Kenaikan Tarif Air Tertinggi Dihentikan, dan Eropa Muncul sebagai Pemimpin Baru

  • Whatsapp

Oxford, Inggris, spiritnews.co.id – Survei Tarif tahunan Global Water Intelligence (GWI), mencatat rata-rata pertumbuhan tarif air global sebesar 6,2% dari tahun 2024 hingga 2025, yang pada akhirnya mengakhiri persentase kenaikan tertinggi selama era pascapandemi dengan inflasi tinggi.

Namun demikian, kenaikan tarif di suatu wilayah sering kali didorong oleh kebutuhan investasi jangka panjang alih-alih pemulihan biaya operasional, yang menjadi penyebab kenaikan tarif di awal era pascapandemi.

Bacaan Lainnya

Tidak seperti biasanya, Eropa berada di garis depan kenaikan tarif tahun ini, dengan perundang-undangan dan investasi baru terkait ketahanan perubahan iklim mendorong kenaikan tarif yang lebih tinggi dari biasanya. Dua negara bergabung bersama Eropa di posisi tertinggi dalam tabel kenaikan tarif, Turkiye dan Kazakhstan; keduanya menempati tujuh dari sepuluh kriteria peningkatan teratas pada tahun 2025.

Di Kazakhstan, pihak berwenang mengambil keputusan untuk beralih ke tarif volumetrik guna memenuhi kebutuhan investasi dalam infrastruktur dan ketahanan yang semakin menua. Namun demikian, kendati kenaikan yang besar, tarif tetap tergolong rendah jika tidak dibandingkan dengan hal lain.

Di lokasi lain di Asia, tempat GWI melakukan survei terhadap 172 kota serta 40 negara dan wilayah, pertumbuhan terbilang cukup lamban. Beberapa kenaikan yang mencolok di India tidaklah cukup untuk mengangkat posisi negara tersebut dalam peringkat tarif. Sejauh ini, Asia Selatan tetap menjadi wilayah paling murah di dunia.

Di Amerika Latin dan Afrika Sub-Sahara, setelah menjalani pertumbuhan yang stagnan selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan kawasan ini relatif melambat untuk tahun ini, dengan pengecualian penting seperti Afrika Selatan dan Argentina. Untuk Amerika Utara, pertumbuhan tarifnya stabil berkat dukungan kenaikan biaya air hujan di banyak kota besar guna menanggulangi peristiwa cuaca yang lebih ekstrem.(rls/red/ops/sir)

Editor: Lassarus Samosir, SE

Pos terkait