Kabupaten Karawang, spiritnews.co.id – Indonesia terus berupaya mempertahankan titel sebagai negara agraris. Tantangan saat ini adalah regenerasi petani yang minim. Sangat sedikit generasi muda yang mau berkiprah di bidang pertanian. Alhasil jumlah petani muda masih sedikit.
Menurut data BPS, generasi muda yang terjun di sektor pertanian hanya mencapai 28,5 persen. Jika terus menyusut, diprediksi pada tahun 2063 tak ada lagi yang berminat menjadi petani.
Indonesia pun terancam kehilangan titel sebagai negara agraris dan berpotensi kerepotan mencukupi kebutuhan pangan warganya. Di tegah kekhawatiran itu, PT Pupuk Indonesia (Persero) dan seluruh anak perusahaannya terus bergerak dan melakukan berbagai program strategis untuk mencetak lebih banyak petani muda yang sukses dan makmur.
“Kita tidak boleh kehilangan harapan, karena ada banyak petani muda inspiratif yang bisa menyemangati generasi muda untuk berhasil di bidang pertanian,” kata Syaiful Rohdian, Koordinator Program Makmur PT Pupuk Kujang saat memandu acara talkshow ‘Kiat Sukses Bertani’ di acara Jambore Petani Makmur.
Dalam dialog itu, sejumlah petani inspiratif menjadi narasumber. Mereka adalah Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian, Sandi Octa Susila, Jajang, petani Jagung dari Kabupaten Bandung dan Muhammad Maskur, petani tebu kawakan dari Situbondo.
Diskusi interaktif melibatkan seribuan petani dari berbagai daerah serta puluhan Taruna Makmur yang baru saja dikukuhkan dalam kegiatan tersebut. Salah satu panelis adalah Sandi Octa Susila, petani muda dari Kabupaten Cianjur ini bisa membangun bisnis pertanian yang berjejaring.
Saat ini, ia sedang mengelola puluhan hektare lahan dan membangun jejaring bisnis sayuran berskala nasional. Jejaring bisnisnya bisa menyuplai sayuran ke berbagai pasar ritel moderen, hotel dan restoran.
Ia juga menjalankan agrowisata yang edukatif melalui Mitra Tani Parahyangan. Keberhasilannya membawaa Sandi didapuk sebagai Ketua Umum Duta Petani Andalan dan Duta Petani Milenial Kementerian Pertanian.
Dalam talkshow itu, ia mengajak generasi muda untuk membuang kesan profesi petani adalah pekerjaan yang ndeso, kucel dan miskin.
“Petani itu keren dan sangat bisa sejahtera. Untuk meraihnya diperlukan kesabaran dan cara yang tepat,” ujar Sandi.
Dikatakan, kunci pencapaiannya hingga saat ini adalah berpegang teguh pada keilmuan tak lupa membangun jejaring dan program pentahelix.
“Pentahelix adalah strategi kolaborasi yang melibatkan akademisi, pengusaha, komunitas, pemerintah dan media massa. Jika menggabungkan lima komponen itu, bertani jadi tidak kesepian, dan banyak yang membantu,” katanya.
Muhammad Maskur, menuturkan, bertani secara ilmiah membantunya meningkatkan hasil panen tebu miliknya. Teknik bertani yang ilmiah dan moderen ia dapatkan setelah bergabung dengan program Makmur. Sebelum mengikuti program Makmur, hasil panen tebu sempat merosot.
“Itu karena air dari saluran air Kawah Ijen yang mengairi lahan mengandung belerang yang tinggi. Sehngga panen merosot. Bahkan 1 hektare lahan hanya menghasilkan 2 truk tebu,” kata Maskur.
Namun saat mengikuti program Makmur, ia berhasil membalikkan keadaan. Panennya menjadi lebih baik karena ia berhasil memberikan nutrisi dan pupuk dengan dosis tepat.
“Tim Makmur mengecek ph tanah di lahan kami dan berhasil menentukan formula pupuk yang tepat sehingga panen meningkat dan menghasilkan 130 sampai 150 ton tebu per hektare,” kata Maskur.
Saat ini, sarjana agama itu mengelola 90 hektare lahan tebu dari awalanya hanya 2 petak kebun. Hal senada diungkapkan Jajang, petani jagung dari Kabupaten Bandung. Ia mengungkapkan, bertani butuh kesabaran dan tekad pantang menyerah.
Ia sempat jatuh dan punya kendala modal. Namun saat ini selalu ada pihak yang membantu petani. PT Pupuk Indonesia misalnya, melalui program Makmur, petani bisa mendapat kemudahan akses modal tanam.
“Melalui program Makmur, kendala minimnya modal bisa ditanggulangi. Petani benar-benar didampingi dari sebelum tanam hingga pasca panen, dan keuntungannya terukur,” kataJajang.(ops/sir)