Dari Bahan Bakar Fosil ke Masa Depan Hijau, Oxford dan EBC Financial Group Bedah Pajak Karbon

  • Whatsapp

Inggris Raya, spiritnews.co.id – EBC Financial Group dan Departemen Ekonomi Universitas Oxford membedah hambatan terhadap progres pencapaian target iklim, yang mengupas pajak karbon, reformasi subsidi, dan peran keuangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan secara global.

Dalam dunia yang semakin dipengaruhi oleh dua krisis yaitu perubahan iklim dan ketidakstabilan ekonomi, Departemen Ekonomi Oxford, bekerja sama dengan EBC Financial Group (EBC), menyelenggarakan sesi penting dalam seri “What Economists Really Do?” (WERD).

Bacaan Lainnya

Acara ini mempertemukan para pemikir terkemuka dari kalangan akademisi dan keuangan untuk mengupas strategi yang dapat ditindaklanjuti untuk menyelaraskan sistem ekonomi dengan kelestarian lingkungan sekaligus membahas masalah-masalah sosial yang mendesak.

Acara yang berjudul “Macroeconomics and Climate” ini menampilkan materi edukasi utama dari Lektor Kepala Andrea Chiavari dan diskusi panel yang berjudul “Sustaining Sustainability: Balancing Economic Growth and Climate Resilience,” yang dimoderatori oleh Lektor Kepala Banu Demir Pakel.

Para panelis mencakup Dr. Nicola Ranger, Direktur Global Finance Group di Environmental Change Institute dan Peneliti Tamu Senior di Oxford, serta David Barrett, CEO EBC Financial Group (UK) Ltd. Bersama-sama, mereka membedah titik temu antara kebijakan, keuangan, dan dampak aktivitas manusia, yang memberikan wawasan praktis dan rekomendasi lebih dari sekadar wacana teoretis.

EBC Financial Group Dukung Trading yang Bertanggungjawab dan Inovasi yang Berkelanjutan
EBC Financial Group, semakin eksis di pasar keuangan global, menghubungkan klien di seluruh dunia dengan berbagai peluang trading valas, komoditas, indeks, dan banyak lagi melalui solusi broker yang komprehensif. Beroperasi di berbagai pusat keuangan utama dan pasar negara berkembang, EBC membekali para trader dengan alat bantu inovatif dan mendorong kolaborasi untuk mengatasi tantangan keuangan global yang terus berkembang.

Sebagai Mitra Valuta Asing resmi FC Barcelona dan mitra kampanye United to Beat Malaria dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), EBC berkomitmen untuk membentuk masa depan yang prosesnya ditentukan oleh keberlanjutan, kesetaraan, dan praktik trading yang bertanggung jawab.

Partisipasi EBC dalam WERD menunjukkan peningkatan urgensinya dalam menjembatani pasar keuangan dan penelitian akademis untuk mengatasi tantangan iklim dan ekonomi. Dengan berkontribusi pada dialog bersama tentang strategi yang dapat ditindaklanjuti, EBC bergabung dengan komunitas tokoh intelektual dalam menyoroti langkah-langkah praktis untuk menyelaraskan sistem keuangan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Bisakah Kita Menumbuhkan Ekonomi dan Menyelamatkan Bumi ?

Inti dari diskusi tersebut adalah pengakuan bahwa keamanan keuangan dan lingkungan merupakan kekhawatiran bersama secara universal. Dr. Chiavari menyampaikan paparan utama yang mencerahkan tentang kerugian ekonomi akibat perubahan iklim. Beliau mengilustrasikan pertumbuhan pesat PDB global sejak revolusi industri, dan membandingkannya dengan dampak buruk dari konsumsi bahan bakar fosil dan meningkatnya emisi CO2 pada lingkungan. Chiavari menekankan pentingnya biaya sosial karbon dalam membuat kebijakan yang efektif.

Inti dari pesannya adalah konsep biaya sosial karbon yang mengukur biaya sosial yang lebih luas dari emisi. Pajak karbon bukan hanya sebuah kebutuhan lingkungan, tetapi juga kebutuhan ekonomi.

Dr. Chiavari menjelaskan bagaimana langkah-langkah tersebut dapat menghasilkan insentif ekonomi yang dibutuhkan untuk mengarahkan baik perusahaan maupun individu menuju pilihan yang berkelanjutan.

“Coba pikirkan lagi. Dengan menyalakan radiator, manfaat yang Anda dapatkan sama seperti sebelumnya, mendapatkan ruangan yang lebih hangat. Tapi sekarang, biaya Anda jauh lebih tinggi daripada sebelumnya,” kata Chiavari.

Dikatakan, pajak karbon dirancang untuk menargetkan emisi karbon, bukan konsumsi energi itu sendiri. Pajak karbon membebankan pajak pada karbon, bukan pada energi.

“Jadi, hal ini sangat mendorong sektor swasta, masyarakat, Anda, kami, saya, untuk beralih dari bahan bakar fosil ke sumber energi alternatif. Hal ini bukan hanya tentang pengurangan energi atau output; ini menciptakan dorongan yang sangat besar untuk beralih ke sumber energi alternatif,” katanya.

Berdasarkan landasan ini, diskusi panel menggali lebih dalam mengenai praktik-praktik menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dengan ketahanan iklim, yang dimoderatori oleh Dr. Banu Demir Pakel.

Menjembatani Kebijakan, Keuangan, dan Aksi Melalui Panel Perspektif

Diskusi panel ini membahas interaksi yang kompleks antara pertumbuhan ekonomi dan ketahanan iklim. Setiap panelis membawa keahlian yang berbeda ke dalam diskusi, yang memberikan perspektif baru tentang bagaimana sistem global dapat beradaptasi dengan dua tuntutan penting ini.

Dr. Chiavari menekankan karakteristik global dalam mengatasi perubahan iklim, yang menekankan bahwa emisi melampaui batas negara dan memerlukan respons internasional yang terkoordinasi. Beliau membicarakan risiko kebocoran karbon, di mana kebijakan iklim yang ketat di suatu negara dapat menyebabkan emisi berpindah ke wilayah dengan peraturan yang lebih lemah, yang pada akhirnya akan merusak kemajuan global.

Untuk mengatasi hal ini, Chiavari mengusulkan kebijakan yang mendorong kerja sama dan inovasi internasional dengan memastikan bahwa transisi menuju praktik berkelanjutan dilakukan secara adil dan menyeluruh.

Dr. Ranger menyoroti peluang ekonomi yang dihasilkan dari aksi iklim, dengan menyatakan, ini bukan hanya tentang biaya, tetapi juga tentang peluang.” Ranger juga menekankan pentingnya membentuk kembali narasi publik untuk menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan ekonomi sekaligus mengatasi risiko iklim.

Ia menekankan bahwa aksi iklim yang efektif dapat mendorong inovasi dan kemajuan tanpa menimbulkan beban keuangan yang signifikan. Beliau juga mendorong pengalihan subsidi bahan bakar fosil dan subsidi lain yang merusak lingkungan, yang secara global sebesar $7 triliun per tahun, ke investasi hijau, seperti energi terbarukan.

Dengan memanfaatkan pengalamannya yang luas di pasar keuangan, Barrett menekankan pentingnya menyelaraskan insentif pasar dengan berbagai tujuan keberlanjutan. Beliau menyampaikan penilaian jujur mengenai berbagai tantangan yang dihadapi sektor ini dalam mengadopsi keberlanjutan, dengan menekankan sifat lembaga keuangan yang mengejar keuntungan.

“Pasar keuangan didorong oleh kebutuhan untuk menghasilkan uang, entah itu untuk para pemegang saham atau investor. Ini kebutuhan penting bagi pemerintah untuk menciptakan kerangka kerja peraturan yang dapat dilaksanakan, dengan catatan bahwa penyelarasan ini sangat penting untuk mengarahkan pengaruh sektor ini ke aksi iklim yang berarti,” kata Barrett.

Mengenai topik kerangka kerja Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST), Barrett menyatakan keprihatinannya atas implementasi kerangka kerja tersebut saat ini, dengan menyatakan, LST telah menjadi formalitas belaka. Ia menyerukan kebijakan yang lebih tegas yang memastikan akuntabilitas dan memberikan dampak yang terukur, alih-alih sekadar memenuhi standar kepatuhan yang bersifat superfisial.

“Agar inisiatif ini berhasil, mereka harus melibatkan semua pemain besar. Jika tidak, pengurangan emisi yang telah berhasil dicapai di beberapa wilayah dapat diimbangi dengan peningkatan emisi di tempat lain. Saya peringatkan, dapat merusak kemajuan kolektif yang diperlukan untuk mengatasi tantangan iklim,” katanya.

Peran Pemerintah: Kebijakan dan Perencanaan

Dr. Demir Pakel menekankan pentingnya pendidikan dan kesadaran dalam mengatasi perubahan iklim, khususnya peran pemerintah dalam mendorong perubahan. Peran pemerintah adalah mengawalinya dengan meningkatkan kesadaran.

“Perlunya edukasi sejak dini terkait dampak perubahan iklim. Beliau menyoroti perlunya kebijakan yang tidak hanya memberikan insentif kepada sektor swasta tetapi juga mengarahkan perilaku konsumen. Ini adalah jaringan yang kompleks di mana pemerintah mengemban tanggung jawab utama untuk merencanakan dan mengarahkan tindakan di setiap Tingkat,” kata Demir.

“Sektor swasta memerlukan insentif agar dapat mengambil tindakan karena mereka pasti akan lebih memperhatikan kepentingan jangka pendek dibandingkan dengan pemerintah. Oleh karena itu, perilaku mereka perlu diubah, dan pemerintah memiliki peran lain, yaitu mengimplementasikan kebijakan untuk mengubah perilaku baik sektor swasta maupun konsumen,” tambahnya.

Insentif Pasar dan Pajak Karbon

Dr. Chiavari menegaskan perlunya intervensi yang dipimpin oleh pemerintah, terutama melalui pajak karbon, sebagai cara untuk memperbaiki kegagalan pasar. Dijelaskan bahwa dengan memasukkan biaya sosial dari emisi ke dalam harga energi, pemerintah dapat mendorong keputusan konsumsi dan investasi yang lebih bertanggung jawab.

Mengubah Narasi : Transisi yang Positif

Dr. Ranger menjelaskan berbagai tantangan yang dihadapi dalam aksi iklim saat ini, dan menegaskan bahwa sebagian besar masalahnya terletak pada kesadaran. Saat ini, ada sesuatu yang tidak beres, dan saya pikir banyak hal yang berkaitan dengan aspek kesadaran.

“Pemerintah memainkan peran, tetapi pada dasarnya pemerintah melakukan apa yang akan dipilih oleh masyarakat. Dan kurangnya kesadaran akan manfaat langsung dari transisi energi hijau, untuk ketahanan energi dan kesehatan masyarakat— merupakan masalah utama saat ini,” kata Ranger.

Ranger mengkritik bahwa narasi seputar perubahan iklim telah gagal dalam beberapa tahun terakhir dengan menyebutnya sebagai tantangan yang mahal dan memberatkan. Khususnya narasi yang mengatakan bahwa hal ini akan memakan banyak biaya untuk menanganinya.

“Saya tidak setuju dengan pandangan itu dan itu tidak didukung oleh bukti. Anda tahu, kita harus membuat keputusan yang sulit, tetapi yang kita tahu adalah bahwa cara kita melakukan pendekatan ini sekarang membuat hal ini menjadi semakin sulit. Khususnya, kurangnya kepastian terkait kebijakan pemerintah sehingga menghambat investasi dan meningkatkan biaya. Semua bukti menunjukkan bahwa jika kita menerapkan kebijakan yang tepat dan menetapkan arah yang jelas bagi para investor, transisi yang adil merupakan jalur yang paling murah dan lebih menguntungkan,” katanya.

Menunjuk ke subsidi bahan bakar fosil, beliau menekankan bagaimana pengalihan subsidi dapat menjadi katalisator transisi yang positif. Secara global, kita menggelontorkan begitu banyak dana untuk subsidi bahan bakar fosil, diperkirakan berkisar antara lima hingga tujuh triliun dolar per tahun.

Untuk mengatasi hal ini, Ranger menyerukan adanya pergeseran dalam wacana publik untuk menekankan peluang ekonomi yang ada dalam aksi iklim. Harus memastikan masyarakat memahami bahwa ini adalah transisi yang positif. Melalui kebijakan pemerintah yang tepat, dampaknya terhadap individu tidak akan signifikan dan justru akan mendorong pertumbuhan lapangan kerja dan inovasi.

“Saya sangat harapkan adalah pemerintah mendukung ini. Lihat, inilah yang akan terjadi. Ini akan menguntungkan Anda. Inilah jalurnya. Inilah yang dibutuhkan oleh para investor dan Masyarakat,” jelasnya.

Peran Pelaku Bisnis dan Individu: Akuntabilitas dan Inovasi

Barrett memberikan perspektif terbuka tentang peran pelaku bisnis dan individu dalam aksi iklim. Dia menekankan sifat sektor keuangan yang mengejar keuntungan, dengan mengingatkan bahwa sektor ini tidak akan memimpin upaya keberlanjutan tanpa kerangka peraturan yang jelas.

“Pasar keuangan tidak akan melakukannya dengan sendirinya. Mereka perlu diberi insentif untuk bertindak. Ketika sektor keuangan diarahkan ke suatu tujuan dan memiliki antusiasme yang tinggi terhadap suatu topik, sektor ini dapat mencapai hal-hal yang luar biasa, tetapi untuk mencapainya diperlukan kebijakan dan insentif yang jelas,” kata Barret.

Barrett juga menyampaikan peran individu sebagai pemilih dan konsumen, dengan menekankan bahwa pilihan mereka dapat sangat mempengaruhi kebijakan dan perilaku perusahaan.

“Kebijakan harus jauh lebih baik dalam mengedukasi para pemilih tentang apa yang mereka inginkan dan bagaimana mereka mengharapkan hal itu terjadi, dengan memprioritaskan berbagai praktik berkelanjutan dan meminta pertanggungjawaban para pembuat kebijakan, setiap individu dapat mendorong perubahan sistemik,” jelasnya.

Meskipun mengkritik berbagai langkah yang tidak signifikan seperti kerangka LST yang “formalitas belaka”, Barrett tetap mempertahankan pandangan optimistis terhadap potensi sektor keuangan.

“Keuangan dapat menjadi sangat inovatif. Sektor ini dapat meraih hasil yang spektakuler dan menyelesaikan masalah nyata, tetapi membutuhkan insentif yang tepat dan pembicaraan yang jujur tentang apa yang dipertaruhkan,” ungkapnya.(rls/red/ops/sir)

Editor: L. Samosir

Pos terkait