Jelang Laga Timnas Indonesia vs Arab Saudi, Sentimen Positif Warganet dan Publik RI Dukung Jay Idzes

  • Whatsapp

Jakarta, spiritnews.co.id – Dalam rentang waktu dua pekan terakhir, 24 September (Garuda Calling) hingga 7 Oktober 2025, Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia muncul sebagai poros tunggal perhatian bangsa.

Menjelang laga-laga penentu di Ronde Keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan dua raksasa Asia, Arab Saudi dan Irak, Tim Garuda mendadak berada di pusaran narasi yang menunjukkan dualisme emosi publik: antara optimisme dan keraguan.

Bacaan Lainnya

Timnas Indonesia dijadwalkan akan melawan tuam rumah Arab Saudi dan Irak di King Abdullah Sports City Sttadium Jeddah. Skuad Garuda menghadapi Arab Saudi pada Kamis dini hari (9/10/2025), dan melawan Irak selang tiga hari kemudian.

Menggunakan alat kerja media monitoring big data, PT Binokular Media Utama (“Binokular”) menelusuri aliran informasi yang diproduksi media massa (pers) dan percakapan publik di media sosial. Selama rentang waktu 24 September hingga 7 Oktober 2025, riset ini memetakan sorotan berita dan dengungan social media, terkait persiapan menjelang laga krusial tersebut.

Tiga Isu Mencuat di Media Massa

Selama periode pemantauan, distribusi pemberitaan menunjukkan volume yang masif, memecahkan rekor dalam konteks pra-pertandingan. Total 12.159 artikel telah diterbitkan oleh berbagai kanal media (baik daring, cetak, maupun elektronik), sebuah testimoni akan dahaga publik terhadap pencapaian bersejarah.

Dominan sentimen positif (70,1%), pemberitaan Pra-pertandingan Indonesia vs Arab Saudi mencatatkan sebanyak 27,1 persen sentimen negatif dan 2,7 persen sentimen netral. Sentimen negatif dominan diamplikasi oleh pemberitaan polemik FIFA dan AFC Menolak Protes PSSI terkait Wasit Netral di Laga Indonesia vs Arab Saudi.

Sementara itu, terdapat tiga isu utama yang menjadi fokus pemberitaan media massa pada periode ini. Peluang Timnas Lolos Piala Dunia 2026 menjadi isu utama yang paling disorot. Dua lembaga analisis sepak bola Football Meets Data dan Footy Rankings bahkan memprediksi bahwa peluang Timas Indonesia lolos hanya sekitar 5 – 7 persen untuk jadi juara grup dan 20 persen untuk runner up. Timnas Indonesia, kata mereka, diperkirakan finish sebagai juru kunci Grub B, sementara Arab Saudi dan Irak difavoritkan melaju ke tahap berikutnya.

Isu terpopuler kedua di media massa menyoroti Optimisme Maarthen Paes yang menyebut bahwa lolos ke putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 akan sangat berarti bagi tim Garuda. Kutipan ini bukan sekadar janji, melainkan pernyataan bahwa tim menyadari lolosnya mereka adalah cerminan evolusi sepak bola nasional.

Fokus positif juga diarahkan kepada komandan taktis, Pelatih Patrick Kluivert. Pemberitaan menyoroti Strategi Pelatih Patrick Kluiverst Menghadapi Arab. Diberitakan bahwa Kluivert akan menerapkan strategi yang diadopsi dari warisan sukses sebelumnya, yakni gaya bermain ala Shin Tae-yong, dengan penekanan pada ‘high pressing’ dan serangan balik cepat. Strategi ini menunjukkan kesinambungan filosofi, memastikan bahwa identitas bermain yang agresif dan pantang menyerah tetap menjadi fondasi perjuangan tim.

“Narasi-narasi positif di atas, terutama yang terkait strategi coach Patrick, memberikan jaminan taktis kepada publik, bahwa perjuangan di lapangan akan dilakukan dengan perhitungan dan keberanian,” kata Manajer News Big Data Analytics Binokular, Nicko Mardiansyah.

Tiga Alasan Utama Dominasi Keraguan Warganet

Manajer Social Media Big Data Analytics (Socindex) Binokular, Danu Setio Wihananto mengatakan bahwa tools Socindex mencatat sebanyak 94.322 percakapan di sosial media terkait jelang pertandingan Indonesia bentrok Arab Saudi. Perbincangan warganet dominan berada di platform Youtube, kemudian diikuti platform TikTok dan Instagram.

Peak time perbincangan terjadi pada tanggal 4 Oktober 2025, yang mencapai 12.779 perbincangan. Hal tersebut diantaranya berasal dari unggahan mulai berlatihnya Timnas Indonesia di Arab Saudi, serta terus mengalirnya dukungan dari warganet.

Meskipun dominan sentimen positif dan netral, kata Danu melanjutkan, data mencatat total 375 percakapan yang diwarnai sentimen pesimisme dari warganet. “Angka percakapan yang relatif kecil ini tidak boleh diremehkan, sebab ia menghasilkan Potential Reach yang luar biasa, mencapai 5.172.844, dengan total Engagement (keterlibatan dalam pembicaraan) 7.762,” kata Danu.

Keraguan warganet terfokus pada dua kekhawatiran yang sangat mendasar dan valid diantaranya: Pertama, Absensi Dua Benteng Pertahanan: Kekhawatiran terbesar adalah kabar absennya dua kiper andalan, Maarten Paes dan Emil Audero. Keduanya dianggap sebagai performa yang sangat vital di bawah mistar gawang.

Bagi suporter, absennya mereka memicu pertanyaan kritis tentang kedalaman skuad dan soliditas pertahanan melawan serangan Arab Saudi dan Irak yang dikenal mematikan. Isu ini mencatat sebanyak 915 percakapan dengan 562.469 engagement.

“Ini adalah fenomena di mana kualitas keraguan bertemu dengan kuantitas jangkauan. Satu unggahan pesimis yang kuat memiliki daya sebar yang masif, menyentuh jutaan pengguna dan berpotensi merongrong mentalitas kolektif yang telah dibangun oleh media arus utama,” tandas Danu.

Isu lain yang mendorong keraguan warganet yakni narasi non-teknis yang berpotensi mengganggu konsentrasi tim: Penolakan FIFA dan AFC terhadap Protes PSSI terkait Wasit Netral. Tercatat dibincangkan sebanyak 665 kali, isu ini meraih 65.904 engagement.

Diketahui, penunjukan wasit asal Kuwait, Ahmad Al Ali, sebagai pemimpin pertandingan antara Indonesia vs Arab Saudi mendapatkan kritik dari PSSI, begitu pun juga warganet. “Wilayah asal wasit yang berasal dari wilayah Timur Tengah menjadi alasan utama munculnya keraguan. Selain itu, saat pertandingan Indonesia dipimpin oleh wasit tersebut, beberapa kali Timnas Indonesia merasa dirugikan, sehingga wasit Ahmad Al Ali dianggap sebagai wasit kontroversial,” tandas Danu.

Meskipun ini adalah isu struktural yang menjadi sorotan negatif media sosial, bagi tim dan manajemen, polemik ini justru harus diubah menjadi energi. Sebuah tim yang kuat tidak hanya menang menghadapi lawan di lapangan, tetapi juga mengatasi keraguan dan ketidakadilan di sekitarnya.

Keraguan lain yang dominan terkait Peringkat FIFA Pada Arab Saudi-Irak. Warganet juga realistis dengan fakta bahwa peringkat FIFA Arab Saudi dan Irak berada di atas Indonesia. Catatan FIFA, Arab Saudi menempati posisi 59. Irak ranking 58 dan Indonesia pada posisi ke-119. Bagi publik digital, peringkat adalah barometer kekuatan di atas kertas, dan perbandingan ini memicu keraguan apakah daya magis Skuad Garuda cukup untuk mengatasi jurang kualitas yang dipersepsikan.

Mengomentari temuan di atas, Vice President Operation Binokular Big Data Analytics Ridho Marpaung menegaskan bahwa optimisme dan keraguan merupakan hal yang wajar di mata publik. Oleh karena itu, skuad Garuda membutuhkan dukungan dan persatuan para supporter dari luar lapangan.

“Pertandingan Timnas Indonesia menghadapi Timnas Arab Saudi nanti menjadi salah satu kesempatan untuk mengukir sejarah memasuki Piala Dunia 2026. Oleh karenanya, kami mengajak kita semua warga negara Indonesia dan pendukungnya bisa bersatu dalam mendukung Timnas Indonesia, baik menjelang, saat dan setelah usai pertandingan. Mari kita bersama menjalani momen laga ini dengan menunjukkan perkataan dan perbuatan berupa sportivitas, keberanian, kejujuran, patriotisme, persatuan dan kesatuan Indonesia kepada dunia,” kata Ridho.(rls/red/ops/sir)

Editor: Lassarus Samosir, SE

Pos terkait