Jakarta, SpiritNews–Program Studi (Prodi) Administrasi Rumah Sakit (Mars) Universitas Respati Indonesia (Urindo) menggelar Seminar Nasional Hospitalpreuners In Disrupsion Era, di Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Sabtu (14/7/2018) kemarin. Sebagai salah satu rangkaian kegiatan rutin yang diadakan mahasiswa Prodi Mars Urindo Jakarta.
Disampaikan Rektor Urindo Jakarta, Prof. Dr. Tri Budi W. Rahardjo, drg.MS, Hospitalpreneur adalah suatu bentuk sikap, dalam membaca kondisi yang terjadi di dalam hal pelayanan kesehatan terkini dan bagaimana menyikapi.
“Seperti yang sudah disampaikan dalam seminar, selama ini kurikulum di perguruan tinggi itu masih berorientasi pada prinsip Industry System 3.0 pada klien, dan orientasinya sudah bagus. Sekarang ini dalam mengubah kurikulim dalam mengembangkan pendidikan, itu mau tidak mau harus yang 4.0, yang harus masuk dalam digitalisasi, fokus dan cepat dalam sistem pembelajarannya,” ungkap Tri saat berbincang dengan SpiritNews.
Dijelaskan, seorang hospitalpreneur tidak akan takut terhadap perubahan yang terjadi, melainkan melihat perubahan tersebut sebagai sebuah tantangan sekaligus sebagai peluang untuk lebih mengembangkan usahanya. Perkembangan hospitalpreneur di Indonesia saat ini sudah semakin meningkat, dilihat dari respon masyarakat ke rumah sakit sangat tinggi yang mengharapkan adanya inovasi terobosan kewirausahaan dalam peningkatan kualitas rumah sakit.
“Tentunya, kita tidak bisa masuk di dalam pelayanan rumah sakit yang sangat kompetitif. Bagaimana mempersiapkan mahasiswa Mars Urindo ini dan praktek itu harus lebih banyak . kalau benar-benar mau berkualitas di dalam managemen rumah sakit, tentunya harus banyak praktek di lapangan,” tuturnya.
Praktisi bisnis Indonesia sekaligus pendiri Rumah Perubahan, Prof. Rhenald Kasali menyampaikan, wajah industri sekarang berbeda dengan wajah industri 20 tahun lalu. Jika seseorang tidak paham apa yang terjadi, dia hanya bisa mengeluh, menyalahkan dan mencari kambing hitam.
“Lihat saja, statmen-statmennya seperti itu. Padahal ketika kita menunjuk orang lain ada pihak yang salah, kita harus intropeksi diri dalam membenahi suatu managemen dan lain halnya. Kenapa Siloam Hospitas bisa sukses dengan BPJS pasiennya menengah ke bawah, karena hospitalsnya begitu megah dan bisa sejahtera,” katanya.
Dari pengamatannya, banyak rumah sakit yang didirikan hanya sekedar latah karena memiliki anak dokter dan punya uang lebih. Tetapi tidak tahu darimana sumber-sumber keuntungannya bisa didapatkan. Jika ada rumah sakit yang mundur karena tidak kuat dengan permodalan, justru disitulah pemiliknya harus banyak memerbaiki diri dan managemennya.
“Langkah-langkah antisipasi agar sebuah rumah sakit kuat dan sukses itu harus berani, regenerasi, profesionalisme, system, governance,” katanya.
Menurutnya, rumah sakit yang sehat harus memiliki aspek bisnisnya. Tetapi jika terlalu memikirkan bisnis, rumah sakit tersebut pasti akan mati sendiri. “Karena melanggar sumpahnya dan akhirnya menjadi komersial, mengabaikan pelayanan kepada pasien, dan menimbulkan maslah,” jelas Rhenald.
Seminar tersebut mengundang pembicara dari dalam dan luar negeri, seperti akademisi dan praktisi bisnis Indonesia sekaligus pendiri Rumah Perubahan, Prof. Rhenald Kasali. Peserta Seminar Nasional Hospitalpreneurs in Disruption Era berasal dari berbagai kalangan baik mahasiswa, direktur rumah sakit, pemilik rumah sakit dan masyarakat umum.(sam)