Nol Emisi Karbon di Tahun 2060, Realistiskah ?

  • Whatsapp

TARGET NOL emisi karbon pada tahun 2060 telah menjadi agenda utama berbagai negara, termasuk Indonesia. Pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk mencapai target ini guna mengurangi dampak perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.

Penulis : Arum Karunianti

Bacaan Lainnya

SEO Manager VideosID

Namun, seberapa realistis target ini untuk dicapai? Berikut adalah beberapa faktor utama yang mendukung dan menjadi tantangan dalam mewujudkannya :

Perkembangan Teknologi Energi Terbarukan

Energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidro menjadi pilar utama dalam transisi menuju nol emisi karbon. Perkembangan teknologi penyimpan energi, seperti baterai lithium-ion dan hidrogen hijau, memungkinkan stabilitas pasokan energi meskipun sumber-sumber ini bersifat fluktuatif.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Nature Energy menunjukkan bahwa efisiensi panel surya dan turbin angin terus meningkat, yang membuat energi bersih semakin kompetitif dibandingkan bahan bakar fosil.

Namun, tantangan utama terletak pada biaya investasi dan kesiapan infrastruktur. Pembangunan pembangkit energi terbarukan dan sistem penyimpanan memerlukan dana besar serta adaptasi terhadap sistem jaringan listrik yang ada.

Selain itu, dalam situasi darurat, banyak industri masih mengandalkan genset 100 kva sebagai sumber listrik cadangan, yang berarti ketergantungan terhadap bahan bakar fosil belum sepenuhnya hilang.

Kebijakan dan Regulasi Pemerintah

Peran pemerintah sangat penting dalam menciptakan regulasi yang mendukung transisi energi hijau. Beberapa negara telah menerapkan pajak karbon dan insentif untuk energi terbarukan guna mendorong perubahan dari sektor industri dan transportasi.

Di Indonesia, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah menargetkan peningkatan bauran energi terbarukan hingga 23% pada tahun 2025 sebagai langkah awal menuju nol emisi karbon.

Meskipun demikian, beberapa sektor masih enggan beralih ke energi bersih karena biaya operasional yang lebih tinggi dibandingkan energi konvensional. Oleh karena itu, regulasi yang lebih tegas serta insentif yang lebih menarik diperlukan agar transisi ini berjalan lebih cepat dan efektif.

Kesadaran dan Perubahan Perilaku Masyarakat

Selain dukungan teknologi dan kebijakan, perubahan perilaku masyarakat juga memainkan peran penting. Pengurangan emisi karbon dapat dilakukan melalui efisiensi energi di rumah tangga, penggunaan kendaraan listrik, serta penerapan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

Kampanye tentang pentingnya nol emisi karbon dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya ini. Namun, perubahan perilaku tidak dapat terjadi secara instan.

Banyak masyarakat masih bergantung pada kendaraan berbahan bakar fosil, serta kurangnya akses terhadap teknologi ramah lingkungan yang terjangkau. Oleh karena itu, edukasi dan insentif perlu diperkuat agar masyarakat lebih mudah beradaptasi dengan pola hidup yang lebih berkelanjutan.

Beberapa jurnal ilmiah, seperti yang dipublikasikan dalam Journal of Cleaner Production, menekankan bahwa inovasi teknologi dan dukungan kebijakan yang konsisten adalah kunci untuk mencapai target nol emisi.

Para ahli lingkungan, termasuk peneliti dari International Energy Agency (IEA), menyatakan bahwa investasi besar dalam penelitian dan pengembangan energi hijau harus segera dilakukan.

Menurut pendapat Dr. Ir. Suryanto dari Institut Teknologi Bandung, pencapaian target 2060 sangat realistis apabila ada kolaborasi erat antara sektor pemerintah, industri, dan masyarakat dalam mengimplementasikan solusi berkelanjutan.

Mencapai nol emisi karbon pada tahun 2060 merupakan target yang menantang namun bukan hal yang mustahil. Pencapaian nol emisi karbon pada tahun 2060 dapat terwujud dengan investasi besar pada teknologi hijau, kebijakan mendukung, dan kolaborasi lintas sektor, meskipun berbagai tantangan infrastruktur dan transisi energi harus diatasi.(*)

Editor: Lassarus Samosir, SE

Pos terkait