Centre (RTC) mendirikan PT Katalis Sinergi Indonesia (KSI).
“PT KSI merupakan perusahaan anak bangsa pertama yang membuat katalis di Indonesia. Saat ini, pembangunan pabrik sudah dalam tahap penyelesaian,” ujar M. Arief Rachman, VP Komunikasi Perusahaan PT Pupuk Kujang, di Karawang, Jawa Barat, Jumat, (18/8/2023).
Dikatakan, katalis merupakan zat yang bisa mempercepat dan mengarahkan reaksi kimia saat mengkonversi suatu bahan baku menjadi bahan lain yang diinginkan.
“Dalam pembuatan BBN, katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dalam proses perubahan minyak sawit atau minyak buah jarak menjadi BBN. Baik itu bensin, biosolar bahkan bahan bakar pesawat terbang atau avtur,” katanya.
Bahan bakar nabati ini kedepan diproyeksikan untuk banyak digunakan. Sebab, minyak bumi bersumber fosil akan semakin habis karena tidak dapat diperbaharui. Dengan katalis, Indonesia bisa mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam kehidupan sehari-hari.
Di sektor transportasi, pengunaan BBM berbasis fosil pelan-pelan digeser dan beralih ke energi listrik dan bahan bakar nabati (BBN). Untuk membuat BBN, sejumlah teknologi disiapkan termasuk bahan pentingnya seperti katalis.
“Selama ini penggunaan katalis di Indonesia masih tergantung dari impor. Produk-produk KSI nanti bisa dijadikan substitusi impor yang akan menghemat devisa negara,” ujar Arief.
Di ITB, salah satu contoh produknya adalah katalis untuk mengkonversi minyak sawit menjadi diesel nabati (green diesel) atau bensin nabati (green gasoline/bio gasoline) dan yang mengkonversi minyak inti sawit menjadi avtur nabati (green avtur/bio avtur) yang ketiganya berbentuk ekstrudat.
Rencananya, PT Katalis Sinergi Indonesia, akan memproduksi katalis hydrotreating sebagai bahan penting dalam pembuatan bahan bakar nabati yang merubah minyak sawit menjadi minyak diesel (D100). Selain itu, PT KSI juga bisa membuat katalis oleochemical untuk beragam industri.
Memiliki kapasitas produksi 800 ton per tahun. Perusahaan ini diproyeksikan bisa membuat 7 jenis produk katalis. Yaitu 4 jenis katalis hydrotreating dan 3 jenis katalis oleochemical. Produksi itu, diharapkan bisa memenuhi kebutuhan katalis dalam negeri. Alhasil, ketergantungan impor katalis selama ini bisa terkikis. Sehingga, Indonesia tidak perlu mengimpor hampir seluruh kebutuhan katalis.
“Dengan berdirinya pabrik ini, kita upayakan kemandirian agar tidak tergantung kepada bangsa asing. Kita buktikan jika Indonesia mampu membuat katalis sendiri,” ujar Achmad Setiawan, Direktur Utama PT KSI dalam sambutanya saat groundbreaking PT KSI, tahun lalu.
Achmad mengatakan, pembangunan pabrik katalis ini membuka peluang bagi Indonesia untuk mandiri dalam teknologi proses dan ketahanan industri. Berdiri di lahan seluas 2 hektare di Kawasan Industri Kujang Cikampek, PT Katalis Sinergi Indonesia merupakan sebuah konsorsium. Di dalamnya ada PT Pertamina Lubricants (38 persen), PT Pupuk Kujang (37 persen) dan PT Rekacipta Inovasi ITB (25 persen). Keterlibatan dalam konsorsium ini merupakan bentuk sinergi antara BUMN dalam mendukung penemuan ilmuwan untuk kemajuan bangsa.(ops/sir)