Kabupaten Karawang, spiritnews.co.id – Menjadi aparatur sipil negara (ASN) memiliki berbagai konsekuensi, bersedia dipindahtugaskan kemana saja. Hal ini pula yang dirasakan oleh Nung (52). Ia seorang istri ASN yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga.
Nung pun selalu ikut suaminya jika dipindahtugaskan kemana saja di wilayah Indonesia. Nung yang saat itu sedang menyambangi Kantor BPJS Kesehatan Cabang Karawang menceritakan bahwa dengan kondisi suaminya yang berpindah-pindah, salah satu senjata yang harus selalu keluarganya miliki adalah kartu JKN.
“Kartu JKN ini merupakan bekal yang harus selalu kami bawa kemanapun kami ditugaskan. Bukan hanya untuk saya dan suami, namun juga untuk anak-anak yang sedang sekolah berbeda kota dengan kami. Alhamdulillah kami terdaftar sebagai peserta JKN dari segmen Pekerja Penerima Upah (PPU) ASN. Jadi sudah pasti akan selalu aktif karena langsung dipotong dari kantor dan gaji suami,” kata Nung.
Oleh karenanya hari itu Nung datang ke Kantor BPJS Kesehatan Cabang Karawang, untuk mengurus kartu JKN milik anaknya yang sudah nonaktif karena usianya sudah tidak masuk tanggungan orang tuanya, namun masih sedang menjalani pendidikan formal.
Sebagaimana diatur dalam ketentuan, bahwa ketika seorang anak peserta PPU sudah mencapai usia 21 tahun, kepesertaan JKN-nya akan terpisah dan tidak lagi menjadi tanggungan orang tuanya. Nantinya, keanggotaan anak berusia 21 tahun tersebut dapat dialihkan ke segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dengan kelas yang sama seperti anggota keluarga terdaftar. Namun, sebagai catatan, kondisi berbeda berlaku untuk anak berusia 21 hingga sebelum 25 tahun yang masih menempuh pendidikan formal, seperti berkuliah.
“Anak kan tidak bersama dengan kita, jaga-jaga kalau sakit ya kita bekali dengan kartu JKN yang aktif agar bisa selalu digunakan kapanpun jika sedang dibutuhkan. Meskipun masih muda dan kelihatan sehat-sehat saja, tapi penyakit kan bisa datang kapan saja ya. Malah gaya hidup anak-anak muda kan kadang bisa mengundang penyakit juga, misalnya begadang, telat makan, atau jajan tidak sehat. Sebagai orang tua ya ini yang bisa kami berikan untuk jaga-jaga,” kata Nung.
Di sisi lain, Nung mengakui bahwa dirinya beserta suami sudah sering menggunakan kartu JKN untuk berobat. Menurutnya, setelah memasuki usia senja, pasti rentan untuk terserang penyakit. Ia mengaku bahwa sering menggunakan kepesertaan JKNnya untuk berobat rawat jalan.
“Pernah sekali suami pakai utuk rawat inap, selebihnya lebih sering dipakai untuk rawat jalan. Pernah dipakai ke poli kulit, poli penyakit dalam, poli gigi, banyak deh. Alhamdulillah selama kami pakai kartu JKN semua prosesnya lancar dan baik. Tidak ada kesulitan berarti yang kami hadapi. Seperti biasa kami ke Puskesmas dulu, setelah diperiksa oleh dokter di sana nanti kalau kondisinya dirasa perlu penanganan lebih lanjut, dokternya pasti langsung kasih rujukan, kalau bisa ditangani di Puskesmas ya ditangani di Puskesmas itu. Semudah itu, untuk kami pengguna Kartu JKN juga mudah ya,” katanya.
Nung pun mengaku bahwa dirinya tidak pernah dipungut biaya apapun ketika berobat menggunakan Kartu JKN, semuanya ditanggung oleh Program JKN.
“Alhamdulillah, kita sering pindah-pindah kota, ini bawa kartu JKN yang sama ini aja, bisa dipakai langsung. Nanti suami lapor ke kantor untuk diubah fasilitas kesehatannya kalau kita pindah, semuanya serba mudah, apalagi sekarang sudah bisa menggunakan Aplikasi Mobile JKN katanya ya. Kita sendiri bisa mengakses langsung kita mau pindah kemana. Ini sangat efektif dan efisien,” jelasnya.
Nung pun berharap agar peserta JKN dapat memanfaatkan seluruh fasilitas yang telah ditawarkan oleh BPJS Kesehatan dalam memudahkan kepesertaan JKN. Dengan kartu JKN Nung bisa mendapatkan pelayanan yang mudah, cepat, dan setara dimanapun dirinya berada.(ybs/ops/sir)