Tumbuhkan ‘Kekuatan Perempuan’, Peng Liyuan Serukan Pemberdayaan Perempuan melalui Pendidikan Sains

  • Whatsapp

Beijing, spiritnews.co.id – Di pedesaan Uganda, remaja perempuan dulu dihadapkan pilihan yang sulit: putus sekolah untuk menikah dini, atau berjuang untuk tetap bersekolah tanpa fasilitas sanitasi dan keselamatan yang memadai. Kondisi itu perlahan berubah.

Program Mempromosikan Kesetaraan di Sekolah-Sekolah Afrika (PEAS) telah membangun kampus yang aman, responsif terhadap gender, serta mendukung kesehatan dan martabat anak perempuan. Setiap tahun, hampir 300.000 siswa di Uganda, Zambia, dan Ghana mendapatkan manfaat dari program ini.

Bacaan Lainnya

Di Zambia, Kampanye untuk Pendidikan Perempuan (CAMFED) menceritakan kisah transformasi yang serupa. Sejak tahun 2001, inisiatif kampanye tersebut untuk membantu anak perempuan mengatasi hambatan dalam pendidikan menengah telah memungkinkan lebih dari 617.000 gadis muda di daerah pedesaan untuk tamat sekolah.

Banyak lulusannya yang dibekali dengan keterampilan kepemimpinan dan kegiatan kemasyarakatan telah menjadi panutan di desa-desa yang belum lama ini masih menutup akses pendidikan bagi anak perempuan.

Inilah jenis kisah yang dirayakan oleh Penghargaan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) untuk Pendidikan Perempuan dan Anak Perempuan, yang memperingati hari jadinya ke-10 di Beijing pada hari Jumat. Tahun ini, proyek-proyek dari Kenya dan Lebanon menerima penghargaan.

Peng Liyuan, istri Presiden Tiongkok Xi Jinping dan utusan khusus UNESCO untuk kemajuan pendidikan perempuan dan anak perempuan, serta Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO, menyerahkan penghargaan kepada kedua program tersebut.

Selama pidatonya, Peng menyampaikan pesan yang menggugah melebihi upacara itu sendiri. Beliau menyatakan bahwa mengingat dunia sudah memasuki era yang didorong oleh kecerdasan buatan dan perubahan teknologi yang cepat, perempuan harus diberdayakan melalui pendidikan sains.

“Kita harus lebih menekankan pendidikan sains bagi perempuan. Kita harus berupaya memastikan bahwa perempuan dapat memanfaatkan revolusi teknologi dan menciptakan kehidupan yang bermakna,” kata Peng, seraya menyerukan agar perempuan dibekali dengan ilmu pengetahuan, keterampilan teknologi, dan kemampuan inovatif.

Prestasi Tiongkok dalam memajukan pengembangan perempuan secara menyeluruh, terutama di bidang pendidikan, memperkuat pesan Peng. Menurut data resmi, pada tahun 2024, Tiongkok telah secara efektif mengatasi kesenjangan gender dalam pendidikan: anak perempuan mencakup 47,3 persen dalam siswa taman kanak-kanak, 46,98 persen dalam pendidikan wajib sembilan tahun, dan 49,3 persen dari siswa sekolah menengah atas. Di pendidikan tinggi, perempuan mencapai 50,76 persen dari jumlah mahasiswa yang terdaftar, meningkat 14,15 persen sejak tahun 1995.c

Di luar statistik, Tiongkok telah meluncurkan serangkaian program untuk mendorong partisipasi perempuan dalam bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Sebagai contoh, pada tahun 2018, Yayasan Pengembangan Perempuan Tiongkok meluncurkan program “Menjelajahi Masa Depan” untuk perempuan usia 12-16 tahun, yang memperkenalkan mereka pada laboratorium di universitas dan institut penelitian terkemuka. Sejauh ini, lebih dari 8.200 siswa telah mengeksplorasi berbagai bidang mulai dari teknik mesin hingga biofisika, sehingga mengembangkan proyek yang menghubungkan pembelajaran di dalam kelas dengan penerapan di dunia nyata.

Azoulay mengucapkan terima kasih kepada Tiongkok atas dukungan berkelanjutannya kepada UNESCO serta upaya globalnya dalam memberdayakan perempuan dan anak perempuan.

Sejak menjadi tuan rumah Konferensi Dunia Keempat tentang Perempuan pada tahun 1995 di Beijing, Tiongkok telah mengambil berbagai langkah nyata untuk mendorong kesetaraan gender secara global.

Menurut laporan resmi yang diterbitkan oleh Kantor Informasi Dewan Negara pada hari Jumat, Tiongkok ikut membentuk Penghargaan UNESCO untuk Pendidikan Perempuan dan Anak Perempuan, mendukung 100 proyek “Kesehatan Ibu dan Anak,” dan 100 inisiatif “Kampus Bahagia,” serta meluncurkan berbagai program pelatihan vokasi untuk perempuan dan anak perempuan. Melalui inisiatif-inisiatif ini, Tiongkok telah membantu melatih lebih dari 200.000 perempuan dari lebih 180 negara dan wilayah.

“Tiongkok selalu mementingkan upaya memajukan pendidikan sains bagi perempuan. Kami menantikan kerja sama yang lebih erat dengan UNESCO dan pihak terkait untuk secara menyeluruh memperkuat pengembangan kemampuan dalam pendidikan sains bagi perempuan serta bersama-sama meningkatkan tingkat pendidikan sains bagi perempuan,” ungkapnya.(rls/red/ops/sir)

Editor: Lassarus Samosir, SE

Pos terkait