SAAT ini kita semua akan memasuki revolusi industri 4.0. Dimana, informasi dan teknologi memengaruhi aktivitas sekolah dengan sangat aktif. Pada beberapa tahun yang lalu, ketika saya masih duduk di bangku sekolah banyak sekolah–sekolah yang melarang siswa nya membawa alat komunikasi ke sekolah. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor salah satunya jika siswa membawa alat komunikasi kesekolah akan menggangu proses pembelajaran dan siswa cenderung tidak memperhatikan guru.
Namun pada saat ini, kemajuan teknologi memberikan banyak pengaruh pada pendidikan yang ada di Indonesia. Informasi dan pengetahuan menyebar dengan mudah dan aksesibel bagi siapa saja yang membutuhkannya. Pendidikan mengalami disrupsi yang sangat hebat sekali. Peran guru yang selama ini sebagai satu-satunya penyedia ilmu pengetahuan sedikit banyak bergeser menjauh darinya.
Di masa mendatang, peran dan kehadiran guru di ruang kelas akan semakin menantang dan membutuhkan kreativitas yang sangat tinggi. Ditambah lagi dengan kondisi generasi anak millenium saat ini siswa tidak suka duduk berlama-lama di ruang kelas sekadar mendengar guru ceramah saja. Siswa tersebut lebih senang jika belajar dalam waktu dan tempat yang tidak monoton. Mereka adalah generasi multitasking yang bisa mengerjakan banyak hal secara bersamaan.
Peristiwa di atas telah memicu para guru era 4.0 menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Kompleksitas tantangan ini disebabkan oleh beberapa fenomena kekinian. Untuk memasuki era revolusi industri 4.0 dibutuhkan sumber daya manusia yang tidak hanya mengandalkan kemampuan teknis saja. Berkembangnya era revolusi industri 4.0, yang serba otomatis, digital, berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence), robotic, dan masif telah sedikit banyak memangkas tenaga-tenaga manusia dan menggantinya dengan mesin dan perangkat yang sangat canggih.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia sebagaimana revolusi industri 1.0 yang melahirkan sejarah ketika tenaga manusia dan hewan digantikan oleh kemunculan mesin uap pada abad ke-18. Revolusi ini dicatat oleh sejarah berhasil mengangkat naik perekonomian secara dramatis. Berikutnya, pada revolusi industri 2.0 ditandai dengan kemunculan pembangkit tenaga listrik yang memicu kemunculan pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lainnya yang mengubah wajah dunia secara signifikan.
Revolusi industri 3.0 ditandai dengan kemunculan teknologi komputer, internet dan digital yang tidak saja mengubah dunia industri namun juga budaya dan kebiasaan secara mendasar. Revolusi industri 4.0 ini ditandai dengan kemunculan komputer super, kecerdasan buatan atau Intelegensi Artifisial. Akan banyak pekerjaan hilang digantikan dengan robot atau kecerdasan buatan.
Revolusi 4.0, teknologi semakin canggih, segala hal bisa diakses dimana saja. Masihkan peran pendidik diperlukan?
Inilah yang menjadi tantang untuk para pendidik dalam menghadapi 4.0. Tantangan para pendidikan ke depan adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia yang tidak akan tergantikan dengan mesin tersebut. Menghadapi tantangan tersebut, Pendidikan tinggi perlu mempersiapkan sumber daya yang memiliki kompetisi tersebut. Saat ini pekerjaan yang bersifat rutin dan harian sudah banyak diambil alih mesin. Ke depan pekerjaan yang masih belum bisa diambil alih oleh mesin dan robot adalah pekerjaan yang membutuhkan kemampuan dalam melakukan analisa, mengambil keputusan atau berkolaborasi.
Ada beberapa kompetensi yang dibutuhkan mempersiapkan era industri 4.0 diantaranya adala kemampuan memecahkan masalah (problem solving), beradaptasi (adaptability), kolaborasi (collaboration), kepemimpinan (leadership), dan kreatifitas serta inovasi (creativity and innovation). Tugas pendidik tidak sebatas membuat peserta didiknya menjadi pintar namun juga memberi motivasi, membangun karakter sehingga menjadi insan atau pribadi yang berintegritas.
Hal senada disampaikan Inco yang masih melihat peran pendidik masih sangat penting meski pengetahuan kini sudah bisa diakses dari banyak sumber. “Di era digital sekarang sudah tidak jaman lagi istilah dosen selalu benar atau guru selalu benar” kata Inco dalam artikel yang berjudul “Ki Hadjar Dewantara dan Guncangan Pendidikan Era Industri 4.0”.
Tugas pendidik selain memberikan motivasi juga menjadi filter dari beragam literasi media yang ditemukan mahasiswa agar tidak mengarah pada hasil yang kontra produktif. Pendidik harus mampu melahirkan mahasiswa yang kreatif, inovatif, mampu menjawab tantangan dengan sumber-sumber yang kredible, sesuai aturan ilmiah dan juga menjunjung etika. Dengan adanya revolusi industri 4.0 ini diharapkan membawa pendidikan kearah yang lebih baik lagi. Dari sini diharapkan akan bermunculan generasi emas yang mampu menjawab setiap tantangan yang muncul di eranya dengan berkarakter dan berintegritas.(*)
Penulis:
Siti Mutiah,
Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten