Kota Lhokseumawe, SpiritNew-Untuk melindungi kelestarian laut, Kodim 0103/Aceh Utara melakukan karya bakti dengan menanam 1000 pohon mangrove di Desa Kuala, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Propinsi Aceh, Rabu (12/12/2018).
Dandim 0103/Aceh Utara, Letkol Kav Fadjar Wahyudi Broto mengemukakan, kegiatan penanaman bibit pohon mangrove merupakan bentuk kepedulian TNI AD terhadap lingkungan, sekaligus mendukung konservasi ekowisata mangrove yang ada di daerah Malikussaleh.
“Aksi penanaman mangrove ini dilakukan untuk menjaga kelestarian alam, dalam rangka memperingati Hari Juang Kartika tahun 2018. Hari ini menjadi hari yang luar biasa, karena pada hari ini juga kita akan bersama-sama melestarikan alam dengan melakukan penghijauan penanaman manggrove,” paparnya.
Dikatakan, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang sekitar 95.181 kilometer dan memiliki kawasan hutan seluas lebihdari 130 juta hektare. Kawasan hutan tersebut berperan sebagai penyangga kehidupan yang mampu menyediakan kebutuhan akan kayu, termasuk pangan dan energi terbarukan, serta berbagai jasa lingkungan.
“Oleh karena itu, kita harus menjaga atau meningkatkan kemampuan hutan tersebut, dengan cara mencegah deforestasi dan degradasi hutan. Upayanya moratorium penerbitan izin baru pada hutan alam primer dan lahan gambut sejak 2010, dan melakukan rehabilitasi hutan dan lahan, pemberantasan illegal logging, dan penyelesaian konflik tenurial,” jelasnya.
Menurutnya, rehabilitasi hutan dan lahan dilaksanakan dengan Gerakan Penanaman Satu Miliar Pohon. Yang lebih penting lagi, gerakan penanaman pohon tersebut telah menjadi budaya di masyarakat yang dapat ditunjukan dari tiada hari tanpa menanam.
“Apabila upaya tersebut terus kita lakukan secara konsisten dan terus menerus, maka kami yakin dalam 30 tahun mendatang tidak ada lagi lahan kritis dan Indonesia telah hijau kembali,” ujarnya.
Baca Juga: Pengembangan Ekowisata Mangrove Jadi Alternatif Solusi Penangan Abrasi di Wilayah Pesisir
Dijelaskan, Indonesia memiliki hutan mangrove lebihdari 3,7 juta hektar yang merupakan terluas di Asia bahkan di dunia. Karena hutan mangrove mempunyai keistimewaan dalam berbagai hal baik dari aspek fisik, ekologi, dan ekonomi. Kemudian dari sisi fisik, mangrove berakar banyak dan batangnya kokoh mampu mencegah bahaya tsunami, ombak dan abrasi air laut.
Dari sisi ekologi, mangrove mampu berfungsi sebagai filter polusi air dan udara, karena dapat tumbuh pada kondisi tanah berlumpur/limbah dan menyerap polutan/asap dari udara. Pohon Mangrove sebagai habitat tempat hidup dan berkembang biaknya berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya.
Dari sisi ekonomi, mangrove menghasilkan kayu untuk bahan bangunan dan arang serta menghasilkan buah/biji untuk dibuat berbagai panganan atau minuman. Kulit batang maupun daun mangrove sangat baik untuk bahan baku pewarna batik. “Selanjutnya keberadaan hutan mangrove berpotensi sangat besar untuk dikembangkan menjadi wisata alam,” katanya.
Menurut berbagai penelitian, hutan mangrove mampu menyerap emisi karbon sebesar 4-5 kali lebih besar daripada hutan daratan. Oleh karena itu, meskipun Indonesia hanya memiliki luas hutan mangrove lebihdari 2 persen total hutan, namun mampu menyimpan carbon sebesar 10 persen dari semua emisi yang ada. Dengan demikian, keberadaan hutan mangrove sangat mendukung upaya penurunan emisi gas rumah kaca sebanyak 26 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan kerjasama internasional pada tahun 2020.
Berita Lain: Jaga Lingkungan Pesisir dengan Pengembangan Ekowisata Mangrove
“Untuk itu, kami sadari bahwa dalam konteks pengelolaan ekosistem mangrove, selain merehabilitasi secara fisik, diperlukan pula pengembangan kelembagaan. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia juga mendorong terbentuknya forum-forum peduli mangrove, untuk menyatukan visi serta menjalankan misi perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan mangrove,” tutupnya.(mah)