Atraksi Menggilas Mobil, Deklarasi Solo Kota Otomotif Diprotes Komonitas Mobil se-Indonesia

  • Whatsapp
atraksi big foot (mobil dengan roda besar) yang menggilas berulangkali mobil Peugeot 504 dan mobil lainnya
atraksi big foot (mobil dengan roda besar) yang menggilas berulangkali mobil Peugeot 504 dan mobil lainnya

Kota Surakarta, SpiritNews-Deklarasi Kota Solo sebagai Kota Otomotif yang digelar di Stadion Manahan, Surakarta, , Sabtu (10/3/2018) yang lalu,  justru menuai protes ratusan klub dan komunitas otomotif termasuk Forum Komunikasi Klub dan Komunitas Otomotif (FK3O) Karawang . Gara-garanya, acara yang diselenggarakan kelompok yang menamakan diri Indonesia 1 ini justru menyakiti para pecinta otomotif.

Dalam deklarasi tersebut, pihak panitia menggelar atraksi big foot (mobil dengan roda besar) yang menggilas berulangkali mobil Peugeot 504 dan mobil lainnya. Tak terima dengan hal itu, penggemar dan komunitas Peugeot 504 melayangkan surat protes kepada panitia.

Bacaan Lainnya

Peugeot 504 Comm mempertanyakan deklarasi yang punya nilai luhur itu kenapa harus diciderai dengan menginjak-injak perasaan penggemarnya? Kami menganggap, acara gilas mobil sangat kontraproduktif dengan ide Kota Solo sebagai Kota Otomotif,” ujar Tim Media Peugeot 504, Kang Soe dalam rilis, Minggu (18/3/2018).

Apalagi, lanjut Kang Soe, mobil yang digilas justru masuk dalam jajaran mobil vintage, mobil antik yang lahir pada tahun 1969-1982. Mobil Peugeot 504 bukan saja eksis di Indonesia namun juga di seluruh dunia. Artinya penggemar Peugeot 504 begitu banyak di dunia. Mobil keluaran Prancis ini adalah maskot utama bagi para penggemar peugeot. Bahkan mesin andalan peugeot 504, XN1 memiliki sejarah panjang diproduksi (1967-2005) tentu dalam beberapa varian tambahan.

Kekecewaan komunitas makin menguat setelah pihak panitia, yang diwakili Presiden Indonesia 1 Heru S Notonegoro menyatakan di media cetak setempat bahwa atraksi itu sebagai hal yang lumrah. Dirinya meminta agar masalah itu tidak dibesar-besarkan. Heru berdalih, mobil yang digilas dan dirusak adalah mobil yang telah tidak terpakai.

“Sudah menjadi besi tua, peralatannya sudah tidak lengkap dan dianggap bukan berbentuk mobil. Mereka beli dari lokasi pasar barang bekas. Dan tidak ada regulasi yang melarang,” katanya.

Jawaban itulah yang membuat komunitas Indonesia Peugeot 504 makin panas. Komunitas Peugeot 504 menilai, jawaban Heru S Notonegoro justru tidak mengandung penyesalan sama sekali. Justru dirinya terkesan bangga mampu membuat atraksi menggilas, dengan dalih yang nonton gratis.

Persoalan inipun dilempar ke Forum Ketua Umum Club dan Komunitas Mobil se-Indonesia. Merasa bahwa atraksi tersebut tak bisa dibiarkan dan menjadi momentum, para ketua umum sepakat bahwa gilas-mengilas mobil tetaplah acara yang tak bermanfaat. Atraksi itu juga akan melukai perasaan penggemar atau club/komunitas mobil yang digilas.

Komunitas Peugeot 504 dan Forum Ketua Umum Club/Komunitas Mobil Se-Indonesia sepakat membuat pernyataan sikap. Isi pernyataan sikap itu intinya menyesalkan kegiatan Deklarasi Kota Solo Sebagai Kota Otomotif justru kontraproduktif dengan atraksi menggilas mobil. Seharusnya acara itu mendidik dan konstruktif membangun otomotif Indonesia.

Ketua Umum dan Peugeot 504 menyesalkan jawaban panitia acara yangtidak merasa menyesal setelah diprotes komunitas Peugeot 504. Menurut beberapa Ketua Umum, tanpa mengurangi apresiasi terhadap ide Kota Solo Sebagai Kota Otomotif, jawaban tersebut cenderung menafikkan banyaknya otomotif yang kini menjadi club dan komunitas. Namun pihak Panitia Indonesia 1 justru melukai hati club yang menaungi mobil tersebut.

Ketiga, para Ketum juga menegaskan bahwa tak layak lagi gilas-mengilas mobil menjadi atraksi dan tontonan. Karena hal itu akan melukai para penggemar mobil tersebut, sekaligus tak memiliki manfaat yang baik. Bahkan secara budaya, Indonesia tak memiliki budaya merusak otomotif. Acara menggilas mobil adalah kegiatan destruktif yang tak mendidik. Kesempatan ini adalah momentum untuk kita bersepakat tidak akan lagi Club/Komunitas untuk membuat acara serupa.

Menurut Kang Soe, pernyataan sikap yang di-broadcast melalui jaringan otomotif ini meraih dukungan besar. Dalam waktu 12 Jam saja dukungan 157 Club/Komunitas/Forum otomotif sudah mengalir.

“Bahkan banyak yang menyampaikan secara pribadi, mengutuk  kegiatan gilas-menggilas mobil. Hingga  hari ini respon dukungan terus berlanjut,” katanya.

Langkah selanjutnya, Peugeot 504 melalui Rahadian Ali sebagai Pako Peugeot 504 berharap momentum ini menjadi titik balik. Bagaimana mengelola kegiatan Club/Komunitas mobil lebih bermanfaat untuk sosial dan member. Bukan hanya sekelas hiburan yang justru membuat komunitas lain tersakiti.

Senada Koordinator FK3O Karawang, dr.Argen R.S Rombot mengatakan, dalam atraksi tersebut hanya menunjukkan arogansi semata.Lebik baik mobil yang dilindas tersebut dibangun dan dibagusin lagi dan dijadikan icon buat event.

“Saya kurang sepaham dengan acara tersebut, masih banyak cara atraksi otomotif yang lebih baik, seperti dragrace, freestyle, kontes modifikasi, slalom, bazar part otomotif,” tandas Argen.(rls/SpiritNews)

Pos terkait