Kabupaten Tangerang, Spirit News– Seorang warga Sepatan Kabupaten Tangerang tewas dengan lukas tusuk di perut usai mengantar rekannya ke rumah calon istrinya. Keduanya dicegat sekelompok orang usai bertandang ke Kampung Biawak, Desa Kelebet, Kecamatan Mauk.
Suproni (41), warga Kedaung Minyak, Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang tewas di lokasi kejadian dengan luka tusuk di perut. Sementara, Rustandi (25) kritis karena luka-luka senjata tajam.
Saat ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Tangerang, Rustandi masih terbaring lemah. Pada wajahnya ada jahitan, dan di perutnya ada perban bekas luka sabetan senjata tajam.
“Suproni merupakan teman kerja saja. Kami bekerja sebagai kuli panggul atau porter di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta),” katanya, saat ditemui di Paviliun Mawar, Kamis (6/7/2017).
Dijelaskan dia, malam itu dirinya memang sengaja minta diantar Suproni, karena takut pergi sendirian ke rumah pacarnya Hana, di Kampung Biawak, Desa Kelebet, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang.
“Saya ke sana untuk memastikan waktu dan tempat pernikahan kami. Pulang dari sana, hari sudah gelap. Kami boncengan naik motor. Di tempat gelap depan sebuah yayasan, kami dicegat,” sambungnya.
Rustandi mengingat, para penyerangnya berjumlah empat orang. Mereka membawa senjata tajam dan langsung melakukan penganiayaan. Saat itu, Suproni sempat melakukan perlawanan.
“Sampai di situ saya sudah tidak ingat apa-apa lagi. Mata saya gelap. Saat sadar, saya sudah terbaring di rumah sakit. Suproni sahabat yang baik. Dia punya istri dan tiga orang anak,” kata Rustandi.
Sementara itu, Ayah Rustandi, Ruhyat yang ditemui di RSUD Kabupaten Tangerang menceritakan, kalau anak keduanya itu datang ke rumah Hana untuk menanyakan rencana hari pernikahan mereka.
“Jadi malam itu anak saya datang itu mau memastikan tempat dan waktu pernikahan digelar. Rencana awal, pernikahan digelar di rumah perempuan, karena calon mertuanya sudah pada tua,” papar Ruhyat.
Pulang bekerja, Rustandi langsung pergi ke rumah calon istrinya. Dia sengaja mengajak sahabatnya Suproni, karena jarak rumah Hana yang cukup jauh. Dirinya sendiri tidak menyangka peristiwa itu.
“Saya dapat kabar pukul 9 malam dari pihak Puskesmas Kronjo. Memang malam itu saya menunggu juga kabar dari anak saya, soal waktu kapan pernikahan digelar. Jam 8 kok gak ada kabar berita,” jelasnya.(SpiritNews/Sindo)