Jakarta, SpiritNews–Indonesia sudah menapaki era Industri 4.0 yang antara lain ditandai dengan digitalisasi dan otomasi. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, generasi muda harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan-tantangan yang lahir dari revolusi industri.
“Kita tidak perlu takut dengan revolusi industri generasi ke-4. Yang penting kita bisa menyesuaikan diri,” kata Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri saat menerima kunjungan Pengurus Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Kantor Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Jakarta, Kamis (1/11/2018).
Menurut Hanif, kualitas sumber daya manusia (SDM) suatu negara di masa mendatang, dapat dilihat dari kualitas generasi mudanya saat ini. Indonesia misalnya, akan mulai memasuki fase bonus demografi pada tahun 2020. Pada saat itu, jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia nonproduktif, dan puncaknya diperkirakan terjadi pada tahun 2030-2035.
Di tengah tantangan bonus demografi tersebut, Indonesia masih dihadapkan pada tantanan angkatan kerja yang masih didominasi lulusan pendidikan menengah ke bawah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), 58 persen dari 133 juta angkatan kerja Indonesia masih lulusan SD dan SMP.
“Bonus demografi pun harus kita manage dengan baik, agar kita dapat berkah dari sana. Jadi banus demografi ini tidak menjadi bencana,” kata Hanif.
Baca Juga: Hadapi Revolusi Industri 4.0, Gen-Z Harus Perkuat Soft Skill
Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah mengambil tiga langkah strategis. Tiga langkah tersebut dilakukan dengan cara meningkatkan link and match antara supply and demand SDM, masifikasi pelatihan kerja dan sertifikasi profesi, dan penanaman transversal skill (softskill) dan entrepreneurship.
“Itu tantangan terbesarnya. Jadi suka nggak suka itu bahan baku kita, suka nggak suka Indonesia harus tetap maju dan sejahtera,” katanya.
Untuk itu, Hanif berharap kaum muda untuk ikut berperan dalam membangun bangsa dan negara sejak dini, sesuai dengan proporsinya. “Makanya pemerintah tidak bisa sendiri. Pemerintah harus bersama-sama dengan dunia usaha, dengan teman-teman serikat pekerja dan elemen masyarakat sipil lainnya,” ujarnya.
Selain itu, di tengah perkembangan teknologi dan informasi saat ini, informasi dapat tersebar dari satu orang ke orang lain dengan mudah dan cepat. Menaker mengingatkan kepada generasi muda agar hati-hati dan selektif dalam mencerna isu dan informasi yang berkembang. Sehingga tidak mudah termakan provokasi dan perpecahan.
Berita Lain: GMNI Tuntut Pemerintah Hentikan Alih Fungsi Lahan Pertanian
“Kaum muda harus turut menyebarluaskan informasi dan edukasi ketenagakerjaan sesuai dengan realitas pembangunan ketenagakerjaan,” pungkasnya.(rls/SpiritNews)